BAB 14

82.4K 2.7K 76
                                    

Delisha mengundang Ayla untuk menginap di rumahnya. Sandra mengizinkan karena wanita itu sedang syuting di luar kota selama beberapa hari.

Sebenarnya Ayla merasa tak enak hati, tapi memikirkan jika hanya menghabiskan waktu bersama Auden lebih baik dia menghindar.

Delisha sudah menunjuk sebuah kamar kosong untuknya. Sang gadis masuk ke dalam kamar untuk meletakkan pakaian miliknya, bahkan Delisha memaksa untuk membawa pakaian satu koper karena Ayla akan menginap selama tiga hari.

Kamarnya rapi dan terlihat sudah lama tidak ditinggali, terlihat seperti kamar bujang.

Ayla merebahkan tubuh sebentar karena merasa lelah, gadis itu menutup mata bertanya-tanya hidup seperti apa yang sedang dia jalani ini.

Ketukan di pintu kembali menyadarkannya, bergegas bangkit dari ranjang dan berjalan membuka pintu.

"Ayo, minum teh bersama," ajak Delisha.

Ayla selalu merasa tak enak hati pada wanita cantik ini, dia begitu baik. Tidak hanya rupanya yang seperti malaikat, tapi hatinya juga seperti malaikat.

Dia masih mempertanyakan kenapa Auden jadi spek dajjal jika ibunya adalah spek bidadari.

Delisha mengajak Ayla ke samping rumah yang disulap menjadi taman penuh dengan bunga dan rumput Jepang yang terawat. Biasanya dia rajin merawat bunga untuk mengisi hari-harinya yang sepi.

Semua anaknya telah besar dan punya kehidupan masing-masing. Mengurus tanaman untuk menghabiskan masa tua.

"Mami sudah tua, kamu juga sedang hamil, jadi cemilan kita sore ini buah-buahan saja." Delisha tertawa di ujung kalimatnya, Alya jadi tersenyum serba salah.

Di depan mereka sudah ada berbagai buah-buahan, ada strawberry, blueberry, nanas, potongan apel, dan buah yang lain.

Ayla jadi teringat Auden saat keduanya makan salad buah, berarti keluarga ini suka buah, dan mereka peduli apa saja asupan yang masuk dalam perut.

"Terima kasih, Tante." Ayla mendongak tak pernah bosan memandang kecantikan Delisha tiada tara.

"Panggil Mami saja," pinta Delisha. Ayla tersenyum simpul masih merasa segan.

"Ayah pulang!" Delisha dengan semangat menyambut suaminya seperti anak kecil yang senang diberi permen.

Mengintip Ayla bisa melihat pasangan suami istri itu berciuman sebentar.

Mulutnya setengah terbuka, dengan jantung yang berdegup kencang. Dia benar-benar seratus persen Auden versi tua. Sama-sama terlihat tampan dan gagah, Ayah Auden sama seperti putranya hanya saja guratan keriput di wajahnya terlihat jelas termakan usia.

"Mami ngundang Ayla. Ini Papa Auden."

Ayla berusaha untuk tersenyum kaku sambil mengangguk, Ayah Auden melakukan hal yang sama dan tersenyum sopan padanya. Sejujurnya Ayla takut pandangan orang tua Auden padanya sebagai wanita murahan yang mau saja hamil dari majikannya, padahal pernikahan sang majikan terlihat begitu harmonis.

Ayden—Ayah Auden bergabung bersama untuk makan buah bersama. Delisha bercerita jika sudah kebiasaannya menyiapkan camilan sore menyambut suami pulang kerja setiap hari.

"Mungkin bulan depan kita bisa periksa bersama kandungan."

"Y-ya, Tante."

"Panggil Mami!" Delisha memasang wajah galak tapi pesonanya kian memancar. Ayla harus mengakui dia adalah wanita cantik yang pernah dia temui, selalu terpana dengan kecantikan yang dimilikinya.

Saat lirikannya berpindah pada Ayah Auden, Ayla bisa melihat cinta yang terpancar begitu kuat. Ayden terlihat jatuh cinta setiap detiknya pada sang istri yang membuat para bidadari merasa insecure.

BENIH MAJIKAN DI RAHIMKU (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang