"Semoga Edde suka." Ayla tersenyum sembari memeluk sebuah boneka beruang kecil menggemaskan.
Tak ada filosofi khusus tentang boneka itu, dia hanya ingin memberikannya. Auden telah punya segalanya, dan juga bukan wanita atau anak kecil yang butuh boneka, tapi Ayla hanya ingin memberinya.
Hidup sial yang selalu dia rasakan dulu perlahan terberkati dengan kehidupannya sekarang, bahkan terkadang Ayla sampai lupa daratan jika kehidupan nyaman bersama Auden sekarang adalah merampas milik orang lain.
"Hanya dua jam, aku tidak bisa meninggalkan bayiku." Ayla terus berkata pada diri sendiri, sebenarnya dia tak bisa meninggalkan anak sebarang lima menit saja, tapi Delisha memaksa kali ini agar dia bisa menikmati waktu berduaan karena selama ini mereka terus fokus ke anak.
Pipinya terus terangkat ke atas hingga terasa pegal sendiri karena terlalu banyak tersenyum, tapi Ayla bahagia. Dia bahagia dengan hidup yang dijalani sekarang.
"Terima kasih Heaven karena kehadiran kamu dan abang buat Emme bahagia," ucap Ayla mengelus perutnya, walau terkadang dirinya sadar hanya menjadi kantong anak bagi Auden, tapi dia bahagia punya anak.
"Semoga Emme bisa jadi ibu terbaik buat kalian berdua, bisa mendidik kalian dengan baik. Emme tidak sehebat dan tidak berpendidikan tinggi seperti orang tua lain di luar sana, tapi Emme belajar banyak hal. Semoga hidup kalian tidak susah seperti yang Emme rasakan selama ini."
Wanita itu terus berbicara pada bayinya sambil berjalan menuju cafe yang telah Auden tunggu.
Matahari bersinar cukup terik, tapi tidak terasa panas sama sekali. Mata Ayla menangkap sekeliling banyak orang yang berlalu-lalang dengan urusan masing-masing, begitu juga dengan dirinya yang akan menjemput kebahagiaannya sendiri.
Getaran di ponselnya membuat dia buru-buru mengecek dan isi pesan di dalam membuat seluruh wajah Ayla hampir gosong.
Edde: Dear Emme, I am so proud of you for becoming a wonderful and loving mother. You always put our children above everything else and that's something that I admire so much in you. You are a true role model for every woman who wants to be a mother. I am so blessed to have you as the mother of my children.
The mother of my children. The mother. Of. My children. Children. Mother.
Ahhhhh! Ayla ingin guling-guling dengan kata-kata manis barusan. Dia tahu dirinya adalah orang terpilih untuk menjadi seorang ibu.
Auden juga menunggu bertahun-tahun untuk menjadi seorang ayah dan sekarang semuanya terasa komplit. Menjadi proud Edde dan Emme untuk kedua anak mereka.
Ayla begitu takut menikah dan tak pernah bermimpi punya anak karena kemiskinan yang menggerogoti sedari kecil, tapi kehidupan yang berbalik sekarang membuatnya sadar jika menikah dan punya anak benar-benar merubah hidupnya.
Auden dan Ayla adalah dua orang yang tanpa sengaja disatukan takdir, terbangun dari mimpi yang selama ini tidak pernah mereka harapkan dan sekarang menjadi alasan keduanya berbahagia.
Wanita hamil itu terus tersenyum dan memasukkan ponsel dalam saku dan terus berjalan. Sebenarnya Ayla bisa naik tram, tapi dia hanya ingin menikmati keadaan sekeliling karena selama ini Ayla tak benar-benar menikmati hidupnya.
Otak Ayla mulai merangkai kata-kata yang akan dia beri pada Auden.
"Hem, apa, ya," gumam Ayla masih dengan tersenyum dan mencoba untuk mengetik balasan pada pesan manis barusan.
Ayla: Dear, Edde. Saat tahu dunia tidak ramah pada orang miskin aku tidak pernah bermimpi dan merasa jika menikah dan punya anak hanya jadi neraka, aku tak ingin anak-anakku merasakan susah dan serba kekurangan seperti yang kualami, apalagi menjadi anak pertama yang serba mengalah demi adik-adik. Awalnya kehadiran Eden terasa bagai bencana, tapi aku salah! Eden hadir terasa seperti namanya. Taman surga. Bersama Edde kita bisa membangun keluarga kecil impian kita, terima kasih juga telah menjadikan aku sebagai proud mom untuk Eden dan Heaven.
"Panjang sekali!" Ayla menggeleng dengan seluruh wajah memerah, dari dulu dia selalu diam dan menahan apa pun yang dia rasakan, sekarang dia ingin mengekspresikan perasaannya kebahagiaan yang tengah dirasakan.
