"Ketika kau melihat orang yang lebih cantik dari mu, apakah kau akan iri? Ataukah kau menjadikannya sebagai motivasi agar kau bisa cantik sepertinya? Mungkin jawaban bagi Nazila adalah iri."
___________________________________
Zila melangkahkan kakinya menyusuri koridor yang masih sepi pasalnya ini baru pukul enam lewat empat puluh lima menit dan pelajaran baru akan dimulai sekitar empat puluh lima menit lagi.
Zila sengaja pergi kesekolah sepagi ini dengan alasan agar dia tidak mendengar cemoohan dari orang lain.
Dan disinilah ia sekarang, 11 Ipa 2. Ia duduk dikursinya dengan novel yang selalu ada digenggamannya. Zila menyerngitkan dahi-nya ketika ia melihat sudah banyak siswa yang memasuki kelasnya.
Zila melirik kepergelangan tangannya, sebuah jam manis terpasang disana, "jam tujuh lewat lima" gumamnya.
Nazila mengalihkan pandangan kesamping mejanya, lagi-lagi dahi Zila berkerut. "Lah Jeje belum dateng?" tanya Zila pada dirinya sendiri.
Zila merogoh ponsel yang berada didalam tas miliknya. Dia membuka aplikasi Line dan melihat pesan yang masuk diaplikasi itu.
Jenesa Fransiska: Zil, gue ga masuk hari ini, ada acara keluarga.
Jenesa Fransiska: Baek baek lu disekola
Jenesa Fransiska: Dadah jangan kangen gue!Kedua sudut bibir Zila tertarik keatas sehingga membuat sabit tipis, sangat tipis mungkin. Jemarinya mulai mengetikkan balasan untuk pesan dari sahabatnya itu.
Nazila Gracia: Ish Jeje ga masuk :( kan gue gaada temen jadinyaaa :((
Nazila hanya berteman dengan Jenesa disini. Ia tidak mau membuka dirinya dengan orang lain. Bagi Zila, Jenesa itu typical teman yang setia. Pasalnya, Jenesa mau bertahan walaupun sekarang banyak orang yang sering menjudge fisiknya.
Brakk!!
Gebrakan meja berhasil membuat Zila terlonjak.
Zila menatap orang itu seraya menaikkan sebelah alisnya."Nyontek pr matematika yang kemaren dong Zil" pinta Cowok itu dengan puppy eyes nya.
Tanpa menjawab, Zila mengeluarkan buku latihan matematika miliknya dan memberikannya kepada Rifa-Cowok yang selalu menyontek kepada Nazila.
Buku itu pun langsung disambar oleh Rifa, "Makasih, lu emang cewek pinter dan juga baik hati " ucapnya.
Zila menaruh novelnya dibawah meja dan memasukkan ponselnya kedalam tas. Tak berselang lama, Bu Yeni--guru matematika dikelas Zila berjalan memasuki kelas diikuti oleh salah satu siswi, emmm kayanya dia Siswi baru.
"Perhatian. Disini ada murid baru, dia pindahan dari london. Oke Nak, silahkan perkenalkan dirimu" ucap Bu Yeni seraya tersenyum kearah murid baru itu.
"Hai, nama aku Aisha Natalia. Kalian bisa manggil aku Aisha. Aku pindahan dari london, sebenarnya aku orang indonesia tapi harus mengikuti papa aku yang pindah tugas ke london." jelas murid baru itu.
Setelah mendapat sambutan dari seluruh kelas, ia dipersilahkan duduk oleh Bu Yeni. Ia duduk persis disamping kanan Nazila. Ia tersenyum ketika ingin duduk, dan Nazila pun membalas senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURITIES ✓
Teen FictionMenceritakan tentang seorang gadis yang mempunyai ketakutan mendarah daging ditubuhnya. Ketakutan akan masa lalu yang begitu menyeramkan baginya. Ketakutan yang berhasil mengubah kehidupannya dimasa setelah itu. Akankah ia berhasil melawan? Atau ber...