14❤ Panggilan

14 1 0
                                    

Bintang telah sampai di rumahnya, begitu pun Arini dan ketiga sahabatnya yang ia suruh pulang, mengingat ini sudah memasuki waktu tengah malam. Ia memencet bel, pintu terbuka menampilkan Dena yang menatapnya bingung karna membawa Jingga di gendongannya.

" Bin, Jingga kenapa?" Tanya Dena panik.

Bintang tak langsung menjawab, ia masuk ke rumahnya dengan diikuti Dena dibelakangnya. " Nanti Bintang jelasin ya, Ma. Bintang mau antar Jingga ke kamar."

Dena mengangguk, ia duduk di ruang keluarga yang sudah ada suaminya disana.
" Kenapa, Ma?" Tanya Jaya saat Dena telah duduk di sampingnya.

" Jingga kayaknya sakit lagi, Pa." Jawab Dena.

Jaya mengangguk, tak ingin banyak bertanya karna yang mengetahui banyak hal hanya Bintang.

Di lain sisi, Bintang sedang meletakkan Jingga yang tertidur di ranjangnya, ia mengecup kening Jingga sekilas, sebagai bukti bahwa ia sangat mencintai gadisnya ini. " Selamat istirahat, Sayang." Ucap Bintang kemudian ingin beranjak, namun tangannya di cekal yang sudah di pastikan itu adalah Jingga. Bintang membalikkan badan, melihat Jingga yang sudah membuka matanya dan menatap ke arah Bintang.

" Jangan tinggalin aku, Bin." Pintanya lirih

Bintang mengelus rambut Jingga." Aku mau jelasin sama Mama dan Papa dulu. Bentar aja kok." Balasnya tersenyum.

" Nanti balik lagi ya."

Bintang mengangguk, kemudian melangkah pergi setelah Jingga melepaskan cekalan tangannya.

Bintang menuruni anak tangga, duduk di depan kedua orang tuanya ketika telah sampai di ruang keluarga." Binar mana?"

" Uda tidur lah, ini uda jam 12 malem." Jawab Dena asal.

" Kenapa lagi Alisya, Bin?" Tanya Jaya membuka pembahasan.

" Alisya di kurung sama Nayla dan Tante Nia, gak dikasi makan, Hp nya disita, keadaannya kacau, dia demam dan kondisinya drop tadi." Jelas Bintang berusaha tenang.

" Mama bingung deh, kenapa sih Nia sama Nayla itu benci banget sama Alisya, Mama tau Nia itu gimana, karna dia juga satu sekolah dengan Mama dulu." Dena bertanya tak paham dengan Nia yang kejam dan tidak berperi kemanusiaan itu.

" Kita gak usah pikirin itu, yang harus kita pikirin gimana caranya supaya Alisya bisa terbebas dari mereka berdua." Saran Jaya.

Bintang menarik napas dalam, memijat pelipisnya yang terasa pusing." Bintang akan jagain Al terus, Ma, Pa." Ucapnya yakin.

Jaya dan Dena mengangguk, kemudian menyuruh Bintang untuk menjaga Jingga di kamarnya yang langsung diangguki oleh Bintang.

Bintang kembali ke kamarnya, ia melihat Jingga yang masih membuka mata, ia mendekati Jingga setelah mengunci pintu.

" Kenapa belum tidur?" Tanya Bintang mengusap rambut Jingga.

Jingga tersenyum, memegang tangan Bintang yang mengusap rambutnya.
" Nungguin kamu." Ucapnya.

" Ya udah tidur aja, aku tungguin."

" Kamu juga tidur, besokkan sekolah."

" Iya nanti kalo kamu uda tidur, baru aku tidur."

Jingga menggeleng." Tidur disini aja, sama aku." Katanya sambil menepuk sisi sebelah kirinya.

" Aku percaya kamu gak akan macem-macem." Lanjutnya ketika melihat raut wajah Bintang ragu.

Bintang tersenyum, kemudian merebahkan tubuhnya disamping Jingga, begitupun dengan Jingga yang berbalik menjadi menghadap Bintang, memeluknya erat, mencari posisi ternyaman di dada Bintang dan ia pun melakukan hal yang sama, membalas pelukan Jingga tak kalah eratnya, mencium puncak kepala Jingga dengan sayang. Perlahan, ia melihat ke arah Jingga yang telah tertidur pulas. Ia tersenyum, kemudian ikut tertidur memasuki alam mimpi.

JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang