BAB 32

60.7K 2.1K 176
                                    

Rasanya dia ingin jadi anak kecil yang bisa menangis guling-guling karena tidak mendapatkan mainan kesukaan.

Auden hanya menatap ibunya dengan perasaan bersalah, sedih, menyesal, nelangsa. Ingin kembali menjadi Auden kecil yang bisa dielus-elus kepalanya saat terjatuh dari sepeda, setelah itu dibujuk dengan mainan favorit dan besoknya dia kembali bermain sepeda seolah semuanya tidak terjadi apa-apa.

Tapi, ini adalah masalah orang dewasa yang tidak ada jalan keluarnya.

Andai dia masih remaja yang bisa meminta teman-temannya untuk datang dan mereka melakukan hal nakal bersama menghilangkan perasaan sial ini, tapi Auden sadar lingkaran pertemanan saat dewasa semakin mengecil dan semua sibuk dengan urusan masing-masing.

Rumah yang biasnya dia jadikan tempat berpulang sekarang telah roboh, rumah tempat dia menghilangkan penat telah menghilang.

"Jalani semua ini, kamu bisa melewatinya." Delisha menepuk-nepuk dada putranya memberi pengertian jika dia bisa merasakan itu, walau tak ada banyak yang bisa dibuat kecuali dihadapi.

"Aku kehilangan istriku," ucap pria itu dengan nada getir tak percaya. Akhirnya dia sampai pada kesimpulan jika Sandra bukan lagi bagian dari hidupnya, kisah sempurna mereka berakhir di sini.

"Apa yang menjadi miliknya akan kembali ke pemiliknya," angguk Delisha dan masuk ke ruang perawatan Ayla.

Ketiga manusia ini punya perasaan luka masing-masing.

Pandangan Auden mengikuti langkah ibunya memeriksa Ayla yang masih belum tak sadarkan diri.

Dengan kasar Auden meraup wajahnya sembari menarik napas tak ikhlas.

Gila? Ya, rasanya dia hampir gila sekarang! Mentalnya masih terguncang dan sekarang mendapati kenyataan bahwa Sandra akan membencinya seumur hidup. Membayangkan saja rasanya tak sanggup. Rasa benci yang Sandra tunjukkan seolah bisa membunuhnya secara perlahan.

Rasanya dia ingin menghilangkan semua pikiran kacau ini. Kalau bisa kepalanya dicopot saja agar tidak merasakan kesialan ini semua. Serasa jiwanya dicabut dari sarangnya. Tubuh terasa sudah tidak bertulang.

Dia tidak akan sanggup berhadapan langsung dengan Sandra.

Tubuh lemas tak berdaya. Wanita itu membawa pergi semua kekuatan yang ada pada tubuhnya.

Masih dengan posisi seperti patung Auden menerawang kosong mencoba untuk meratapi nasibnya.

Rasanya dia ingin mabuk sampai pagi, padahal dirinya sudah berjanji tidak akan pernah lagi menyentuh alkohol, tapi kali ini izinkan dia untuk menghilangkan semua perasaan sial ini.

Dengan langkah ragu akhirnya Auden masuk ke ruangan Ayla. Dia hanya menatap wajah polos yang tertidur damai tersebut, walau tahu saat terbangun dia juga mengalami ketakutan luar biasa.

Perlahan tangannya terulur untuk menggengam tangan Ayla. Apa dia harus kehilangan istrinya yang sempurna demi gadis polos ini?

Ya, dia tak bisa menyalahkan Ayla karena dia yang bersikap brengsek. Hanya saja tidak dipercaya oleh akal sehatnya jika kehadiran Sandra yang dicintai sepenuh hati digantikan oleh orang asing.

"Entahlah, aku bingung mau bilang apa." Auden menarik napas panjang. Masih memandang Ayla lekat.

"Cepat sembuh, jangan terlalu pikirkan banyak hal. Fokuskan pada kehamilan kamu, biarkan Sandra menjadi urusanku dan dia tidak akan meyakiti kamu," ujar Auden seolah Ayla bisa mendengar apa yang ia ucapkan.

BENIH MAJIKAN DI RAHIMKU (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang