Dengan cemas ke enam remaja ini menunggu kehadiran salah satu sahabat mereka yang pergi dalam keadaan emosi. Sudah beberapa jam tapi belum ada kabar dari yang sedang mereka tunggu. Dari tadi, mereka mencoba menghubungi Bintang, tapi nihil Bintang lebih memilih mematikan ponselnya sehingga tidak bisa mereka melacak dimana keberadaan sahabat mereka itu. Mereka juga belum mendapat kabar apapun dari Jingga atau pun Bima tentang kondisi Langit, bagaimana keadaan kakak tingkat mereka itu selepas bertengkar hebat dengan Bintang yang sekarang pun tak tau rimbanya dimana.
Ditemani keheningan malam, tiga lelaki dan tiga perempuan yang belum memejamkan mata sejak tadi pagi itu lebih memilih menunggu kabar dari dua sahabat mereka yang mereka harap baik-baik saja di luar sana. Waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 pagi, tapi mata satu pun dari mereka tak ada yang bisa tertutup, bagi mereka persahabatan di atas segalanya.
Deringan ponsel lantas membuat ke enam remaja itu terfokus ke arah bunyi ponsel yang ternyata dari arah Arini. Sang pemilik ponsel langsung mengangkat telepon yang berasal dari Jingga. Perlahan, mereka bernapas lega karna satu orang yang mereka khawatirkan telah memberi kabar.
Halo
Halo, Rin. Lo semua dimana?
Di rumah lo. Gimana keadaan lo dan kak Langit?
Sekarang kalian semua beresin barang-barang ya. Kita harus pulang ke Jakarta pagi ini.
Lo serius? Apa yang terjadi, Ji?
Nanti gue jelasin ya, sekarang kalian beresin barang-barang terus ke rumah sakit. Nanti gue sharelock alamatnya.
Dengan hitungan detik, telepon di putuskan oleh Jingga.
"Kenapa, Rin?" pertanyaan itu datang dari Riana yang sama khawatirnya dengan Arini.
"Jingga bilang, kita harus pulang pagi ini juga. Gue yakin ada sesuatu terjadi sama kak Langit."
Mereka saling pandang, bingung dengan jawaban Arini yang otomatis ia ketahui dari Jingga. Mereka tak menerima kabar apapun, sekalinya Jingga memberi kabar, mereka harus pulang pagi ini juga. Rencana liburan yang sedang mereka rancang batal dengan alasan yang mereka saja tidak tau penyebabnya. Tapi, sebagai seorang yang menjunjung tinggi nilai persahabatan mereka tidak boleh egois, yang mereka pentingkan sekarang adalah tiga orang sahabat mereka yang telah terkena hubungan cinta segitiga, cinta rumit yang bahkan mereka saja tidak tau cara menyelesaikannya. Bagi mereka, semua ini hanyalah bumbu kehidupan yang harus mereka jalani, persahabatan diatas segalanya.
Cukup lama terdiam dan saling pandang dengan pikiran masing-masing, akhirnya mereka tersadar karna terusik oleh bunyi suara ponsel, kali ini ponsel Juna yang berbunyi menandakan panggilan masuk. Juna, mengambil ponsel yang sedari tadi di letakkan di atas meja, tak peduli tentang keadaan batrai ponselnya yang hampir lowbat, sebagai orang yang paling lama mengenal Bintang, lelaki itu tau sahabat nya tidak sepengecut itu untuk meninggalkan apa yang harusnya dia pertanggung jawabkan.
Juna mengangkat telpon itu dengan alis berkerut, pasalnya nomor yang tidak kenal terpampang disana.
Halo
Apakah benar saya terhubung dengan saudara Juna?
Iya, benar.
Kami dari kepolisian, ingin mengabarkan kecelakaan beruntun di daerah dekat rumah sakit citra permata. Dari identitas yang kami temukan, di duga korban bernama Bintang Mahendra.
Juna membeku di tempatnya, berita menyakitkan apalagi yang harus ia dengar, kecelakaan yang sudah ia firasatkan dari awal. Perasaannya buruk tentang Bintang, dan sekarang itu benar-benar terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga
Novela Juvenil"Karna walaupun kamu sudah tak menemaniku lagi, hatiku akan tetap mencintaimu, Bintang Mahendra." ~Alisya Jinggana Renggama~ "Jaga dia, jangan pernah menyakitinya. Hatiku akan tetap hidup bersamanya, bersama seseorang yang aku percaya akan mencintai...