Seorang wanita tengah menggeliat dalam tidurnya, ia membuka mata perlahan. Kepalanya terasa berat dan badannya pun terasa panas. Ia melihat ke sekeliling ruangan tempat ia berada, sangat familiar namun ia tak tau dimana sekarang ia berada. Penglihatannya terfokus pada seorang lelaki yang tengah duduk di sofa dengan satu tangan memegang ponsel dan satu tangan lagi memegang gelas yang entah berisi minuman apa.
"Butuh sesuatu?" Tanya lelaki itu menghampiri wanita yang tengah berusaha mendudukkan dirinya.
"Gue dimana, Bin?" Tanya wanita itu bingung.
"Uda enakan?" Bintang bertanya balik.
"Jawab dulu pertanyaan gue." Tukasnya kesal.
"Pertanyaan gue juga perlu di jawab."
"Uda, tapi masih lemes banget." Jawab Jingga akhirnya.
"Ini kamar gue, lo ada di rumah gue sekarang."
Mata Jingga membelalak kaget. Bagaimana bisa dia ada di kamar seorang lelaki yang bahkan bukan pacarnya. "Gak usah kaget. Gue uda kabarin bokap lo lewat Arini. Jadi malem ini lo harus nginep di rumah gue." Jelas Bintang. Dengan cepat Jingga menggeleng, bagaimana ia akan menjelaskan pada Indra bahwa dia menginap di rumah lelaki? Apa yang akan ia katakan nanti.
"Gue uda suruh Arini, supaya bilang ke bokap lo kalo lo itu nginep di rumah dia. Dan bokap lo setuju." Jelas Bintang lagi seakan tau pikiran Jingga yang terus berkecamuk.
"Besok sekolah gimana?" Tanya Jingga akhirnya.
Bintang tersenyum manis seraya mengacak rambut Jingga gemas." Besok tuh weekend, lupa?" Jawab Bintang.
Jingga diam, menatap wajah Bintang yang tadi tersenyum sangat manis dan itu untuk yang pertama kalinya dia lihat. Dan ia merasa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Ia juga melupakan rasa sakit di kepalanya akibat senyuman teramat manis yang diberikan Bintang tadi.
"Dari pada liatin gue, mending lo ganti baju terus kita makan malem." Ujar Bintang membuyarkan lamunan Jingga.
"Gue gak bawa baju."
" Gue uda siapin baju kakak gue, lo tinggal pake aja."
Jingga mengangguk, kemudian mengambil baju diatas nakas lalu memasuki kamar mandi untuk mengganti bajunya.
10 menit Jingga sudah keluar dari kamar mandi dengan muka yang lebih segar namun tetap terlihat pucat. Ia berjalan ke arah Bintang yang setia menunggunya di sofa yang ada di kamar.
"Orang tua lo gak marah, Bin?" Tanya Jingga merasa tak enak.
"Gue uda jelasin, tenang aja. Ayo." Jawab Bintang menarik tangan Jingga, menggenggamnya dengan erat kemudian mereka menuruni anak tangga menuju ruang makan yang sudah terdapat kedua orang tua serta kakak perempuan Bintang.
"Malam Pa, Ma, Bin." Sapa Bintang kemudian duduk di kursinya yang biasa. Jingga hanya tersenyum ramah lalu duduk di kursi kosong samping Bintang, tentunya atas perintah Bintang yang tadi menyuruhnya agar duduk.
"Lo bisa panggil gue dengan embel embel kakak gak?" Tanya wanita berparas cantik dengan ekspresi kesalnya.
"Lo bisa gak bahas ini terus gak?" Tanya Bintang balik.
"Udah-udah, kalian ini ribut mulu tiap malam. Gak malu apa sama Jingga." Lerai Dena kepada kedua anaknya.
"Jingga, kok lo mau sih sama nih bocah. Uda dingin kayak es batu, keras kepala lagi. Gue aja kakaknya mikir dulu kalo mau ngakuin dia sebagai adik." Cerocos Binar menatap tajam adiknya. Jingga tersenyum manis." Kita gak pacaran kok kak." Jawab Jingga tak enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga
Teen Fiction"Karna walaupun kamu sudah tak menemaniku lagi, hatiku akan tetap mencintaimu, Bintang Mahendra." ~Alisya Jinggana Renggama~ "Jaga dia, jangan pernah menyakitinya. Hatiku akan tetap hidup bersamanya, bersama seseorang yang aku percaya akan mencintai...