Bel pulang sekolah berbunyi, memperdengarkan sorakan senang dari semua murid SMA pelangi, begitu pun Jingga dan Arini. Mereka tengah bersiap-siap untuk pulang. Tapi tidak dengan Jingga, ia harus latihan untuk penampilan dramanya yang akan ditampilkan kurang lebih 4 hari lagi.
"Kamu gak ada niat mau kabur kan?" Suara bariton lelaki yang tak lain adalah Bintang mengejutkan Jingga yang tengah menunggu Arini keluar dari kelas.
"Astagfirullah, Bin. Uda dua kali kamu ngangetin aku hari ini." Oceh Jingga lagi-lagi memegang dadanya.
Bintang menyengir kuda, lalu menggenggam tangan Jingga."Maaf, uda yuk." Ajak Bintang. Jingga melepas genggamannya, ia bukan tak mau digenggam Bintang, hanya saja ia terlalu malas mendengar umpatan dari penggemar Bintang, terlebih kalau Nayla sampai melihatnya.
Bintang menaikkan satu alisnya, bingung dengan Jingga yang melepas genggamannya."Kenapa?"
"Aku gak mau diumpatin sama fans-fans alay kamu, apalagi kalo sampe Nayla tau." Jawab Jingga sedikit berbisik.
Bintang tersenyum jahil, ia mendekatkan pipinya agar setara dengan bibir Jingga, lalu memegang dagu Jingga agar melihatnya karna Jingga membuang pandangannya.
Cup
Bibir merah Jingga mengenai pipi Bintang, sontak hal itu membuat seluruh pasang mata yang melihatnya teriak histeris, begitu pun dengan Jingga yang berhasil melotot karna tindakan Bintang. Jingga menjauhkan bibirnya, ia menunduk. Merah di pipinya tak bisa ia sembunyikan, ia sangat malu.
"Itu lebih baik, sayang. Ayo." Ajak Bintang kembali menautkan tangannya ke tangan Jingga.
Selama mereka berjalan ke ruang OSIS, banyak pasang mata yang melihat mereka, mencibir Jingga yang kecentilan, mengatakan bahwa Bintang adalah pria paling tampan, mengatakan bahwa Jingga dan Bintang cocok jadi pasangan, semua itu tak lepas dari pendengaran Jingga. Tapi yang harus kalian tau, Jingga bukanlah tipe orang yang suka mendengar omongan orang, pada dasarnya ia adalah orang cuek, makanya ia tak terlalu mementingkan itu.
"Lama amat lo berdua. Lumutan kita nungguin lo, Nih." Doni berprotes. Bintang mengedikkan bahunya acuh, kemudian menginstrupsikan agar mereka mengambil posisi masing-masing sesuai yang telah diajarkan. Begitu pula dengan Bintang dan Jingga yang menjadi pemeran utama pada drama ini.
••••
Jingga bernapas lega, karna latihan hari ini tidak memerlukan waktu yang lama. Jadi ia tidak perlu kena omelan maut dari Mamanya. Saat ini, Jingga sedang berada di mobil Bintang, tadi Bintang keukeuh mau mengantar Jingga pulang, padahal Jingga hanya tidak mau di antarkan tapi ia hanya sebisa mungkin menghindari pertengkaran lagi dengan Nayla yang berujung ia akan menangis lagi.
"Kamu kenapa gak bawa mobil?" Bintang membuka suara. Bertanya mengapa ia tak membawa mobil beberapa hari ini.
"Mobil aku disita Mama." Jawab Jingga malas. Ia bukan malas bicara dengan Bintang, ia malas membahas kejadian demi kejadian menyakitkan yang harus dia terima.
Bintang mengangguk, tidak ingin memperbanyak pertanyaan karna ia tau itu akan membuat suasana hati Jingga berubah.
"Kamu kenapa lebih sering bawa mobil sekarang? Dulu kamu setiap hari pake motor." Jingga bertanya pada Bintang yang tengah fokus menyetir.
"Biar lebih aman kalo pulang sama kamu." Jawab Bintang tersenyum.
Jingga tak menanggapi, ia tidak mau mendengar gombalan receh atau perlakuan manis Bintang padanya yang berujung akan membuatnya menahan malu setengah mati.
Beberapa menit hening, tak ada pembicaraan lagi, dan mereka pun sampai di depan rumah Jingga.
"Aku ikut ya, biar aku yang jelasin sama mama kamu." Ucap Bintang ketika Jingga ingin turun dari mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga
Novela Juvenil"Karna walaupun kamu sudah tak menemaniku lagi, hatiku akan tetap mencintaimu, Bintang Mahendra." ~Alisya Jinggana Renggama~ "Jaga dia, jangan pernah menyakitinya. Hatiku akan tetap hidup bersamanya, bersama seseorang yang aku percaya akan mencintai...