(Part 8) Mendekati Kelulusan

125 13 0
                                    

Satu tahun kemudian..

Pagi ini cuaca terlihat sangat cerah. Suasana di taman kota benar-benar sejuk. Khanza, Reina dan Rani sedang duduk disebuah bangku panjang yang berada ditengah-tengah taman kota. Mereka melihat kearah tumbuh-tumbuhan yang tertanam rapi di taman tersebut.

"Tidak terasa waktu berjalan dengan sangat cepat. Tiba-tiba bulan depan kita sudah harus melaksanakan Ujian Nasional," celetuk Rani.

"Ya, aku tidak menyangka akan menjadi secepat ini. Sebentar lagi kita akan berhadapan dengan lingkungan luar yang jauh berbeda dengan masa-masa kita di SMA," ujar Khanza menimpali.

"Apakah kita sudah benar-benar beranjak dewasa? Rasanya ini seperti mimpi. Padahal belum lama kita mendaftar di SMA, tapi tiba-tiba kita sudah hampir lulus," tambah Reina.

"Hmm, bagaimana dengan beasiswa yang sangat kau impikan, Khanza?" tanya Rani.

"Minggu depan pendaftarannya akan dibuka. Aku sudah menyiapkan berkas-berkasnya sejak sekarang," jawab Khanza.

"Aku berharap kau berhasil mendapatkan beasiswa itu," ucap Reina.

"Aamiin," balas Khanza.

"Oh iya, bagaimana dengan Mustafa? Apakah kau tetap saling memberi kabar dengannya?" tanya Reina.

"Iya. Hampir setiap hari aku berkomunikasi dengannya. Aku ingin bertemu dengannya ketika aku berhasil mendapatkan beasiswa itu nantinya," jawab Khanza.

"Sepertinya hubungan kalian semakin dekat," celetuk Rani sambil tersenyum kearah Khanza.

"Ya, dia telah menjadi sahabat dekatku selama setahun ini," jawab Khanza santai.

Rani dan Reina hanya menghela nafas. Sebenarnya bukan itu jawaban yang mereka inginkan dari Khanza.

"Besok kita ada bimbingan belajar, kan?" tanya Reina.

"Ya, besok jadwalnya adalah Bahasa Inggris," jawab Khanza dengan wajah berseri-seri.

"Kau selalu saja ingat dengan mata pelajaran yang satu itu," ledek Rani.

"Bagaimana jika nanti kau mendapat suami bule?" canda Reina.

"Itu tidak masalah. Bule ataupun tidak, bukan masalah untukku. Yang penting dia baik dan tidak sombong," jawab Khanza yang kemudian tertawa.

"Ah, terserah," balas Rani sambil memasang muka datarnya.

*****

Hari telah berganti. Khanza dan teman-temannya harus mempersiapkan diri untuk bimbingan belajar Bahasa Inggris hari ini. Khanza menunggu kedatangan guru dengan muka berseri-seri. Baginya, Bahasa Inggris adalah mata pelajaran yang tidak bisa ia lewatkan sedikitpun.

Tak lama kemudian, sang guru pun datang dan mulai memberitahu materi-materi untuk persiapan Ujian Nasional yang akan dilaksanakan bulan depan.

"Aku sangat gugup. Aku takut mendapatkan nilai yang jelek," ujar Reina.

"Jangan berkata seperti itu. Kita harus berjuang untuk Ujian Nasional. We can do it!" jawab Khanza memberi semangat.

Reina hanya membalas Khanza dengan senyuman.

Dua jam telah berlalu. Akhirnya jam istirahat telah tiba. Saat dimana para siswa dan siswi bersorak ria dan berbondong-bondong menuju kantin untuk mengisi perut mereka. Begitupun dengan Khanza, Reina dan Rani yang dengan semangat melangkahkan kaki mereka menuju kantin.

Cinta di Bawah Langit TurkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang