Bintang bersama dengan sang Ayah tengah menunggu seseorang yang tadi mereka telpon untuk mereka tanyai sesuatu. Bintang menyipitkan mata kala melihat seorang lelaki paruh baya seusia Ayahnya tengah berjalan menghampiri mereka.
"Itu Om Indra kan, Pa?" Tanya Bintang sambil menunjuk seorang itu. Jaya mengangguk sebagai jawaban.
"Aduh, tu muka kusut amat. Kenapa lo?" Jaya membuka suara ketika Indra sudah ada di depan mereka dengan posisi duduk. Iya, orang yang mereka telpon adalah Indra, karna Bintang ingin tau lebih dalam tentang Alisya Jinggana Renggama yang selalu ada di pikirannya. Tadi, sebelum pulang Bintang sempat kembali ke rumah Jingga untuk meminjam buku yang tidak ia punya, tapi baru saja ingin mengetuk pintu, ia mendengar pertengkaran yang akhirnya membawa berada disini sekarang.
"Gue stres, anak sama istri gue tiap hari berantem." Indra menjawab seraya memanggil pelayan dengan melambaikan tangannya untuk memesan makanan.
"Istri lo yang mana?" Tanya Jaya balik. Bintang mengerutkan alis, tak mengerti apa yang menjadi topik bicara kedua pria paruh baya di hadapannya ini. Namun, ia tidak ingin banyak bertanya, ia yakin pertanyaan yang ada di benaknya akan terjawab dari cerita yang akan Indra ceritakan nanti.
"Nia." Jawab Indra sekenanya.
"Karna Rima uda meninggal waktu dia ngelahirin anak gue." Lanjutnya dengan wajah sedih. Bintang semakin bingung, namun ia tetap menyimak dengan baik pembicaraan yang akan mengungkap semuanya.
Nampak ekspresi terkejut dari Jaya yang Bintang lihat, sepertinya akan banyak rahasia terungkap hari ini."Bukannya lo bilang, Rima balik ke Jogja setelah ngelahirin dan Alisya sama lo, karna Rima akan merawat orang tuanya dan lo gak ngizinin Rima bawa Alisya. Iya kan?" Indra berucap bingung, ia menceritakan kembali apa yang Indra ceritakan delapan belas tahun yang lalu.
Indra menggeleng lemah."Gue bohong, Rima kekurangan banyak darah waktu itu karna di dorong Nia, alhasil Alisya lahir prematur dan Rima gak bisa terselamatkan." Indra bercerita lagi. Ia berusaha mengingat kejadian menyakitkan yang harus buat ia kehilangan istri yang sangat dicintainya.
Bintang diam, begitu juga Jaya. Mereka lagi berusaha mencerna baik-baik omongan orang prustasi di depan mereka ini. Sambil menunggu cerita-cerita selanjutnya.
Indra menarik napas dalam, ia harus menceritakan semua beban yang di tanggunggnya sendiri selama ini. Ia harus berbagi cerita dan Jaya adalah tempat yang sesuai, Jaya yang sudah mengenal dirinya dari saat SMP bahkan mereka berniat akan menjodohkan putra-putri mereka kelak karna hubungan sahabat yang sudah bisa dikatakan seperti keluarga.
"Gue emang salah. Karna menikahi Rima tanpa persetujuan Nia. Tapi, gue bisa apa? Saat itu, gue cuma seorang lelaki yang sangat mendambakan seorang anak, dan Nia gak bisa memberikan itu bahkan setelah tiga tahun menikah. Gue sangat mencintai Rima, Jay. Gue nikah sama Nia terpaksa karna desakan Mama gue yang sangat terobsesi sama Nia. Gue nikahin Rima, karna gue sayang sama dia, gue cinta sama dia, gue uda minta restu Nia tapi dia malah ancam gue, akhirnya gue nekat nikah sama Rima. Terbukti, dua bulan nikah Rima hamil, dan tiga bulan kemudian Nia juga hamil. Saat usia kandungan Rima delapan Bulan dan kandungan Nia lima bulan, gue memutuskan untuk ajak mereka tinggal disatu rumah, karna gue gak bisa harus bolak-balik ke dua rumah. Apalagi harus tinggalin Rima yang sewaktu-waktu bisa aja melahirkan. Tapi ternyata ide gue salah, Nia malah berniat membunuh bayi yang ada di kandungan Rima, saat itu Rima berusaha menghindar, dia menjatuhkan pisau yang ada di tangan Nia dan Nia mendorong dia sampe dia kesakitan dan ngeluarin darah banyak banget. Untungnya, gue cepat pulang dan bawa Rima kerumah sakit. Alisya lahir dan bertepatan dengan itu Rima menghembuskan napas terakhirnya." Indra bercerita panjang lebar, mengingat bagaimana bodohnya dia dulu, sampai tak sadar air matanya menetes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga
Teen Fiction"Karna walaupun kamu sudah tak menemaniku lagi, hatiku akan tetap mencintaimu, Bintang Mahendra." ~Alisya Jinggana Renggama~ "Jaga dia, jangan pernah menyakitinya. Hatiku akan tetap hidup bersamanya, bersama seseorang yang aku percaya akan mencintai...