BAB 25

66.8K 2.4K 274
                                    

"Listen! Aku sangat mencintai istriku. Aku tidak pernah mengecewakannya selama ini, dan tidak akan pernah mengecewakannya," ucap Auden dengan wajah mengeras sambil meremas bahu Ayla.

Gadis itu menelan ludah kasar dengan wajah pias. Ada perasaan tercubit yang tak bisa dia ungkapkan.

"Selesaikan pernikahan satu tahun ini dan kamu harus pergi jauh."

Tubuh Ayla terasa begitu ringan, jangan tanyakan lagi air mata yang terus mengalir. Entah kenapa dia merasa begitu kecewa yang tak dapat dijelaskan.

"Aku akan pergi," tekadnya dengan bibir bergetar.

Auden melepaskan cengkraman itu sambil menyugar rambutnya frustrasi. Dia tak pernah menginginkan berada di situasi sulit seperti ini, melukai dua wanita tanpa sadar. Rasanya tidak akan sanggup melihat istri tercinta terluka. Sandra tidak pernah mengeluarkan air mata karenanya kecuali air mata kebahagiaan.

Segala kebahagiaan dan kesempurnaan yang mereka rasakan kini perlahan memudar.

"Aku akan pergi," angguk Ayla tersenyum getir.

"Arrrrgggh!"

"Uncle!" tegur Lionel saat melihat pamannya hendak menendang bangku di depannya. Hanya ada Ayla, Auden dan Lionel bocah menggemaskan yang sangat pintar.

Ayla masih terdiam di tempatnya dan hanya mengecup-ngecup kepala Lionel dengan sayang.

Dia tahu tak bisa lagi menghindar dari segala rentetan pertanyaan pasal hamil ini, dan pria di depannya yang telah memperkosanya dan membuat dirinya masuk dalam jurang gelap memilih untuk cuci tangan.

"Lio sama Mommy, ya. Onty mau kemas," bisik Ayla.

Lionel berbalik ke arahnya. Tangan mungil bocah itu terulur untuk mengelus wajahnya.

Ayla lagi-lagi tersenyum, mungkin saat anaknya hadir dia tak lagi merasakan kesedihan dan kesialan setiap saat seperti sekarang.

Auden masih berdiri dengan perasaan sesak. Ingin mengamuk, ingin marah, tapi dia tak tahu melampiaskan semua ini ke mana. Dia terjebak dalam labirin yang dibuat sendiri.

Ada perasaan hangat yang menyelimuti dadanya saat melihat interaksi Ayla dan keponakannya. Istrinya memang tidak akrab dengan anak kecil, bahkan Sandra tidak dekat dengan keponakan suaminya sendiri.
Mungkin dia memang ditakdirkan untuk tak punya anak.

Ayla menarik napas panjang, walau dokter belum mengizinkan dia akan pulang segera. Rasanya begitu malu hati dan takut dengan semua pertanyaan sang majikan wanita soal kehamilannya sekarang.

Dengan hati-hati Ayla turun dan mulai mengemas dan akan pulang dari liburan gagal ini. Dia benar-benar tanpa arah jujur saja sekarang.

"Onty!" Bocah menggemaskan itu terus menarik-narik baju miliknya, mengajak bermain. Ayla berbalik sembari menarik napas panjang dan menggendong Lionel dengan susah payah sembari mengemas.

Dia hanya pembantu miskin yang tidak akan pernah bisa melawan orang-orang ini, pun jika dia jujur dirinya yang akan disalahkan. Ayla pasti dituduh menggoda suami orang.

Otak Auden benar-benar buntu untuk menjelaskan ini semua pada sang istri, demi apa pun dia tidak akan sanggup untuk jujur pada sang istri soal kebenaran ini, tapi perasaan bersalah itu terus menggerogoti dirinya.

Pada akhirnya Ayla yang tak bersalah menjadi kambing hitam.

Pria itu kembali menjemput istrinya.
______

Liburan gagal, Ayla kian merasa tak enak hati karena dirinya liburan yang telah disiapkan jauh-jauh hari harus batal.

"Kehamilan ini hanya bawa sial."

BENIH MAJIKAN DI RAHIMKU (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang