7. Park Jimin (박지민)

484 73 14
                                    

"Jimin?" Panggil Taehyung canggung.

"Eung?" Jawab Jimin malas.

"A-aku yang dari SMA Sekang, ta-tapi kenapa kamu yang badmood seperti itu?"

Jimin yang semula tiduran menemani Taehyung membaca di perpustakaan, kini menatapnya.

"Taehyung, aku pernah bilang kan, kalau aku pernah dibully?"

Taehyung mengingat-ingat sejenak.

---
"Wae? Kenapa kau menatapku seperti itu. Sepertinya kau punya banyak teman di sana, aku lega kau pindah ke sini karena perusahaan orang tuamu, bukan karena pembullyan."

"Aku dulu juga terbully." Sambung Jimin.
---

"Aaa ne, aku ingat." Kata Taehyung sambil membenarkan kacamatanya. "Tapi, apa hubungannya dengan SMA Sekang?"

Jimin mengambil napasnya dalam-dalam. "Aku sebenarnya tidak akan memberitahumu, tapi sepertinya kita senasib, jadi aku akan memberitahumu sesuatu."

"Hm?"

"Aku memang pernah terbully sepertimu, bahkan lebih. Sampai aku koma."

"Aa Jimin chamkanman, kau yang cerita kenapa aku yang jadi pusing seperti ini?" Kini Taehyung membenarkan duduknya dan benar-benar bersiap mendengar Jimin bercerita.

"Kenapa aku bisa tahu kalau SMA Sekang terkenal muridnya yang brutal?" Tanya Jimin.

"Emmm, mollayo. Mungkin sekolah itu memang sudah terkenal kenakalannya."

"Ani. Karena aku dulu dari sana."

Detik itu juga detak jantung Taehyung seperti ingin berhenti, "M-mworago?" Taehyung tak percaya.

"Jangan sela ceritaku."

Taehyung mengangguk paham.

"Saat di SMA Sekang tahun pertama. Aku dulu seorang yang pendiam sepertimu. Karena aku terlalu lembut dan polos pada orang, jadi banyak yang memanfaatkanku. Mereka terus meminta uang sakuku untuk kepentingan mereka. Mereka juga selalu menyalin PR matematika yang aku kerjakan, karena aku hanya pandai matematika."

"Aku bisa memakluminya, karena aku dulu orang yang sabar. Tapi waktu itu ada anak yang meminta buku PR ku, tapi aku tidak menyerahkannya. Mereka lalu menggeledah tasku dan mengambilnya dan tidak dikembalikan."

"Waktu itu aku tidak berani melawan sepertimu ini. Alhasil, aku terkena hukuman karena buku PR ku diambil dan aku bilang buku itu tertinggal di rumah."

"Jika aku berkata buku itu diambil, aku akan terus-terusan dibully."

"Aku dihukum mengepel kamar mandi laki-laki."

Flashback On

"Jimin? Mana pekerjaan rumahmu?" Tanya Jang ssaem.

Jimin menatap anak yang mengambil bukunya itu, ia malah mendapat tatapan tajam, Jimin takut, "I-itu, ssaem, ketinggalan di rumah."

"Mwo? Ketinggalan?" Tanya Jung ssaem tak percaya.

"Ye."

"Alasan yang tak masuk akal, Park Jimin. Bisa saja kau tidak mengerjakan, sekarang, ssaem hukum mengepel kamar mandi murid laki-laki."

"Aa ta-tapi ssaem-"

"Jika membantah, ssaem akan menambah hukumanmu, Jimin."

Jimin mengepalkan tangannya mencoba menahan amarahnya. Ia keluar kelas dengan kepala menunduk.

LIGHTS✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang