(Part 4) Sebuah Konflik

176 17 0
                                    

Malam telah tiba. Hujan turun dengan derasnya, disertai suara gemuruh di langit yang seakan menggambarkan emosi pada diri Khanza. Ia merasa sangat kecewa pada orang tuanya yang menjadikan perceraian sebagai jalan pintas untuk mengakhiri masalah mereka.

Tak lama kemudian, terdengar suara pintu rumah yang terbuka. Khanza segera keluar dari kamarnya. Ia melihat ibunya yang baru saja masuk ke dalam rumah, dan segera menghampiri ibunya.

"Ibu, dari mana?" tanya Khanza.

"Ibu baru pulang dari rumah kakek dan nenek. Ini sudah hampir tengah malam. Kenapa kau belum tidur?"

"Dan, di mana ayah? Kenapa ibu pergi ke rumah kakek dan nenek tanpa ayah?" tanya Khanza lagi.

"Ayahmu sedang ada urusan. Sebaiknya kau tidur, nak. Ini sudah sangat malam, dan besok kau harus pergi ke sekolah," jawab ibu Khanza.

"Urusan apa, bu? Urusan dengan perempuan simpanan ayah? Bu, kenapa ibu tidak bisa bersikap tegas? Kenapa ibu selalu mengalah pada ayah? Dan, apa tadi? Reza berkata padaku bahwa dia mendengar perkataan ayah dan ibu. Reza bilang bahwa ayah dan ibu akan bercerai. Apakah itu benar?" tanya Khanza sambil berusaha menahan air matanya yang hampir keluar.

"Ya, itu benar. Ayah dan ibu memutuskan untuk bercerai. Karena tidak ada jalan lain untuk menyelesaikan masalah ini, nak," jawab ibu Khanza sambil menangis terisak-isak.

"Tidak ada jalan lain? Bu, perceraian bukanlah jalan yang tepat. Bahkan Allah pun membenci perceraian. Kenapa ibu dan ayah bisa dengan mudah memutuskan hal ini? Apakah kalian tidak memikirkan tentang perasaanku dan Reza? Kami tidak ingin kalian bercerai. Tolong jangan egois bu," ujar Khanza.

Ibu Khanza hanya bisa menangis. Khanza juga tak kuasa menahan air matanya. Akhirnya ia pun berlari menuju kamarnya dengan air mata yang mengalir begitu derasnya.

Hujan deras dan suara petir di malam ini seakan mewakili perasaan Khanza. Ia benar-benar merasa hancur. Ia tak percaya bahwa orang tuanya memiliki pemikiran semacam itu. Khanza pun mulai memasukkan pakaiannya ke dalam tas. Ia berniat untuk menginap di kosan milik Rani besok bersama dengan Reza.

*****

Keesokan harinya, Khanza berangkat ke sekolah seperti biasa. Namun, ia sudah memiliki rencana untuk menginap di kosan milik Rani malam ini. Khanza tidak memberitahu orang tuanya tentang rencananya tersebut, dan kebetulan orang tua Khanza belum tahu letak rumah Rani yang baru. Karena Rani baru saja pindah rumah dua bulan yang lalu.

Khanza segera menyelesaikan sarapannya, kemudian berangkat menuju ke sekolah bersama dengan Reza. Seperti biasa, Khanza mengantarkan Reza ke sekolahnya sebelum ia berangkat ke sekolah.

"Reza, kau pulang jam berapa hari ini?" tanya Khanza setelah ia sampai didepan gerbang sekolah Reza.

"Jam 12, kak," jawab Reza.

"Semalam kau sudah memasukkan bajumu ke dalam tas, kan?"

"Sudah, kak."

"Baiklah. Malam ini kita akan menginap di kosan milik teman kakak. Nanti sepulang sekolah, kau mampir dulu ke rumah temanmu, Haikal. Rumah Haikal cukup dekat dengan sekolah, bukan? Nah, setelah kakak pulang sekolah, kakak akan menjemputmu di rumah Haikal dan kita akan pergi ke kosan milik teman kakak. Kau mengerti?" pinta Khanza.

"Ya, kak. Aku mengerti," jawab Reza.

"Baiklah, jaga dirimu baik-baik."

Cinta di Bawah Langit TurkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang