BAB 15

82.8K 2.6K 86
                                    

"T-tuan." Ayla berujar gugup. Masih kesulitan bernapas tapi Auden seolah tak memberi ruang padanya. Pelukan itu kian mengetat.

"Panggil Paduka."

"P-Paduka." Panggilan penuh keraguan tapi juga terdengar polos di saat bersamaan membuat Auden berkali-kali harus mengumpat.

Ayla tahu seharusnya ini tak terjadi pose intim seperti ini, gadis itu menggigit bibir kuat tak bisa membayangkan perasaan Sandra. Sebagai sesama perempuan Ayla seperti bisa merasakan kehancuran sang majikan wanita. Pada akhirnya dia tetap salah, jadi perusak rumah tangga orang lain.

Saat Auden melonggarkan sedikit pelukan itu Ayla mendongak, mengagumi ketampanan sang majikan. Jika anak mereka laki-laki akan tampan seperti ayahnya?

Dengan cepat Ayla menggeleng, mengenyah segala pikiran aneh yang terlintas di kepalanya.

Keduanya terdiam keadaan mendadak sunyi, hanya mendengar suara degupan jantung yang bertalu-talu.

Saling menatap seolah menyampaikan resah dan kesah. Auden menunduk. Menahan degupan jantung yang hampir copot. Tangan panjang Auden menarik wajah Ayla membuat sang pembantu menelan ludah kasar.

Napas keduanya saling bertabrakan seiring dengan wajah mereka yang hampir tak berjarak, menutup mata menahan getaran di seluruh tubuhnya dan juga hatinya. Kecupan ringan sudut bibirnya membuat tubuh Ayla bergetar dengan napas memburu. Rasanya seperti tersambar petir, dia tidak pernah melakukan hal-hal seperti ini dengan lawan jenis.

Bukan gairah tapi rasa gugup. Auden tahu gadis bodoh sedang tegang, ia tersenyum miring lalu menyapukan lidah menggoda bibir Ayla, mengulum lembut lalu menggigit bibir bawah dan menariknya dengan sensual.

Ayla mengerang tanpa sadar, hingga Auden menganggap itu adalah sambutan. Pria itu melanjutkan dengan menghisap bergantian bibir tipis atas dan bawah yang terasa... Manis. Mengulum lalu melumat. Ketegangan itu mulai mengendur.

Mulutnya terbuka tanpa sadar seolah memberi akses pada sang majikan menjelajah rongga mulutnya, membalas ciuman itu. Keadaan memanas. Ayla terbawa perasaan, walau ciuman amatir.

Terlihat dari ciuman keduanya yang semakin liar, dan berhenti begitu pasukan oksigen menipis.

Masih dengan napas yang terengah mulut Ayla terbuka. Kembali Auden membenamkan bibirnya atas bibir Ayla.

Menelan ludah dengan susah payah, saat tautan itu terlepas Ayla masih mengatur napasnya sedangkan jempol Auden memainkan bibir bawah sang pembantu yang begitu mungil, tapi terlihat membengkak karena ciuman barusan.

Bukan ciuman liar penuh nafsu, tapi sukses membuat seluruh syaraf bergejolak.

"Jangan gigit bibirnya!" larang Auden.

"Huh?" Ayla bertanya seperti orang bodoh, karena tak tahu apa yang terjadi.

"Fuck!" Auden menggerang. Rasanya ingin menyerang gadis ini, tapi dia bukan Sandra yang peka dan tahu bagaimana memuaskan pasangan.

"Shit! Shit!"

Dengan cepat Auden bangun karena tak bisa menahan adiknya berontak. Dia butuh air dingin.

"T-Tuan mau mandi tengah malam?" Pertanyaan bodoh itu kian membuat Auden menggerang frustrasi. Tak mungkin kan dia memperkosa anak orang lagi?

"Mau usir hantu," jawab Auden asal sambil membuka pakaiannya sendiri dan menyisakan handuk putih yang menggantung di pinggangnya.

Sungguh, Ayla penakut. Apalagi soal hantu.

"O-oh." Suara Ayla bergetar memeriksa sudut kamar dan merasa jika Mbak Kunti rambut panjang melambai padanya, dengan refleks dia meloncat ke arah Auden.

BENIH MAJIKAN DI RAHIMKU (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang