Terhitung sejak sampai di apartemen hingga sekarang, Jingga masih saja meraung tidak jelas karna kesal atas perlakuan Langit kepadanya. Lelaki itu berhasil membuat Jingga yang terkenal sabar menjadi emosi yang berimbas pada ketiga sahabatnya. Dari tadi Jingga tak henti-hentinya mengoceh dan mengumpati Langit yang sudah mengusir nya secara tidak langsung, ia semakin kesal karna ketiga sahabatnya itu tidak ada yang menanggapi sama sekali, mereka malah asik menghabiskan isi kulkas Jingga. Benar-benar menyebalkan.
"Rese banget sih tuh cowok, gue kesel. Nyesel banget gue khawatirin dia tadi."
Pernyataan Jingga kali ini berhasil membuat Riana dan Rania tersedak oleh makanan yang mereka makan, serta membuat Arini menatapnya intens. Sepertinya, suatu kesalahan besar bila Jingga mengatakan kegelisahaannya dari tadi pada tiga wanita di hadapannya ini. Tapi Jingga yakin, mereka bisa dipercaya.
"Lo khawatir?"
"Serius?"
"Jadi lo itu_"
"Apa? Lo mau bilang kalo gue suka kak Langit?"
Mereka langsung mendekati Jingga ke tempat tidurnya, ingin meminta penjelasan atas ucapannya barusan. Bukankah yang mereka tau Jingga sangat mencintai Bintang, kenapa ia bisa goyah dan mulai mencintai lelaki lain.
"Lo ada masalah apa sama Bintang?"
"Lo mau selingkuh, Ji?"
"Atau lo lagi halu tingkat dewi?"
Jingga memutar bola matanya malas, meremas-remas bed cover tempat tidurnya yang sudah seperti kapal pecah, berantakan tak ada bentuk. "Ngaco ya lo semua." jawab Jingga memukul kepala Arini, Rara dan Riri menggunakan bantal yang sudah terlepas dari sarungnya itu.
"Gue gak ada masalah apa pun sama Bintang, gue gak mau selingkuh dan gue juga gak halu tingkat dewi."
"Terus kenapa lo kesel kak Langit usir lo, kenapa lo khawatir sama dia?" pertanyaan itu datang dari Rania.
"Nah cakep tuh pertanyaan." sahut sang kembaran mendukung.
Jingga kicep, ia tampak gelagapan mendengar pertanyaan dari Rania, kalau di pikir-pikir benar apa yang ditanyakan mereka. Mengapa ia harus kesal, bukankah selama ini ia sendiri yang menolak Langit mentah-mentah.
"Diem kan lo." sahutan Arini pun terdengar. Jingga memutar bola matanya malas, lalu beralih ke ponsel yang tergeletak di atas nakas, ponselnya berdering tanda ada yang meneleponnya.
Ia melihat nama yang tertera disana adalah nama My Star💞, nama kontak untuk Bintang. Dengan sedikit malas ia mengangkat telepon itu dan mendekatkan ponsel ketelinganya.Halo.
"......."
Mau ngapain?
"......"
Aku lagi sama temen-temen, kan gak mungkin aku tinggal.
"......"
Oke.
Sambungan diputus sepihak oleh Jingga, ia beralih melihat ke ketiga sahabatnya yang sudah terlihat seperti ingin menerkam mangsa.
"Ada apa?" tanya ketiganya kompak.
Jingga bergidik ngeri, se penasaran itukah mereka untuk mengetahui apa isi percakapannya dengan Bintang sampai bertanya pun bersamaan. "Bintang ngajakin BBQ an."
"Ha? Dalam rangka apa?" Riana bertanya.
Jingga mengedikkan bahu kemudian bangkit dari posisinya. "Ayo cabut ke rumah Bintang." sentaknya kesal ketika ketiga gadis itu tak mengikuti geraknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga
Ficção Adolescente"Karna walaupun kamu sudah tak menemaniku lagi, hatiku akan tetap mencintaimu, Bintang Mahendra." ~Alisya Jinggana Renggama~ "Jaga dia, jangan pernah menyakitinya. Hatiku akan tetap hidup bersamanya, bersama seseorang yang aku percaya akan mencintai...