Typo bertebaran
Happy reading🌻✨💫
°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°Malam ini, Leon akan kembali menemani Nazila dirumah sakit. Jeje, Aisha, dan juga Indra baru saja pulang karena Leon yang memintanya. Jeje sempat memberontak tapi mereka berhasil membujuk gadis tengil itu.
Leon tak tega melihat mereka berada disini. Pasalnya, sepulang sekolah mereka langsung kesini tanpa sempat berganti baju apalagi beristirahat.
Leon duduk dikursi samping brankar Nazila. Gadis itu masih setia memejamkan matanya. Padahal, dokter bilang paling lambat tadi siang ia akan siuman, tetapi kenapa sampai saat ini tidak ada tanda-tanda bahwa Nazila akan membuka matanya.
Leon merebahkan kepalanya disamping tubuh Nazila, satu tangannya digunakan untuk bantalan kepalanya dan satunya lagi digunakan untuk menggenggam tangan gadis itu.
Pikiran Leon terlempar pada kejadian makan malam dirumahnya beberapa jam yang lalu.
"Temen Leon sakit yah. Leon harus cepat kerumah sakit."
"Temen kamu yang mana? David? Indra?"
"Nazila"
Brakk
Semua mata dimeja makan itu menatap kearah Giska. Mata gadis itu berkaca-kaca sehingga menarik simpati Vania untuk menghampirinya.
"Kamu kenapa?" tanya Vania lembut seraya mengusap rambut Giska.
Giska mulai terisak, "Leon hiks, Leon sering mengabaikan aku gara-gara gadis itu bun" adunya.
Leon memalingkan mukanya, ia berdecih dalam hati.
"Leon?" panggil Henry, tatapannya mengartikan kalau pria itu meminta penjelasan.
"Leon berhak memilih kebahagian Leon sendiri yah" jawabnya.
"Bisakah kamu deskripsikan bagaimana gadis itu?"
"Jauh dibawah Giska yah" sahut gadis itu lantang.
Leon melotot kearah Giska membuat gadis itu menunduk.
"Kenapa ga sama Giska aja sih Yon? Bunda ngerestuin kalian"
"Bun" rengek Leon.
"Ayah akan memberikan kamu kesempatan untuk memilih. Jika kamu mantap dengan gadis itu, bawa ia kemari dan ayah akan menilainya."
Leon tersentak dari lamunannya ketika ia merasakan ada yang menyentuh tangannya. Ia melirik dan mendapati jemari Nazila yang tergerak.
Leon beralih manatap mukanya, keringat membanjiri kening gadis itu. Dahinya pun menyerngit. Hei, ada apa ini?
"Bukan aku" lirihnya pelan, sangat pelan. Mata gadis itu masih tertutup rapat. Tangannya mulai menggenggam erat tangan Leon.
Leon tesentak. Bodoh. Kenapa ia terdiam. Seharusnya ia memanggil dokter.
Leon berlari keluar ruangan sambil berteriak memanggil dokter. Menit setelahnya, dokter dan seorang perawat memasuki ruang rawat Nazila.
Beberapa menit menunggu, akhirnya perawat tadi keluar. Perawat itu menatap Leon sejenak lalu berdehem pelan,
"Dokter menunggu anda didalam"
Leon mengangguk lalu memasuki ruangan itu.
Dokter itu tersenyum, "Dia tidak apa-apa. Hanya saja― emm ini seperti yang saya bicarakan tempo hari lalu. Apakah kamu sudah memikirkan saran saya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURITIES ✓
Fiksi RemajaMenceritakan tentang seorang gadis yang mempunyai ketakutan mendarah daging ditubuhnya. Ketakutan akan masa lalu yang begitu menyeramkan baginya. Ketakutan yang berhasil mengubah kehidupannya dimasa setelah itu. Akankah ia berhasil melawan? Atau ber...