(Part 19) Sebuah Pembuktian 2

83 13 0
                                    

Waktu terus berjalan, hari pun telah berganti, hingga tiba hari dimana Khanza akan pulang ke Indonesia bersama dengan Erhan dan Zeynep. Saat ini Khanza, Erhan dan Zeynep telah berada di sebuah bandara internasional yang ada di Indonesia. Ya, mereka telah tiba di Indonesia sekitar setengah jam yang lalu. Khanza pun mengabari orang tuanya untuk memberitahu bahwa ia telah sampai di Indonesia.

Khanza mengatakan bahwa ia tiba dengan dua orang temannya. Namun ia tidak memberitahu tentang Erhan yang akan melamarnya hari ini juga. Khanza memilih untuk menaiki bus bersama Erhan dan Zeynep. Ia tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya untuk menjemputnya di bandara. Ia meminta orang tuanya untuk menjemputnya ketika telah sampai di halte bus saja.

Cukup lama waktu yang Khanza habiskan didalam bus. Karena memang jarak rumahnya sangatlah jauh dari bandara dan halte bus yang ada didekat sana. Bahkan tempat tinggal Khanza berbeda kota dengan letak bandara tersebut.

Setelah berjam-jam lamanya, akhirnya Khanza, Erhan dan Zeynep pun tiba di halte bus yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah Khanza. Jarak antara rumah Khanza dan halte bus sekitar tiga kilometer. Khanza pun meminta orang tuanya untuk menjemputnya.

Sekitar sepuluh menit kemudian, ayah dan ibu Khanza pun tiba dengan mengendarai mobil.

"Ayah, ibu!" sorak Khanza sembari berlari memeluk kedua orang tuanya.

"Alhamdulillah, setelah sekian lama akhirnya kau pulang juga," ucap ibu Khanza sembari mengelus kepala Khanza yang terbalut hijab.

"Kenalkan ayah pada teman-temanmu, Khanza" pinta ayah Khanza.

"Baiklah. Perkenalkan, dia adalah Erhan. Lalu yang perempuan adalah adiknya Erhan. Namanya Zeynep," ujar Khanza memperkenalkan Erhan dan Zeynep kepada orang tuanya.

"Nice to meet you," ucap ayah Khanza yang kebetulan memang menguasai Bahasa Inggris. Bakat Bahasa Inggris yang dimiliki Khanza menurun dari ayahnya.

"Nice to meet you too, sir," jawab Erhan dan Zeynep bersamaan.

Erhan dan Zeynep pun bersalaman dengan ayah dan ibu Khanza. Kemudian mereka semua masuk kedalam mobil, dan mobil pun mulai melaju menuju rumah Khanza.

Sesampainya di rumah Khanza, Khanza membantu Erhan dan Zeynep untuk memasukkan barang-barang mereka kedalam rumah.

"Silakan duduk," ujar ayah Khanza kepada Erhan dan Zeynep.

Erhan dan Zeynep hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Khanza, kau di ruang tamu saja menemani mereka. Ibu akan ke dapur untuk mengambil makanan dan minuman yang telah ibu siapkan," ujar ibu Khanza.

"Siap, bu," jawab Khanza sembari mengacungkan jempolnya.

"Kakak!" sorak Reza sambil berlari kearah Khanza dan memeluk Khanza.

"Wah, kau sudah besar ternyata. Bagaimana kabarmu?" tanya Khanza.

"Aku baik-baik saja, kak. Bagaimana dengan kakak?"

"Kakak juga baik-baik saja," jawab Khanza sembari tersenyum.

"Reza, perkenalkan. Mereka adalah teman-teman kakak. Yang laki-laki namanya adalah Kak Erhan. Sedangkan yang perempuan adalah adiknya Kak Erhan yang bernama Kak Zeynep. Mereka asli orang Turki loh," ujar Khanza.

"Wah, kakak punya teman orang luar negeri," ucap Reza kagum.

Reza pun bersalaman dengan Erhan dan Zeynep.

"Apakah dia adikmu?" tanya Erhan sembari mengelus rambut Reza.

"Ya, dia adalah adikku yang pernah aku ceritakan padamu," jawab Khanza.

Cinta di Bawah Langit TurkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang