24❤ Mahasiswa baru

5 0 0
                                    

Setelah melewati masa kelulusan dan acara prom night serta libur panjang, kini Bintang, Jingga, Arini, Juna, Doni, dan Dika sedang bersiap-siap untuk berangkat bersama menuju kampus baru mereka. Masa liburan panjang sebulan penuh telah mereka lewati, kondisi Jingga pun sudah pulih jauh lebih baik, maka dari itu ia bisa ikut berkuliah dengan jurusan kedokteran bersama Arini. Bintang dan Dika mengambil jurusan teknik elektro sedangkan Juna dan Doni mengambil jurusan teknik industri. Dari tadi, yang sibuk mencari-cari barang adalah Bintang, sedangkan yang lainnya hanya menjadi penonton saat Bintang tak menemukan apa yang ia cari.

"Sayang, liat sepatu aku gak?" Bintang bertanya pada Jingga dengan suara keras karna ia sedang berada di lantai atas.

Jingga tak menjawab, ia memutar bola matanya kemudian mengambil sepatu yang Bintang cari, sepatu itu terletak di bawah tangga di tempat Bintang biasanya menyimpan sepatu, wanita itu sudah seperti istri bagi Bintang, mengurusi segala keperluannya padahal status mereka masih menjalin hubungan yang dinamakan pacaran. Jingga langsung menenteng sepatu yang Bintang cari, ia mendatangi lelaki itu yang sedang mondar-mandir tidak jelas di kamarnya, bisa dikatakan kamar yang tadi pagi Jingga rapikan sudah seperti kapal pecah akibat lelaki yang sebentar lagi menginjak usia 19 tahun itu. Dengan sabar Jingga menunggu agar Bintang berhenti dari kegiatan tak bermanfaatnya, ia menunjukkan sepasang sepatu di depan Bintang saat lelaki itu berbalik menghadapnya, dengan cengiran tak berdosa Bintang langsung mengambil sepatu itu dan memakainya.

"Ada lagi yang mau kamu cari?"

Bintang menggeleng, ia menggandeng tangan Jingga untuk turun menemui teman-temannya yang mungkin sudah lelah menunggunya dari tadi.

"Ribet amat hidup lo." Ucap Dika kesal saat Bintang dan Jingga telah ada di hadapan mereka.

"Lumutan kita nungguin lo doang, Bin." Doni mengumpat tak kalah kesal.

Tanpa menjawab umpatan dari teman-temannya Bintang malah berkata.
"Ayo berangkat, entar telat." Katanya sambil berjalan menuju keluar rumah dengan Jingga di genggamannya.

"Lo yang buat telat curut." Umpat Dika, Doni dan Juna bersamaan.

••••••

Saat ini, para mahasiswa baru tengah menghadapi masa ospek. Mereka memang tidak ada embel-embel memakai topi kerucut yang terbuat dari karton atau berbagai macam sayuran seperti bawang, cabai dan yang lainnya di leher. Semuanya normal, mahasiswa baru hanya memakai pakaian seragam yaitu baju putih dengan bawahan hitam. Mereka tengah mendengarkan intrupsi dari wakil ketua BEM di kampus itu, mengapa tidak ketuanya yang berbicara? Karna ketua BEM nya sedang berada di jalan karna ada hambatan. Mereka berdiri sesuai dengan jurusan mereka masing-masing, seperti Jingga dan Arini yang sekarang sedang berdiri di barisan para mahasiswa/ mahasiswi baru di fakultas kedokteran.

"Rin, panas." Keluh Jingga pada Arini yang berada di sampingnya. Cuaca hari ini memang sangat panas, matahari terik menjulang tinggi di ufuk timur. Sudah 20 menit namun ketua BEM yang di depan sana masih belum mengakhiri ucapannya membuat Jingga kesal setengah mati.

"Sabar, Ji. Lo masih kuat kan?"

Jingga mengangguk, lalu perhatiannya teralih karna mendengar suara seseorang yang sudah dua minggu ini tidak ia temui, lebih tepatnya lelaki itu yang menghilang bak di telan bumi, tak mengirimi Jingga pesan konyol yang entah kenapa Jingga merindukan itu. Jingga beralih menatap ke depan, dimana seorang lelaki dengan jas berwarna merah maroonnya tengah memberi intrupsi dengan suara lantang. Disaat Jingga sibuk mencerna baik-baik suara yang tengah bergema di pengeras suara itu, telinganya malah mendengar pujian dari kaum hawa tentang lelaki di depan mereka itu. Beberapa pujian yang membuat Jingga yakin bahwa lelaki itu adalah orang yang selama dua minggu ini telah hilang. Dia, Langit.

JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang