•|| 25. A Mission ||•

92 11 2
                                    

Alooo I'm backkk!!! 🍃
Sebelum mulai marilah kalian bersama-sama menekan tombol bintang dipojok kiri bawah. Menekan bintang, dimulai.
Azeeggg sksksk
Vote duluu yakkk sebelum mulaii😙
Skutt gaskeunnn, Happy reading all💚🌵🍀🌿
°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

Dan disinilah mereka sekarang. Ruang tamu rumah Jeje.

Gadis itu tidak berhenti menangis sedari tadi. Disana juga ada Aisha yang sibuk menenangkan Jeje. Pasalnya gadis itu sangat kacau. Namun Leon jauh lebih kacau.

Leon pun sudah menjelaskan kronologi lengkapnya tentang bagaimana semua ini bisa terjadi.

"Seharusnya gue ga biarin dia sendiri Sa," ucap Jeje sesegukan.

"Seharusnya gue nemenin dia."

"Bego banged gue ninggalin dia sendiri."

"Gue tau Nazila gabisa ditinggal sendirian tapi gue tinggalin bodoh banged siih gue," lanjutnya serasa mepuk kepalanya keras.

Aisha mencoba menahan itu, menahan tangan Jeje seraya mengusap rambunya lembut guna menenangkan gadis itu.

"Yonnn temuin Zila malam ini Yoonn."

"Pliss," mohon Jeje.

Leon menunduk, ia tidak tau harus berbuat apa. Pikirannya benar-benar kalut. Ia tidak bisa melakukan apapun. Dirinya sendiri pun sudah tak terurus. Seragam sekolah masih melekat dibadannya. Ia masih belum pulang kerumah.

"Je, sabar dulu. Kita disini juga mau nemuin Zila secepatnya. Kita bakalan mengerahkan segala yang kita bisa buat nemuin Zila, Je," David menengahi.

"Mending lo pulang dulu Yon, beresin diri lo. Masalah Nazila, kita bakalan cari besok. Lagian ini juga sudah malam, istirahatkan diri lo biar bisa mikir jernih," timpal Indra.

"Ndra! Segampang itu lo nyuruh nyarinya besok?! Nazila ketakutan diluar sana Ndra, gue tau," Jeje menyeka air matanya, "Tapi dengan seenaknya lu ngeremehin itu Ndra! Kalo lu gamau bantuin gausah! Lo bisa pulang! Gur bisa cari sendiri!" lanjut gadis itu menggebu-gebu.

Setelah mengatakan itu, Jeje hendak berdiri namun ditahan oleh Leon.

"Indra benar, kita harus mengistirahatkan diri kita." ucap Leon.

Aisha mengambil alih tangan Jeje, "Je, kita cari besok, lu harus istirahat begitu pun kita. Yang terpukul bukan cuman lo, tapi kita semua."

Jeje melunak, ia pun mengangguk pasrah.

❖❖❖

Esoknya. Dikantin tepat dimeja paling pojok. Dua perempuan dan tiga lelaki duduk disana.

Leon. Cowok itu terlihat sangat berantakan. Kantung mata terpampang jelas dikedua matanya. Matanya sayu, pas seperti orang tidak tidur dan menangis semalaman.

Disisi lain, Jenessa yang notabennya orang paling dekat dengan Nazila terlihat tidak jauh berbeda dari Leon. Namun mata gadis ini terlihat lebih bengkak, dia pasti menangis meraung semalaman.

Sisanya, mereka sama terpukulnya seperti Jeje dan Leon. Namun tidak terlihat dari fisik.

"Jadi hal pertama yang harus kita lakukan ya nanya sama satpam didepan. Gue yakin seratus persen dia orang terakhir yang melihat Zila kemaren," ucap David membuka pembicaraan.

"Pulang sekolah nanti, kita bakal lakuin," lanjut Indra yang disetujui oleh David.

Namun, Jeje menggeleng tegas. "Ga! Gue mau kita cari sekarang juga!"

"Bolos gitu?" tanya Aisha.

Jeje menatap Aisha penuh harap, "Sa please.."

Aisha pun beralih menatap yang lain, meminta persetujuan dari mereka.

Leon mengangguk, "Kita cari sekarang."

❖❖❖

"Jadi gimana pak?" tanya Leon.

Pak Anto―Satpam Graxiel High School, itu nampak terdiam sebentar. Atau lebih tepatnya nampak mengingat kembali.

"Nazila," beonya.

"Ah saya ingat!" ucapnya. Leon tersenyum kecil.

"Gadis itu kemaren mendapatkan kiriman surat. Terus saya gatau lagi tapi sepenglihatan saya, ia berjalan menuju jalan samping sekolah," terangnya.

"Suratnya dari siapa?" tanya Leon.

Pak Anto menggeleng, "tidak tau saya, yang pastinya dia cewek."

Leon mangut-mangut. Setelahnya Pak Anto berlalu pamit meninggalkan mereka. Tentunya setelah Leon berucap terima kasih.

"Jalan samping sekolah," beo Indra.

"Yang jalan kecil itu kan?" timpal David.

"Zila emang sering dapet surat misterius gitu.." kata Jeje mengalihkan pembicaraan.

Leon mengerutkan dahinya, "ko lu ga bilang-bilang."

"Gue kira Zila bilang sama lo."

Leon mengusap wajahnya gusar.

"Kita coba ke jalan samping deh Yon, kali aja nemu apa gitu disana," usul Indra.

Leon mengangguk.

Mereka berlima berjalan menuju jalan disamping sekolahnya itu. Tak lama setelahnya, mereka sampai.

Disini sangat sepi, membuat bulu badan meremang. Suasananya juga beda. Hanya dedaunan kering yang berjatuhan dari pohon yang mengihasi jalan ini.

Jeje menatap kesampingnya dan melihat Aisha sudh tidak disisinya. Yap! Gadis itu berada disisi kekasihnya dengan tangan Indra yang bertumpu manis dibahu Aisha. Gadis itu ketakutan.

"Mencar deh kali aja nemu petunjuk," saran Indra.

Aisha menatap kearah sang pacar, "aku sama kamu ya, takut," pintanya yang diangguki Indra.

Leon dapat bagian dimuka jalan itu. Ia menelusuri segala sisi. Tidak satu pun yang terlepas dari pandangannya.

Menyimbak perlahan dedaunan kering yang berserakan disana. Harap-harap menembukan petunjuk disana.

Namun nihil. Leon tidak menemukan apapun.

Leon masuk sedikit kedalam. Ia kembali menjimbak dedaunan itu. Tidak ada apapun. Leon seperti kehilangan harapan.

Tapi tunggu!

Ada sesuatu yang membuat Leon mematung.

Disimbaknya rumput liar itu dan,



˗ˏˋ To Be Continue ˊˎ˗

❖❖❖

Haii up lagi nihh seneng ga? Hehe
Bhwahaa aku bikin penasaran kalian lagi mwheh

Komen next yuu biar aku tauu kalau kalian mau cerita ini aku lanjutin😙

Jangan lupa tap bintangnyaaa!⭐✨
Papayyyyy, see u next partও

INSECURITIES ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang