"Edde jangan diganggu!" tegur Ayla pada Auden yang mencolek-colek pipi bayi Eden karena gemas.
"Lagian dia tidur terus, tak mau bangun biar main bersama Edde!" Ayla menggeleng dengan jawaban tak masuk akal tersebut. Mana ada bayi satu minggu tahu main? Kerjaan dia memang tidur.
"Bayi memang kerjanya tidur."
Auden terkekeh gemas. Menarik tubuh mungil Ayla, dan mengukung di pelukannya. Memeluk dari belakang sembari mencium kepalanya berkali-kali. Entah bagaimana dia berterima kasih pada gadis ini telah memberi sebuah keajaiban padanya.
"Edde tak sabar Eden besar, Edde mau ajak main bola, ajak balapan, diajarkan menyetir, dan kegiatan cowok lainnya."
Ayla tersenyum menatap bayinya, awalnya dia menganggap kehamilannya hanya kesialan baginya, tapi lihatlah kini! Kehadiran Eden membuat kebahagiaannya meningkat lima ribu derajat. Ayla tidak akan pernah menyesal pernah hamil dan sekarang punya anak menggemaskan.
"Nanti kita cetak anak cewek biar Emme punya teman juga. Kalian bisa shopping barang gemas, masak bersama di dapur, menyiram tanaman, atau belajar make up," bisik Auden.
Ayla tersenyum. Wajahnya memanas, entah bagaimana dia mengungkapkan semua perasaan ini, tapi dia bahagia.
Dia jadi membayangkan punya anak perempuan dan punya teman seperti yang Auden bilang. Pakai pakain seragam dan semuanya serba pink.
"Emme lapar? Mari, makan," ajak Auden.
"Belum lapar," balas Ayla menggeleng berbalik ke arah lawan.
"Harus lapar! Biar Eden tidak kelaparan."
Ayla menggeleng dan menutup mulut karena dia hampir berteriak. Auden tiba-tiba sudah mengangkat tubuhnya, nasib baik dia refleks memeluk leher laki-laki itu.
Auden membawa ke ruang makan. Laki-laki ini benar-benar membuktikan ucapannya untuk bertanggung jawab, Auden bersikap sangat kebapakan walau memang bapak-bapak sekarang. Mau mengurus bayi, mengurus rumah padahal sudah punya pembantu padahal Ayla merasa bisa melakukan semuanya sendirian.
"Makanan khusus ibu menyusui." Auden menunjukkan berbagai makanan di hadapannya walau kebanyakan berkuah, susu, buah-buahan seperti pisang dan alpukat.
"Terima kasih," angguk Ayla sambil tersenyum. Dia berterima kasih karena sudah dilayani seperti ratu padahal statusnya hanya seorang pembantu.
"Duduk di situ!" cegat Auden. Mulut Ayla terbuka dan membiarkan laki-laki itu bergerak mengambilkan makanan untuknya padahal Ayla bukan orang cacat, dia masih bisa bergerak walau terbatas.
"Ini terlalu banyak."
"Tidak apa! Makan yang banyak biar Eden cepat besar dan Edde ajak main bola."
Ayla hanya menggeleng dengan tindakan impulsif pria itu, tapi dia tahu Auden terlampaui bahagia dengan kehadiran bayinya begitu juga dirinya.
"Edde punya dua tangan, satu untuk menahan tubuh Emme dan satu lagi untuk menyuapi Edde."
Ayla hanya menahan rona merah di pipinya. Apa-apaan pria ini?
Akhirnya hanya bisa pasrah saat Auden memangku tubuhnya dan menyuapi dirinya makan padahal dia bukan orang cacat. Sebenarnya laki-laki ini melakukan kegiatan ini setiap saat. Bahkan Auden cuti kerja sebulan demi merawat Ayla dan melihat perkembangan Eden, padahal bukan dia yang melahirkan. Anggap saja bapak cuti melahirkan.
"Satu bulan itu lama tidak, ya? Nanti usia berapa bulan Eden sudah bisa duduk? Eden bisa berjalan dan berlari. Arghhhh! Kenapa bayi baru lahir tidak menjadi orang dewasa saja?" keluh Auden.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENIH MAJIKAN DI RAHIMKU (END)
Romance"T-tuan, jangan." Sang gadis terisak sambil menggeleng. "Diamlah, Sayang. Malam ini aku sangat horny dan ingin memakan semua tubuhmu yang nikmat," bisik sang pria dengan nada serak menahan gejolak hasrat yang bergelora. Malam panas itu menghasilkan...