Hari telah berganti. Khanza merasa bahwa hari-harinya semakin menyenangkan. Ia selalu merasa nyaman ketika mengobrol dengan Mustafa, walau hanya melalui chat ataupun telepon. Khanza mulai yakin bahwa dirinya benar-benar menyukai Mustafa. Namun ia juga penasaran, apakah Mustafa merasakan hal yang sama atau tidak. Khanza tidak berani menanyakannya, karena ia takut bahwa jawaban dari Mustafa nantinya tidak sesuai dengan yang ia harapkan.
Siang ini Khanza sedang duduk bersantai di teras rumahnya sambil meminum teh hijau hangat. Kedua matanya sedang fokus membaca sebuah buku novel yang ada di tangannya. Meskipun Khanza telah menjadi seorang penulis, namun ia pun masih suka membaca buku-buku karya penulis lain. Ia sangat mengapresiasi karya penulis lain.
Namun tiba-tiba terdengar suara Hp milik Khanza yang berbunyi, menandakan ada notifikasi masuk. Khanza melihat notifikasi email yang ada di bagian atas layar Hp-nya. Ketika Khanza membukanya, ia sangat terkejut dengan isi dari email tersebut yang menyatakan bahwa Khanza lolos tes beasiswa untuk berkuliah ke Turki. Khanza bersorak ria dan langsung masuk kedalam rumah untuk memberitahu ayah dan ibunya.
"Ayah! Ibu! Khanza lolos tes beasiswa!" sorak Khanza sembari menghampiri ayah dan ibunya yang sedang duduk di ruang tamu.
"Benarkah? Alhamdulillah YaAllah," ucap ibu Khanza yang kemudian langsung memeluk Khanza.
"Ayah sangat senang mendengarnya. Ayah sangat bangga padamu, Khanza," ujar ayah Khanza menimpali, sambil merangkul pundak Khanza.
"Kapan kau akan berangkat kesana?" tanya ibu Khanza.
"Sepertinya empat bulan lagi, bu," jawab Khanza sambil mengusap air matanya yang turun karena ia merasa sangat bahagia.
"Kau harus segera mempersiapkan semuanya. Kau belum punya koper, bukan? Nanti sore kita akan membeli koper," ujar ibu Khanza.
"Dan jangan lupa untuk membeli baju musim dingin," ucap ayah Khanza.
Khanza hanya mengangguk sambil tersenyum. Tak henti-hentinya ia mengucap hamdallah dengan air mata yang terus berjatuhan.
"YaAllah, terimakasih atas berita baik yang Engkau berikan untuk hamba dan keluarga hamba. Hamba sangat bersyukur," ucap Khanza dalam hati.
*****
Khanza berlari menuju kamarnya untuk mengambil Hp-nya agar ia bisa segera memberitahu Mustafa akan kabar baik yang diterimanya. Ia pun langsung menelepon Mustafa, dan tak lama kemudian Mustafa mengangkat teleponnya.
"Mustafa! Aku punya sebuah kabar bahagia!" sorak Khanza yang tidak bisa menahan rasa senangnya.
"Kabar apa, Khanza?" tanya Mustafa dari seberang sana.
"Aku lolos tes beasiswa, dan aku akan berangkat ke Turki empat bulan lagi!" jawab Khanza dengan kebahagiaan yang tiada tara.
"What?! Really?! Oh my God, aku sangat senang mendengarnya! Aku akan menunggumu disini. Aku akan menjemputmu di bandara ketika kau tiba disini!" ujar Mustafa yang juga merasa bahagia.
"Ya, aku tidak sabar untuk itu. Aku juga ingin berkenalan dengan keluargamu! Kau pernah berkata bahwa kau memiliki dua orang adik, bukan?"
"Yup! Adik pertamaku bernama Şahin Demir. Dia berusia 18 tahun, sama sepertimu. Aku juga mempunyai adik perempuan yang bernama Ayşe Demir. Dia berusia 14 tahun," jawab Mustafa.
"Wah! Aku baru tahu bahwa kau memiliki adik laki-laki yang seusia denganku. Ku kira kedua adikmu adalah perempuan," ujar Khanza.
"Ah, itu tidak penting. Jangan membicarakan tentang adikku Şahin. Lebih baik kita membicarakan hal lain," tukas Mustafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Bawah Langit Turki
Roman d'amour[TELAH TERBIT] Khanza Fatimah.. Seorang gadis yang memiliki mimpi besar. Ia ingin melanjutkan pendidikannya di sebuah negara yang terletak di antara dua benua, yaitu Turki. Khanza adalah seorang gadis yang awalnya hanya berfokus pada impiannya saja...