•|| 9. Alone again ||•

229 21 1
                                    

Nazila keluar dari aula SMA Graxiel dengan tergesa-gesa, pasalnya langit sore hari ini terlihat sangat mendung dan tidak sabaran menumpahkan beban yang ia tanggung disana.

Ia melirik jam tangan yang terlingkar dilengan kirinya, kakinya pun tidak berhenti berlari kecil agar cepat berada didepan gerbang sekolah.

Ternyata jam sudah menunjukkan pukul enam lewat dua puluh menit, sebentar lagi adzan maghrib pasti akan dikumandangkan.

Hari ini, sepulang sekolah. Nazila harus berlatih bernyanyi dulu untuk pensi yang akan berlangsung tiga hari lagi. Bukan hanya Nazila tapi seluruh pengisi acara yang terlibat dipensi itu.

Sesampai didepan gerbang sekolah, Nazila buru-buru membuka aplikasi ojek online yang terinstal diponselnya. Setelah selesai menset alamat Nazila ingin mengklik 'order' yang tertera disana.

Namun niat itu diurungkannya ketika ia mendengar klakson mobil.

Kaca mobil terbuka ketika berdampingan dengannya. Sosok lelaki yang tak asing baginya berada didalam mobil itu.

"Masuk. Aku anter" ucapnya.

Berpikir sebentar lalu Nazila menggangguk. Ia memasuki mobil itu dan segera mengenakan belt agar aman.

Mobil itu melaju meninggalkan perkarangan sekolah mereka. Tak jauh beranjak dari sekolahnya, adzan maghrib dikumandangkan dengan merdu hingga terenyuh ketika mendengarnya.

"Aku cari masjid dekat sini abis itu kita sholat dulu ya" ucap lelaki itu. Leon.

Nazila menggangguk saja karena ia enggan berbicara. Entahlah untuk alasan apa. Lagian Nazila memang begini bukan? Tidak banyak bicara.

Setelah Leon menemukan mesjid, mereka berdua langsung memasukinya dan beribadah disana.

Sekitar lima belas menit mereka habiskan untuk mengerjakan sholat maghrib ini. Mereka kembali kedalam mobil dan Leon pun segera melajukan mobil miliknya.

"Kamu tadi kenapa baru pulang?"

Bukan Nazila melainkan Leon yang bertanya soal itu. Nazila mengalihkan pandangannya kearah Leon yang sedang fokus kejalan raya yang lumayan padat.

"Latihan dulu" jawab Nazila.

Leon mengalihkan pandangannya kearah Nazila dengan dahi yang menyerngit, "Latihan apa?"

"Buat ngisi acara pensi"

Leon tersedak. "Eh kenapa?" panik Nazila.

"Gapapa. Aku bangga kamu ngisi pensi nanti" sahutnya seraya mengusap pucuk kepala Nazila. Nazila hanya tersenyum menanggapinya.

"Aku juga ngisi pensi, tapi aku ga ngeliat kamu disana tadi"

"Beneran? Kamu ngisi juga?"

Leon mengangguk mantap, "Aku bareng band aku bakalan tampil"

Kali ini giliran Nazila yang mengangguk.

Nazila menyerngitkan dahinya ketika Leon memarkirkan mobilnya didepan tempat yang asing baginya.

Leon yang sadar Nazila sedang kebingungan ia pun tersenyum simpul, "kesini dulu, ayo turun"

Ia tak menyahut tetapi segera menuruti permintaan Leon. Toh Leon juga tidak mungkin macam-macan dengannya. Pikir Nazila.

Nazila terus saja mengekori Leon. Melihat disekelilingnya, ia simpulkan ini adalah apartment. Kini mereka sudah berada didalam lift. Leon menekan tombol angka yang tertera disana, entahlah angka berapa, Nazila tidak melihatnya.

INSECURITIES ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang