•|| 19. Sunset and you ||•

130 13 2
                                    

Typo bertebaran
Happy reading🌻✨💫
°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°


Nazila mulai membuka paper bag yang diberikan Aisha sore hari tadi. Didalam paper bag itu terdapat face wash, toner, serum, essence, cream siang dan malam. Ini semua benar-benar ori daru salah satu brand ternama yang harganya lumayan fantastic.

Nazila mulai menyusun semua skincare itu diatas meja riasnya. Setelah selesai, ia mengambil face wash dan segera berlalu kekamar mandi untuk mencuci wajahnya.

Nazila keluar dari kamar mandi dengan tangan yang masih sibuk mengelap wajahnya dengan tissue. Ia mulai duduk dimeja rias dan mulai mentap-tap-kan toner kewajahnya.

Kata-kata Aisha tadi sore terys berputar dikepalanya. Kalau mau glow up ya harus rajin ngerawat muka. Dan juga harus sabar menunggu prosesnya. Gaada yang instan dikehidupan. Bahkan, mie instan pun harus direbus terlebih dahulu agar bisa dinikmati.

Dan ini adalah step yang terakhir. Night cream. Dengan telaten Nazila memakai creamnya. Setelahnya ia melakukan finishing dengan menyemprotkan face mist diwajahnya.

Dan...

Nazila selesai dengan skincare-nya.

Sudah lama sekali Nazila tidak pernah berurusan dengan skincare dan semacamnya. Pergi kesekolah pun hanya memakai baby powder dan ditambah lip balm.

Tak lupa dengan liptint sedikit. Terkadang.

Sejenak ia memandang wajahnya dipantulan cermin, "Semua pasti bakalan ada perubahan. Semangat yaa jalanin harinya." Ucap Nazila menyemangati dirinya sendiri.

Percayalah, ini pertama kalinya setelah sekian lama Nazila berlama-lama menatap pantulan dirinya dicermin. Entah setan apa yang merasukinya malam ini.

Tangan mungil Nazila mulai turun dan membuka laci yang berada disamping meja riasnya. Nazila mengambil sesuatu yang sangat berarti baginya. Dulu.

Kalung.

Yap. Sebuah kalung dengan liontin lumba-lumba.

Nazila tersenyum pahit memandangi kalung itu, "Kenapa harus gini," ucapnya mulai terisak.

"Gue kangen banged sama lu Fel," ucapnya lagi dengan isakan yang semakin terdengar.

Nazila membuka pengait kalung itu lalu menlingkarkan dilehernya dan kembali menutup pengaitnya.

Sekali lagi. Nazila menatap dirinya dipantulan cermin.

Senyum yang ditampikan Nazila malam ini sangat pilu. Matanya berkaca-kaca menahan air mata yang mendesak keluar.

❖❖❖

"Coba liat Zil," ucap Jeje seraya menunjukkan pulpen yang baru ia beli.

Nazila mengangkat alisnya sebelah, "Kenapa?"

Jeje mendesah kecil.

Nazila memutar bola matanya malas, "Iya iya ish."

"Wahhh Jeje punya pulpen bagus bangedd!!!" ucapnya semangat seraya bertepuk tangan.

Percayalah. Ini hanya dibuat-buat.

"Gitu amad lu," rajuk Jeje.

"Perhatian anak-anak," ucap bu Pita yang baru saja memasuki kelas.

Seisi kelas XI IPA 2 yang tadinya berisik seperti kapal pecah kini hening bak kuburan pada saat malam jum'at.

"Hari ini kita tidak belajar dulu―"

Tiba-tiba seisi kelas langsung riuh dengan sorak-sorak kegembiraan karena hari ini mereka free class.

INSECURITIES ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang