2. Moestar's

2.5K 278 44
                                        

[CIPTA]

"Kamu masih marah sama aku?"

"Kamu ngapain upgrade ke business class segala? Itu kan mahal banget, Cipta. Kita naik yang economy juga masih fine-fine aja kok."

"Kamu udah ngomong kaya gitu sejak di pesawat, dan sekarang pas kita landing juga masih tetep mau dibahas? Adya, aku ada uangnya — lagian lebih enak kan kamu juga jadi gak pegel-pegel?" Jawab Cipta santai. Dia juga gak menyalahkan Adya sih, selama ini Adya kira Cipta hanyalah student dan juga pekerja yang merantau sama seperti dirinya — padahal kenyataanya : student dan seorang pengusaha yang mengurusi cabang businessnya di Belanda.

"Tetep aja kan uangnya bisa dipakai untuk yang lain. Mau naik damri atau naik taxi? Atau mau naik railink?"

"Bentar ya sayang."

Belum sempat menjawab pertanyaan Adya, Cipta sudah menghampiri seseorang dengan jaket kulit dan juga nametag — memberikan tiket yang terdapat baggage claimnya.

Sedangkan Adya yang sekarang beberapa langkah dibelakangnya bingung sendiri — kenapa Cipta memberikan tiket mereka ke orang itu? Biarpun orangnya kelihatan terpercaya, but are they supposed to do that?

"Yuk, kita tunggu di mobil aja."

"Mobil siapa? Terus koper kita gimana?"

Aduh aduh, Mystery Girl...HiSnob jadi penasaran, udah berapa lama sih mereka berdua ini pacaran? Kok kayanya doi belum tahu apa-apa tentang seorang Cipta Eka Moestar yah?

"Udah diurus sama Pak Samirno, kita tunggu di mobil aja yuk." Cipta juga sih, gak bilang-bilang kalau dia ini siapa — malah diem aja dan menggandeng si Mystery Girl ini keluar dari gate.

"Yang, kita naik apa sih?"

Mystery girl semakin bingung waktu ada bapak-bapak tua dengan safari berwarna hitam menghampiri Cipta, membawakan tas ranselnya dan juga mengambil alih cabin luggage milik Adya.

"Siapa nih, Mas? Bisa bahasa Indonesia gak?"

"Sayang, kenalan dulu sama Pak Iwan. Sekalian nanti saling tukar nomer aja ya, kalau kamu butuh apa-apa, atau mau kemana, bisa langsung contact pak Iwan aja."

Pak Iwan dengan senang hati langsung berkenalan dengan Adya, sedangkan Adya sekarang bingung banget. Cipta di Indonesia beda banget sama Cipta di Belanda — apalagi waktu Cipta mengajaknya masuk ke Mercedes Benz G65 , mobil yang Adya tahu harganya gak normal.

Baru saja Adya mau bertanya lebih lanjut, tapi teralihkan dengan beberapa notifikasi yang heboh dari teman-temannya. Isinya tidak jauh dari :

"Lo balik ke Indonesia, Ya?"

"Kenapa sayang? Kok serius banget liat handphonenya?" Melihat perubahan ekspresi Adya, Cipta dengan lembut langsung bertanya sambil mengelus pipinya.

"Temen-temen aku kok pada tahu ya aku di Indonesia, padahal seingetku aku belom bilang siapa-siapa."

"Oh ya? Mungkin mama kamu kali yang bilang."

Adya tidak menjawab, dia sibuk menjawab chat teman-temannya yang tiba-tiba tahu soal kepulangannya, dan juga menanyakan soal Cipta — bukan secara general "lo bawa pacar ga?" , tapi benar-benar tentang seorang Cipta Eka Moestar.

"Ini ke rumah atau kemana dulu mas? Mba Adya stay di hotel Mas Cipta, atau di hotel Mas Sadira?"

"Kita ke rumah dulu aja pak, nanti abis itu kita anterin Adya pulang. Dia tinggal sama ibunya disini." Cipta agak bersyukur sih waktu Pak Iwan tanya soal Adya pulang kemana — dia lagi sibuk dengan handphonenya, kalo gak pasti dia makin bingung dengan kata-kata "Hotel Mas Cipta".

Hi Snobiety!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang