Langit telah berubah menjadi warna oranye. Khanza sedang bersiap-siap untuk pulang kerumah. Ia pun segera menelepon Erhan, untuk memastikan apakah Erhan akan pulang sore atau malam.
"Assalamu'alaikum, Erhan. Hari ini kau pulang sore atau malam?" tanya Khanza.
"Wa'alaikumsalam. Aku pulang sore. Lima belas menit lagi aku akan pulang. Bagaimana denganmu?"
"Aku sedang bersiap-siap untuk pulang sekarang. Baiklah, nanti kau mampir ke kantorku ya? Aku ingin pulang bersamamu saja daripada naik taksi," ujar Khanza.
"Okay my queen," jawab Erhan.
"Ya sudah, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Kemudian Khanza memutus sambungan teleponnya.
Khanza berjalan keluar kantor sembari membawa tasnya. Hari ini ia pulang lebih lambat dari teman-temannya. Khanza terlalu bersemangat untuk bekerja, sehingga ia menyelesaikan pekerjaannya hari itu juga tanpa mengenal rasa lelah. Toh pekerjaan Khanza tidak terlalu banyak karena ia baru memulai pekerjaannya hari ini.
Saat ini Khanza tengah duduk disebuah kursi yang berada didepan kantor sembari memainkan Hp-nya. Ia menunggu kedatangan Erhan untuk menjemputnya.
"Mau ku antar pulang?" tawar seseorang yang membuat Khanza mendongakkan kepalanya.
"Ah, tidak perlu Mustafa. Terimakasih," jawab Khanza setelah menyadari bahwa Mustafa-lah yang menawarinya untuk pulang bersama.
"Hmm, baiklah. Ngomong-ngomong, bolehkah aku duduk disebelahmu?" tanya Mustafa.
"Of course," jawab Khanza sembari tersenyum singkat.
"Thanks," ucap Mustafa.
"Khanza, bagaimana perasaanmu selama berkuliah disini?" tanya Mustafa.
"Alhamdulillah, aku merasa sangat bahagia dan bersyukur. Semua terasa sangat mengesankan bagiku. Aku mendapatkan banyak teman baru, dan mereka semua adalah orang yang baik. Bagaimana denganmu? Apakah kau menikmati kuliahmu di Rusia?"
"Ya, aku cukup menikmatinya. Tapi seringkali aku merenung karena merindukan negaraku ini. Aku pikir aku tidak akan kembali kesini lagi. Tapi ternyata satu tahun yang lalu ayahku dan keluargaku kembali kesini lagi, dan hal itu membuatku sangat bahagia," jawab Mustafa.
"Syukurlah. Ah, ngomong-ngomong aku pernah melihat seseorang yang sangat mirip denganmu," ujar Khanza.
"Huh? Kapan?" tanya Mustafa.
"Saat aku belum lama berada disini. Bahkan saat itu aku belum memulai perkuliahan, dan aku masih mengikuti kelas Bahasa Turki," jawab Khanza.
"Umm, berarti sekitar lima tahun yang lalu. Atau mungkin lebih?"
"Ya, mungkin saja. Saat itu aku bertemu dengannya ketika aku ada di taman kota. Saat melihatnya, aku langsung berlari mengejarnya bersama temanku. Namun sayangnya dia berjalan cukup cepat, dan aku tidak berhasil menghentikannya," jawab Khanza.
"Mungkin kau salah lihat. Karena saat itu aku sudah berada di Rusia. Atau mungkin dia adalah kembaranku, hahaha," canda Mustafa.
"Eh? Apakah kau punya kembaran?" tanya Khanza dengan polosnya.
"Apa? Tentu saja tidak. Bukankah aku pernah bilang bahwa aku hanya punya satu adik laki-laki dan satu adik perempuan?" jawab Erhan.
"Hehe, iya. Kau benar juga," cengir Khanza.
Mustafa hanya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum.
Tak lama kemudian mobil Erhan pun tiba didepan kantor Khanza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Bawah Langit Turki
Romance[TELAH TERBIT] Khanza Fatimah.. Seorang gadis yang memiliki mimpi besar. Ia ingin melanjutkan pendidikannya di sebuah negara yang terletak di antara dua benua, yaitu Turki. Khanza adalah seorang gadis yang awalnya hanya berfokus pada impiannya saja...