Merasa begitu malu karena terlalu bersemangat, Ayla akhirnya memilih untuk menghapus pesan tadi. Tak perlu pesan-pesan panjang karena dia akan mengatakan langsung di depan Auden.
Tapi, kembali jari-jari tangannya mengetik pesan untuk membalas pesan manis Auden.
Ayla: Dear Edde, as I look at our beautiful baby, I can't help but think of all the dreams that we've shared together. All the times we talked about this moment, all the hopes we've shared of creating our own family. You've always been there with me, supporting me and understanding me. Just seeing our baby makes me believe that dreams really can come true. Thank you for everything.
Saat mengangkat kepalanya Ayla melihat cafe yang dituju berada di seberang jalan, wanita itu akhirnya memasukan ponsel dalam saku dan menyebrang tak sabar bertemu dengan rumahnya.
Degupan jantungnya terus bertalu-talu, ini adalah kencan pertama seumur hidup. Ayla tidak pernah mengalami kisah percintaan, jadi dia merasa seperti anak remaja puber yang sedang jatuh cinta.
Saat mendorong pintu kaca itu kepala Ayla melongo mencari sosok yang selalu mengisi kepalanya, tapi cafe itu begitu sepi.
Akhirnya Ayla memilih untuk masuk dan duduk di bangku dekat jendela, mungkin saja Auden sedang ke toilet atau pria itu sedang menyiapkan kejutan yang lain. Berharap saja.
"Itu tidak mungkin," sangkal Ayla menggeleng sambil memukul pipinya karena dia berpikiran ngawur. Memang dia siapa sih harus diberi kejutan segala?
Waitres datang menyambut dan langsung mengenali Ayla karena telah dibooking atas nama Auden bahkan sudah pesan minuman duluan.
"Aku haus, Edde masih lama tidak? Aku mau minum duluan."
Kepala Ayla celinguk dan terus mencari sosok Auden, tapi belum juga muncul batang hidungnya.
Saat menyeruput minuman segar berupa jus jeruk tadi rasa segar sesaat berubah membuat Ayla merasa mual luar biasa.
"Ahhh!" Ayla merintih kesakitan memegangi perutnya. Apa dia akan melahirkan sekarang? Tapi masih jauh sekali Heaven lahir, dia baru hamil lima bulan.
"Ahhh! Edde di mana? Aduh, tolong." Ayla lagi-lagi mengadu saat merasakan detakan jantungnya bergema membabi buta, bahkan dia kesulitan bernapas.
Kepalanya juga terasa mau pecah karena rasa sakit yang tak bisa ditolerir, air mata meluruh di seluruh pipinya. Dia bukan orang cengeng, tapi Ayla menangis karena tak kuat dengan rasa sakit.
Saat berusaha memegangi meja di depannya karena pandangannya kabur bahkan seluruh tubuhnya mati rasa.
"Ahhhh!" Ayla mencoba berteriak meminta tolong, tapi suaranya seolah tertahan di tenggorokan.
Wanita itu terjatuh di tempat duduknya, saat berusaha untuk bangkit lagi-lagi Ayla terjatuh karena dia tak bisa melihat dengan jelas, ditambah dengan sakit perut aneh yang membuatnya benar-benar tak kuat untuk menahannya. Ini bukan sakit melahirkan.
Udara kian menghimpit ke paru-paru.
"Ahhh! Edde, please. Please, ini sakit. Anakku! Anakku kesakitan," rintih Ayla berusaha untuk melindungi perutnya, tapi suaranya seolah tak keluar.
Ini luar biasa sakit dan dia tak bisa melakukan apa-apa lagi. Sialnya, tidak ada orang di sana dan tak ada yang bisa menolongnya.
Walau sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi, tapi kesadaran terakhir Ayla adalah dia sepertinya kehilangan anaknya.
Tangan wanita itu masih berusaha untuk melindungi perutnya untuk terakhir kali sebelum tak sadarkan diri.
Dan Ayla ditemukan mati keracunan sianida!
TAMAT!!!
______☠️☠️☠️
NEXT BAB TAMAT🦫🦫🦫
ENDING TERBAIK BUAT MEREKA SEMUA🥺🥺🥺.
AYLA PERGI BAWA HEAVEN DAN EDEN SAMA AUDEN 🥺🥺🥺.
SESUAI NAMANYA HEAVEN, SEBENARNYA UDAH AKU KASIH SPOILER TENTANG ENDING DARI NAMA ANAK MEREKA🤓🤓🤓.
SEE YOU DI BAB TERAKHIR 💕💕💕💕.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENIH MAJIKAN DI RAHIMKU (END)
Romansa"T-tuan, jangan." Sang gadis terisak sambil menggeleng. "Diamlah, Sayang. Malam ini aku sangat horny dan ingin memakan semua tubuhmu yang nikmat," bisik sang pria dengan nada serak menahan gejolak hasrat yang bergelora. Malam panas itu menghasilkan...