Hari ini ketujuh remaja itu sedang semangat dan sibuk mempersiapkan acara untuk menyambut kepulangan Langit. Dari mulai rumah Langit yang di beri balon seperti ingin ulang tahun, para wanita yang tengah menyiapkan makanan yang nantinya akan mereka santap bersama, para lelaki yang tengah menaiki tangga untuk memasang hiasan di dinding ruang keluarga rumah Langit.
"Dik, yang bener dong lo aelah." gerutu Doni ketika Dika malah melepas spanduk yang ingin mereka pasang.
Dika menyengir."Maaf deh maaf." ucapnya dengan ekspresi tidak berdosa.
"Kak lo juga yang bener ngapa, masa lo tinggal gue. Entar kalo gue jatuh gimana? Mau tanggung jawab lo?" Juna ikut memaki Bima yang sengaja melepas pegangan tangganya dan malah memainkan ponsel.
"Jatuh, mati tinggal kubur. Susah amat." jawab Bima di akhiri tawanya.
"Udah deh, berisik banget sih." komentar Rania yang tengah menghidangkan makanan di atas meja makan bersama Arini.
"Tau nih, ribut mulu. Buruan, Kak Langit sama Jingga udah mau sampe."
Suara Arini terdengar dengan santai yang bisa membuat orang yang mendengar suaranya itu merinding. Kesan dingin Arini tidak bisa hilang begitu saja ternyata.
"Hai semua."
Tiba-tiba suara sapaan seorang wanita membuat mereka yang sedang beraktivitas menghentikan kegiatan mereka masing-masing. Disana, ada Mars bersama seorang wanita bertubuh tinggi. Wanita itu tersenyum pada mereka semua yang melihat.
"Boleh gabung gak?"
Tak ada yang merespon, mereka kembali sibuk dengan kegiatan awal mereka seperti tak mendengar siapapun berbicara.
"Udah aku bilang gak ada yang suka sama aku." adunya pada Mars. Lelaki yang sudah membuka jas dokternya itu tersenyum, mengelus pipi gadis yang tingginya hanya sebatas bahunya dengan lembut.
"Gapapa, pelan-pelan ya." ucapnya pada Nagita. Wanita itu Nagita laurentika, wanita yang beberapa bulan ini sering membuat Mars memikirkannya. Wanita yang sekarang dicintai oleh Billyno Mars Natan yang bergelar dokter itu.
Nagita hanya mengangguk."Ya udah, kamu bantuin Bunda di dapur sana." titah Mars lembut.
"Oke." ucap Nagita semangat kemudian melangkahkan kakinya ke dapur yang jaraknya tidak jauh dari ruang keluarga rumah lelaki yang sekarang sudah resmi menjadi kekasihnya.
Begitu Nagita hilang dari pandangan, ke empat lelaki itu langsung mendatangi Mars, melihatnya dengan tatapan mengintrogasi.
"Sejak kapan?"
"Kok bisa?"
"Serius lo, Bang?"
"Lagi becanda kan lo?"
Secara bergantian ketujuh pemuda dan pemudi itu bertanya pada kakak Langit itu. Mereka bertanya seolah tak pernah menyangka Mars akan bersatu dengan wanita setengah gila yang pernah mengusik hidup Langit. Cinta memang susah di tebak.
Dengan senyuman yang tak biasa dan kerutan di dahi nya, Mars menjawab dengan enteng."Gak. Udah mending lanjutin aja kerjaan kalian."
Mereka mendengus kesal namun tetap melakukan intrupsi Mars untuk melanjutkan pekerjaan mereka.
••••••
Jam telah menunjukkan pukul 14.00 wib. Rumah Langit sudah di desain sedemikian rupa, makanan sudah tertata rapih di meja makan, semua yang mendukung acara kecil untuk menyambut Langit pulang kerumahnya setelah tiga minggu berada di rumah sakit. Mereka tinggal menunggu dua sejoli yang belakangan ini semakin dekat itu untuk datang. Akhir-akhir ini, Jingga dan Langit terlihat sangat dekat, tak jarang mereka menunjukkan kemesraan di depan sahabat-sahabat mereka tanpa sungkan. Sejujurnya mereka semua senang, karna dengan kehadiran Langit, Jingga tidak terlalu kehilangan dan meratapi lebih lama kepergian Bintang yang meninggalkan sejuta kenangan. Mereka yakin, Bintang pasti bahagia disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga
Fiksi Remaja"Karna walaupun kamu sudah tak menemaniku lagi, hatiku akan tetap mencintaimu, Bintang Mahendra." ~Alisya Jinggana Renggama~ "Jaga dia, jangan pernah menyakitinya. Hatiku akan tetap hidup bersamanya, bersama seseorang yang aku percaya akan mencintai...