(Part 10) Suka?

117 14 0
                                    

Lima hari telah berlalu. Tidak ada yang berubah dengan hari-hari Khanza. Ia banyak menghabiskan waktu di rumah karena ia telah lulus dari SMA. Khanza sering menyibukkan diri didepan laptopnya dan fokus mengerjakan novelnya. Ia ingin segera menerbitkan novel ketiganya.

"Alhamdulillah, sedikit lagi novelku akan selesai. Setelah ini aku akan mengirimnya kepada penerbit," ucap Khanza dengan perasaan lega.

Tok..tok..tok..

"Khanza, ibu buka ya pintunya?" suara ibu Khanza dari depan pintu kamar Khanza.

"Iya bu," jawab Khanza tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.

"Kau masih sibuk dengan novelmu?" tanya ibu Khanza.

"Iya bu. Tapi sebentar lagi novel ini akan segera selesai, dan aku akan mengirimnya pada penerbit," jawab Khanza.

"Alhamdulillah. Semoga novelmu diterima dan segera diterbitkan. Ibu turut bahagia, nak," ujar ibu Khanza sembari membelai puncak kepala Khanza.

"Terimakasih bu," ucap Khanza sambil tersenyum kearah ibunya.

Satu jam kemudian..

"Alhamdulillah, akhirnya selesai. Malam ini juga aku akan mengirim novel ketigaku ini pada penerbit," ucap Khanza sembari merenggangkan jari-jarinya.

Tak lama kemudian Hp Khanza berbunyi. Terlihat nama 'Mustafa' terpampang di layar Hp milik Khanza.

"Hello, Mustafa!" sapa Khanza.

"Hello! How are you today?"

"Not bad, you?"

"Me too."

"Syukurlah. Ada apa, Mustafa?"

"Ah, nothing. Aku hanya ingin tahu kabarmu," jawab Mustafa dari seberang sana.

"Tenanglah, aku baik-baik saja," jawab Khanza sambil tersenyum.

"Sepertinya kau sedang bahagia. Tell me what's going on?"

"Novel ketigaku baru saja selesai aku kerjakan, dan malam ini akan aku kirim pada penerbit," jawab Khanza dengan wajah berseri-seri.

"Wow! That is a good news for me. Semoga naskahmu diterima."

"Aamiin, thank you."

Khanza dan Mustafa menghabiskan waktu untuk saling mengobrol satu sama lain. Entah kenapa Khanza merasa sangat nyaman ketika berbicara dengan Mustafa. Ia merasa bahwa Mustafa adalah laki-laki yang sangat baik. Khanza bahkan tidak menyadari bahwa perasaannya kepada Mustafa bukan lagi sebatas perasaan suka kepada teman.

*****

Langit berubah menjadi gelap. Pagi telah berubah menjadi malam. Khanza baru saja selesai mengirim naskahnya kepada penerbit. Ia sangat berharap bahwa naskahnya akan diterima dan diterbitkan. Ia akan sangat bersyukur jika hal itu terjadi.

Saat ini Khanza sedang duduk diatas kasurnya sambil memainkan Hp-nya. Seperti biasa, ia sedang sibuk mengobrol dengan Mustafa melalui chat WhatsApp. Khanza selalu membuat lelucon-lelucon aneh bersama Mustafa, dan tak jarang mereka tertawa terbahak-bahak dengan lelucon yang mereka buat.

Semakin lama, Khanza merasa ada yang aneh dengan hatinya. Setiap kali teringat dengan Mustafa, dadanya terasa sesak. Bukan sesak karena sakit hati atau semacamnya. Namun ini berbeda. Khanza berulang kali mencoba mengabaikan hal itu, namun disisi lain ia pun juga penasaran dengan perasaannya sendiri.

Cinta di Bawah Langit TurkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang