8. Without Goodbyes

1.9K 259 61
                                    

[SADIRA]

Wakey, wakey everybody! Coba tebak siapa yang pagi-pagi udah marah? The one and only : Sadira Harjadi. Masih jam 8 pagi dan dia sudah dibangunkan oleh suara bel Executive Suitenya di Monopoli. Sambil meraih sleeping robenya, Dira kayanya udah janji nih bakalan mecat siapapun yang berani bangunin dia ; apalagi disaat dia udah bilang ke staff hotel "Gak ada yang nelfon atau datang ke kamar gue duluan sebelum jam 12, kecuali kalo gue yang nelfon atau minta sendiri." Waduh, terus siapa nih yang kira-kira berani menentang maut?

"Gue udah pernah bil—Papa!?"

Of course cuma ada satu orang yang berani menentang maut kalau sudah berhadapan sama seorang Sadira — tentunya malaikat mautnya sendiri : Tommy Harjadi.

"Papa mau bahas soal upcoming business project kamu, Tavern yang mau kamu buat di The Maj. Kenapa harus buat lagi kalo disana udah ada Country Club?"

Tommy Harjadi melangkah santai masuk ke executive suite anaknya, kemudian duduk di sofa yang ada di living room — menunggu jawaban anaknya yang masih baru bangun dan belum bisa memproses otaknya untuk business matters. Lagian Om Tom, HiSnob bilangin nih ya...pagi-pagi kalo samperin anaknya tuh bawa sarapan kek, jangan asal nyelonong nanyain soal bisnis. HiSnob jadi ikutan pusing.

"Ehm— pa, harus banget dibahas sekarang?" Tanya Sadira sambil berjalan ke area mini bar, "Coffee, tea, or orange juice?"

"Orange juice." Sadira menuangkan orange juice ke dua gelas yang sudah disediakan— one for him, and one for his dad. "Thanks, Dir. Jadi kenapa?"

"Pa, gak mau sambil breakfast or brunch bahas ini? Or maybe we can settle a meeting for this? Biar enak juga bahasnya, aku bisa prepare—"

"Kalo kamu emang niat mau bikin Tavern itu, kapan aja kamu bisa jelasin. Kalo perlu pake meeting dan persiapan segala — artinya kamu belum punya konsep yang matang banget."

Satu hal yang netizen perlu tahu tentang seorang Sadira : dia itu paling gabisa di tantang dan di underestimate, ya kaya apa yang papanya lakuin sekarang ini. Jiwa-jiwa kompetitif di dalam dirinya tuh langsung berontak dan bergejolak — maklum gengs, kalau kita main zodiak-zodiakan Sadira ini aries tulen.

Sadira meneguk orange juicenya —berharap bisa membuat 'segar' otaknya yang baru bangun tidur itu, "Jadi gini Pa, konsep tavern itu aku buat untuk anak-anak mudanya — Country Club kan bener-bener untuk family and friends. Bentuknya kaya european atau british pub gitu, musiknya aku buat segmented : rock and roll. Niatnya sih mau buat 21+ aja."

"Udah ada konsep tavern ini sebelumnya? Atau bener-bener baru?"

"Konsep musik rock and roll ada dua, di Gunawarman dan Kemang. Tapi dia lebih ke underground club dan siapa aja bisa dateng, tapi kalo gini kan jadinya gak gitu aman kan? Aku mau buat tempat dimana orang bisa enjoy rock and roll music dengan santai dan merasa safe gak bakalan ada ribut. Simple aja sih."

"Target kamu siapa yang bakalan datang?"

"21+ High End. Kalo set the bars high, lebih aman aja menurutku."

"Interesting. It's good to hear something fresh from you, kalo bisa Tavern kamu itu isinya juga jangan cewek-cewek semua."

"I've changed, Pa."

"Good to hear that, so i guess my team will contact you soon—"

"Babeee, where are you? Kok akunya ditinggal sendiri?"

Tentunya executive suite sebesar dan senyaman ini gak mungkin dong cuma buat Sadira seorang? Baru juga bilang ke papanya kalau dia berubah, eh sekarang pintu master bedroom sudah terbuka — dengan pemandangan seorang gadis memakai lingerie renda-rendi yang bermaksud untuk menggoda bachelor kita yang satu ini. Melihat Sadira gak sendirian, gadis itu langsung membanting pintu kamar.

Hi Snobiety!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang