[SADIRA]
"Pa, lunch yuk."
Sadira yang baru saja selesai meeting untuk project Tavern, menghampiri Tommy yang sekarang sudah duduk di kursi ruang kerja pribadinya — sibuk dengan handphone, of course.
"Untuk apa? Projectmu kan sudah dapat approval dari perusahaan papa, kamu nanti tinggal tanda tangan untuk keperluan lain. Terus gimana perkembangannya papa minta tolong kamu update terus ya."
"Aku gak mau ngomongin business pa, cuma mau qtime aja sama papa. Udah lama kan kita gak catch up. Makan di Ritz mau gak pa?"
"Papa tuh lagi sibuk banget, Dir. Kalo emang bukan soal business yang mendesak – papa gak bisa. Next time lah kita atur kalo kamu mau — Halo? Yes pak? Iya sama mau bicara soal—"
Sadira hanya bisa tersenyum masam mendapat penolakan dari papanya yang sekarang sudah sibuk dengan dunia businessnya itu lagi, entah siapa yang dihubungi — Sadira udah gak peduli. Tanpa pamit, dia langsung keluar dari ruangan dan menuju lift untuk meninggalkan kantor milik keluarga Harjadi yang terletak di kawasan Mega Kuningan.
Nobody breaks Sadira's heart, except his own father. Cipta dan Narendra selalu bisa diskusi santai soal kerjaan dengan ayah mereka masing-masing — mereka juga bisa curhat soal problem mereka, bahkan Narendra bisa sampai curhat soal galaunya dia putus sama Astrid ke ayahnya. Sedangkan Sadira? Hubungan dengan sang ayah : strictly business only.
"Kemana lagi mas?" Tanya Pak Jalal — supir pribadi keluarga Harjadi, "Mau langsung pulang? Kemana?"
Sadira menyenderkan kepalanya ke kursi — biasanya kalau udah kaya gini dia akan langsung menghubungi teman-temannya, mengajak mereka untuk lunch atau sekedar hang out — tapi berhubung mereka semua sekarang lagi di Bali, tinggalah Sadira sendiri.
"Cari makan dulu pak, saya laper. Bosen makanan hotel."
"Mau dimana mas?"
"Terserah Pak Jalal, kan bapak yang lebih sering nganterin papa di daerah sini."
"Tempo hari bapak makan di The East mas, kantornya Net TV tuh. Mau situ aja mas? Saya sih diajak sama bapak enak restorannya, sepi juga."
"Boleh. Situ aja. Bapak kalo mau ikut juga boleh."
"Baru makan nasi padang tadi mas, hehehe."
"Yaudah pak, anterin saya kesitu dulu. Saya gak lama kok, tungguin ya."
"Siap Mas Sadira."
Sadira mengambil handphone dari saku celananya, teman-temannya pasti sekarang lagi have fun di Bali - terbukti dari group yang sepi banget, padahal biasanya ada aja celotehan Kirana - mulai dari hal penting, sampai ngomongin penampilan orang-orang yang dia temui di event yang lagi ia datangi.
Sadira Harjadi : Bad day in j-town, i'll probably go there for a day or two.
Tahu teman-temannya tidak akan membalas, Sadira langsung menekan tombol lock kembali, dan meletakkan handphone disampingnya — memejamkan mata untuk beristirahat sejenak. Our poor S — behind the cold and mean facade, he's actually just someone who needs a hug or a tap on his shoulder ; from his friends, or from his beloved father.
[ADYA]
"Jadi kamu beneran nih gak mau nyusul ke Bali?"
"Mau sih, Cip. Tapi aku belum bisa cuti, kalo cuma dua hari kesana nanggung banget. Kita ketemu di Jakarta aja ya?"
"Jangan nolak lagi kalo aku ajak ketemu, jangan diem aja juga."
"Iyaaa Cipta sayang, aku kan udah minta maaf. Kok masih dibahas terus sih, huh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Snobiety!
ChickLitWelcome to the one and only source of Jakarta's Elite. If u find anything interesting about them - please let us know : updates@hisnobiety.com