•|| 2. Hurts ||•

494 45 10
                                    

"Kamu harus percaya sama tuhan kalau hidup itu tidak selalu berada dibawah, suatu saat kita pasti akan berada diatas. Begitulah rotasi kehidupan, namun itu semua juga membutuhkan waktu, kita hanya bisa menunggu dan bersabar sampai akhirnya waktu itu tiba."
_____________________________________


Nazila melangkahkan kakinya memasuki kediamannya. Dia jelek. Dua kata itu tak henti berputar dikepala Zila sejak kata itu dilontarkan. Sebegitu menjijikankah dia? Begitu jelekkah rupanya? Bukankah setiap manusia itu memiliki kekurangan?

Satu per satu kakinya menaiki anak tangga dengan langkah yang gontai. Hatinya sakit, pikirannya kacau, jiwanya hancur, namun raganya masih terlihat baik-baik saja.

Panggilan seseorang menghentikan langkah Zila dianak tangga yang kelima. Zila membalikkan badannya dan menemui Mba Wati disana. Nazila tidak pernah memanggil pembantunya dengan sebutan 'Bibi' ia lebih nyaman memanggil asisten rumah tangganya dengan sebutan 'Mba' karena itu lebih sopan menurutnya.

"Kenapa Mba?"

"Tadi Papanya Non Zila nelpon kerumah. Tuan nanya, kenapa ponsel Non Zila ga aktif"

"Ponsel Zila lowbat Mba. Em Papa ada bilang apa lagi?"

"Katanya uang bulan ini sudah ditransfer kerekening non Zila" jelas Mba Wati.

Lagi-lagi perihal harta. Hei, Zila tidak memerlukan itu, Zila perlu kasih sayang dari kalian. Kasih sayang yang berwujud nyata, bukan melalui harta.

"Oh oke Mba, makasih"

Mba wati mengangguk seraya tersenyum kearah Zila. Nazila kembali menaiki tangga dan memasuki kamarnya.

Malam selalu membawa keadaan yang hening dan sepi membuat semua orang merasa nyaman dan tentram ketika malam hari. Gadis ini salah satunya,  malam adalah saat yang tepat untuk menumpahkan keluh kesahnya. Karena selain Jeje,  hanya malam-lah yang sudi mendengarkan keluh kesahnya.

Nazila memperhatikan langit gelap malam hari, disana terdapat benda langit yang bersinar. Salah satunya bintang. Kadang Nazila ingin menjadi bintang karena bintang memancarkan cahayanya sendiri, namun ia tidak mau terlihat kecil dan berada satu diantara seribu, dia tak mungkin terlihat bukan?

Lalu matanya beralih menatap rembulan, bulan menyinari langit malam dengan cahayanya yg redup tanpa membuat silau dimata makhluk bumi, indah bukan? Namun bulan tidak bisa memancarkan cahayanya sendiri, ia mendapatkan cahaya dari matahari.

Dan pikirannya pun terlempar kematahari. Matahari cahayanya begitu terang dan pijar membuat seisi bumi menjadi terang benderang. Namun ada saja yang tidak menyukai matahari, karena ia bisa menggelapkan kulit seseorang.

Nazila menarik kesimpulan dari ketiga benda langit tersebut. Bahwa apapun yang ada didunia ini pasti memiliki kekurangan. Sama halnya dengan manusia, tak ada seorang manusia yang sempurna karena kesempurnaan itu hanya milik Tuhan yang maha Esa.

Namun manusia juga memiliki kelebihan. Lihat, betapa adilnya tuhan. Ia menciptakan manusia dengan porsinya masing-masing. Kita hanya perlu mensyukuri hal itu. Ingat! Yang tuhan berikan untuk mu, pasti itu yang terbaik.

Zila menutup pintu balkon kamarnya. Pergi kekamar mandi sebentar untuk mencuci mukanya,  lalu ia mulai memakai rangkaian skincare miliknya.

"Pake skincare tapi gaada hasilnya. Gapake skincare malah tambah jelek" gumam Zila.

Selesai dengan segala skincare nya. Nazila memilih untuk tidur, karena ini sudah jam sembilan malam. Oh ya, Nazila tidak pernah tidur diatas jam sembilan malam, karena kalau tidur diatas jam itu, pasti mukanya akan tumbuh jerawat baru.

INSECURITIES ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang