CHAPTER 18 (PENYESALAN & PENGAKUAN).
.
.
Jimin di buat bingung kenapa dimeja makan pada sepi? Tapi ya udah lah kalau gak ada hoseok yang biasa nyiapin sarapan kan masi ada dia. Gini-gini jimin juara satu lomba masak sekampung dulu waktu 17 agustusan.
. . . .
Aris terbangun dengan tanganya yang masi terikat di atas kepala. Cahaya pagi membuatnya silau karena jendela balkon tidak di tutup apalagi Aris merasa tubuhnya hancur, remuk atas bawa. Mencoba melepaskan ikatan di lenganya tapi nihil dia tidak bisa melepaskanya meski tanganya sudah membiru atau merah.
Karena pergerakan aris itu membuat hoseok yang tidur disampingnya bangun. Hoseok membolakan matanya kaget bener-bener kaget sampai gak sanggup berkata-kata.
"Ris? ". Lirinya. Hoseok menatap aris yang memalingkan wajahnya dari dia. Hoseok melepaskan ikatan pada tangan aris.
"R.. Ris.. ".
Aris enggan menatap hoseok ia malah menundukan kepalanya takut. Tubuh kurus aris bergetar dan hoseok sudah tahu apa yang terjadi pada mereka. Bahkan ia melihat bekas, cambukan di tubuh aris yang polos, bibir yang bengkak dan darah yang sudah mengering. Hoseok telah membuat kesalahan. Hoseok membawa tubuh aris ke pelukanya.
"G.. Gue bakal tanggung jawab ris". Aris melepas pelukanya dan menatap hoseok dengan mata yang sudah ber-air.
"jangan.. Masa hiks depan bang hoseok masi panjang.. Hiks tidak apa-apa hiks.. Aris bakal tutup hiks mulut soal ini hiks". Aris beranjang dari ranjang walaupun kakinya bahkan tak sanggup menopang tubuhnya aris tetap memungut pakaianya. Aris hanya mengenakan T-Shirt putih oblong miliknya.
Bahkan aris bolak balik jatuh.
"Ris gue bantu".
"JANGAN SENTUH GUE!! hiks..jan.. Jangan hiks sentuh... Hiks bang hiks hoseok jangan sentuh aris hiks". Hoseok termanggu di tempatnya menatap aris yang pincang keluar kamarnya.
Dia sudah merenggut masa depan seseorang. Jujur saja Hoseok masi shock dengan kejadian ini. Mendadak kepalanya pusing. Hoseok menatap seprai putih yang sudah ternodai bercak darah yang mulai mengering. Ia menyentuh bercak darah itu dan sudah dipastikan itu milik aris. Ya kalau punya dia si gak mungkin kan yang di bobol aris bukan hoseok.
"Aarrgg". Hoseok mengacak rambutnya frustasi. Rasa bersalah melingkupinya. Aris tidak bersalah sama sekali.
"Johan sialan! ". Umpatnya.
. . .
Aris merosot dibalik pintu kamarnya dia terisak pilu. Aris merasa jijik pada dirinya sendiri membiarkan orang menyentuhnya. Dia hanya anak SMA yang polos dan dia tidak senakal anak-anak lain. Aris masi remaja. Aris tidak tau harus berbuat apa dan mau kemana..
Malah nyanyi -_-!
. . .
Jimin sama ahlam di buat saling melempar tatapan aneh. Iya aneh dimana seorang hoseok menatap kosong makananya.
"Bang? Makananya gak enak ya?". Tidak dijawab dan ini sudah keberapa kali mereka manggil hoseok dan jawabanya tetap sama.
"Loh ris gak sarapan duluh?". Jimin yang ngeliat aris baru turun dari lantai atas. Aris menatap hoseok yang juga menatapnya.
"aria makan di luar ajah". Setelahnya aris pergi ninggalin mereka.
"Tuh anak kenapa ya?". Gumam jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
1000K-(im)✔[VMin]
FanfictionAnak CEO yang di anggap angkuh dan dingin jarang senyum dan siapa yang tau kalau ternyata dia bisa bobrok sama gangnya? . Kalau kehidupan bisa di atur mungkin si mungil ini akan memilih takdirnya sendiri tapi toh tidak ada yang tau kan dimasa depan...