Setiap orang pasti punya masa lalu baik yang buruk atau pun yang baik. Tak bisa di pungkiri bahwa orang yang ada di masa lalu pernah ada di dalam kehidupan setiap insan. Begitu pula dengan gadis yang masa lalu nya kelam ini. Ia tak akan bisa melupakan orang yang ada di masa lalu nya walau sejahat apa pun mereka pada nya. Sama seperti kebanyakan orang, Jingga pun punya masa lalu yang sangat memilukan. Hari ini, akan berencankan ke rumah lama nya, rumah yang penuh dengan kenangan menyakitkan. Ia ingin mengambil sebagian barangnya yang masih tertinggal disana sekalian bertemu dengan mama dan adik tirinya. Terhitung sejak kecelakaan sudah lima bulan lebih Jingga tidak bertemu dengan mereka. Ada rasa rindu, mengingat ia sudah hidup selama depalan belas tahun dengan mereka meski pun tak pernah menyenangkan. Sudah lah, ia tidak ingin mengingat kepahitan itu, Jingga bukan orang pendendam.
Jingga akan berangkat bersama Arini, Riana dan Rania, tadinya ia ingin berangkat sendiri tapi karna suruhan Bintang yang memaksa agar mereka ikut dengan alasan tidak ingin terjadi apa-apa pada Jingga, mau tidak mau ia harus menurutinya dari pada tidak di izinkan pergi sama sekali.
"Lo yakin mau masuk?" pertanyaan Arini menyadarkan Jingga dari lamunannya. Ia sendiri pun ragu apakah ia masih di izinkan masuk atau tidak ke rumah ini. Mungkin Nia dan Nayla sudah sangat membencinya karna yang Jingga dengar papa nya sudah melayangkan gugatan cerai untuk mama tirinya itu. Awalnya Jingga menentang keputusan itu,tapi ia yakin Indra pasti sudah memikirkannya matang-matang, Jingga tau Papa nya tak pernah main-main jika mengambil keputusan.
"Gue yakin, apa salahnya di coba."
Jingga mengetuk pintu rumah yang sudah lima bulan tak menyapanya. Memencet bel beberapa kali namun tak ada jawaban juga. Tak berapa lama suara deru mesin mobil terdengar mengalihkan pandangan keempat wanita itu menjadi menghadap ke belakang. Mobil yang Jingga kenal adalah mobilnya yang sudah di ambil hak milik oleh Nayla atas perintah Nia.
Dari mobil itu keluarlah Nia dan Nayla yang masih tidak menyadari kehadiran Jingga.
"Mama..." panggilnya pada Nia.
Yang di panggil pun mendekat bersama Nayla, bisa Jingga lihat hanya ada rasa kebencian di mata Mama dan Adik tirinya ini. Sangat menyakitkan ketika kita sudah berusaha melupakan keburukan orang lain pada kita tapi orang lain itu malah membenci kita.
"Mau apa kamu kesini?" Nia bertanya tanpa memandang Jingga.
"Aku kesini cuma mau ambil barang-barangku yang masih ada disini."
Nayla berdecih, sangat kentara bahwa ia tidak menyukai ucapan Jingga barusan, anak itu memang benar-benar menguji kesabaran. "Semua barang lo yang tersisa udah gue bakar. Jadi mending lo pergi dari rumah gue."
Mata Jingga membola, barang-barang yang tersisa disini adalah barang berharga untuknya. Disana ada baju bayi yang sengaja ia simpan, boneka doraemon pemberian papanya, dan buku dairinya. Semua sudah di bakar oleh Nayla.
Jingga emosi, perlakuan Nayla dan Mamanya benar-benar sudah keterlaluan, mereka tidak berhak membakar barang Jingga dan dengan seenaknya tanpa perasaan mereka melakukannya, keterlaluan.Plak
Tamparan dari tangan Jingga berhasil mengenai pipi Nayla, ia benar-benar sudah hilang kesabaran saat ini. Amarah menyelimutinya. "Tenang, Ji." ucap Riana menenangkan.
"Jingga, apa-apaan kamu menampar anak saya. Kamu tidak berhak." ucap Nia ikut tersulut emosi.
"Apa? Mama bilang aku gak berhak nampar dia sedangkan dia dengan seenaknya bakar semua barang berhargaku? Seharusnya yang Mama bilang gak berhak itu ke anak Mama ini. Aku sudah berusaha memaafkan perilaku kalian yang selalu menyiksaku tapi bukan berarti aku akan diam aja waktu kalian mengusik barang-barangku." Jingga emosi. Ia tidak bisa lagi membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, apa yang harus ia katakan pada Bintang dan Papa nya kalau ia tidak membawa satu pun barang miliknya dari rumah ini. Ia tidak ingin mengatakan yang sebenarnya karna itu akan jauh lebih berbahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga
Teen Fiction"Karna walaupun kamu sudah tak menemaniku lagi, hatiku akan tetap mencintaimu, Bintang Mahendra." ~Alisya Jinggana Renggama~ "Jaga dia, jangan pernah menyakitinya. Hatiku akan tetap hidup bersamanya, bersama seseorang yang aku percaya akan mencintai...