Tiga Puluh Enam

1.4K 156 28
                                    

Eunbi menatap nanar pemandangan yang tersaji dihadapannya. Hari ini ia harus merelakan adik kesayangannya pergi, setelah berbincang dengan dokter dan beberapa pertimbangan akhirnya Eunbi setuju untuk melepas semua alat medis yang menempel ditubuh adiknya.

"Bisa kami lakukan sekarang Bu?" suara dokter tersebut membuyarkan lamunan Eunbi, sudah hampir satu jam lamanya Eunbi hanya berdiam diri memandangi adiknya yang mungkin sebentar lagi akan meninggalkannya.

Atau mungkin sebenarnya adiknya itu telah lama pergi?

"Tunggu sebentar lagi ya dokter" jawabnya, kemudian dokter tersebut pun setuju.

Kembali Eunbi mendekati ranjang pasien yang sudah satu tahun ini menjadi tempat tidur Irene

Air matanya kembali luruh, Eunbi tak kuasa membendung air matanya padahal Eunbi bukan termasuk orang yang gampang menangis namun jika harus dihadapakan dengan situasi seperti ini Eunbi tidak sanggup.

"Dokter apa tidak bisa beri waktu sebentar lagi?ⁿ Saya yakin adik saya pasti bangun" ucapnya lemah.

Dokter tersebut diam tidak menjawab perkataan Eunbi, Junmyeon pun yang notabenya tidak terlalu dekat dengan Irene sama hal nya seperti Eunbi ia turut merasakan kesedihan yang mendalam.

"Sayang, udah ya? Ikhlasin Irene, aku yakin dia pasti bahagia disana nanti" Jumnyeon membawa kekasihnya itu kedalam dekapannya.

Eunbi menggeleng cepat "Aku gak mau kehilangan adik aku Jun, cuma dia anggota keluarga yang aku punya sekarang" ucapnya dengan terisak.

"Kamu sayang sama Irene kan?" tanya Junmyeon

Eunbi membalasnya dengan anggukan.

"Kamu tega biarin Irene kesakitan dengan alat-alat yang nempel ditubuh dia sekarang?" tanya Junmyeon lagi.

Kali ini Eunbi menggeleng.

"Kamu mau Irene bahagia kan? Kamu mau Irene gak kesakitan lagi kan?" tanya Junmyeon sekali lagi.

Dan Eunbi kembali mengangguk.

"Maka dari itu kamu harus ikhlas, biarin Irene pergi dengan tenang biarin Irene gak sakit lagi lepasin dia, percaya sama aku suatu saat kalian pasti akan ketemu lagi di surga kamu rajin-rajin berdo'a, Ya?"

"T--tapi--"

"Sstttt dengerin aku Bi, aku juga sayang sama Irene aku gak mau kehilangan dia tapi aku juga gak tega kalo harus ngelihat dia kaya sekarang terbaring lemah gak bisa apa-apa, aku pernah diposisi Irene dan itu rasanya gak enak sakit, sakit banget Bi kalo aku bisa pilih aku lebih pilih nyerah aku lebih baik mati daripada harus nahan sakit gara-gara alat yang nempel di seluruh tubuh aku" kata Junmyeon panjang lebar.

"Aku tahu kamu sayang banget sama Irene dan gak mau kehilangan dia tapi kita juga gak boleh egois, kita gak tahu keinginan Irene yang sebenarnya itu gimana, bisa jadi ia lelah dan berharap kita melepaskannya, kamu tega nahan Irene dan membiarkan dia nahan rasa sakit lebih lama lagi?"

Eunbi terdiam Junmyeon sukses membuatnya tidak bisa berkata-kata perkataan Junmnyeon ada benarnya, bagaimana jika sebenarnya Irene sudah lelah dengan keadaannya sekarang dan ingin segera pergi namun karena keegoisannya selama ini membuat Irene harus bertahan.

Eunbi sadar, Ya Tuhan apa yang telah Eunbi lakukan? Mengapa Eunbi setega ini membiarkan adiknya kesakitan lebih lama lagi.

Melepakan tubuhnya dari pelukan sang suami Eunbi kembali mendekati adiknya.

"Maafin kakak udah egois selama ini" bisik Eunbi lirih.

"Semoga kamu bahagia disana, selamat tinggal Irene kakak sayang kamu" diakhiri dengan ciuman lembut di kening adik tercinta.

sacrifice or betrayal (Sehun X Irene) 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang