•|| 28. Piece Of The Past ||•

79 10 6
                                    

Alohaaaa I'm backk🙆
Lanjutt yukk lanjutt xixi
Eitssss votenya dolooo^^
Uda? Skutttt happy reading all💛🍯🐣🌻
°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°




Gadia itu terkekeh, "let's finish this, Nazila."

"Jangan main main dengan," jedanya.

"Felycia Laura."

Tubuh Nazila bergetar hebat. Gadis itu menangis sejadi-jadinya. Ketakutannya selama ini kembali terulang. Memori-memorinya akan masa lalu tertarik kemasa kini.

Tak ada hal lain yang bisa ia lakukan selain menangis dan berharap semoga ada bantuan yang datang.

Felycia menarik rambut Nazila hingga kepalanya terangkat dan tepat dihadapan wajah gadis itu.

Senyum iblis yang mengerikan yang Nazila lihat pertama kali. Ia berharap ini hanya mimpi buruknya.

Nazila benci. Benci saat dirinya menjadi lemah. Saat ini yang ia harus lakukan adalah,

Lawan!

Nazila memantapkan hatinya, dengan gerakan cepat, ia menepis kasar tangan Felycia.

Felycia tertawa mengejek, "Ngelawan lo?!" bentaknya.

Nazila kembali gentar mendengar bentakan kasar itu. Sungguh ia benci dirinya sekarang.

"Mari kita akh―"

"APA MAU LO?!" kata itu tiba-tiba terlontar dari mulut Nazila.

"Yang gue mau?" jawabnya seraya menujuk dirinya sendiri. Setelahnya ia terkekeh sebentar lalu tersenyum, "gue mau lo mati!" ucapnya dengan nada datar namun penuh penekanan.

"Kenapa? Apa salah gue sama lo Fel?"

Lagi-lagi gadis itu terkekeh, "Lo jangan sok bego!"

"LO YANG BIKIN ADIK GUE MENI―"

"BUKAN GUE!" potong Nazila cepat.

Nazila mengulang-ulang kata itu seraya menjambak rambutnya, membenturkan kepalanya kedinding, dan Menangis sejadi-jadinya.

Felycia tertawa, "teruskan. Gue suka liat lo gitu."

"Lo tau ga siapa yang paling gue benci didunia ini?"

"Yap. Jawabannya adalah lo. Nazila Gracia Derandra."

"Tau ga siapa yang neror lo selama ini?" Felycia menjeda ucapannya, "ITU GUE!" lanjutnya sambil tertawa keras.

"Lo yang bikin hidup gue kacau! Artinya hidup lo juga harus kacau!"

"Gue ga akan pernah biarin lo hidup enak sedangkan gue menderita!"

"BUKAN GUE!" balas Nazila. Gadis itu sudah dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

"LO!"

"LO YANG BIKIN GUE HANCUR! LO YANG BIKIN SEMUANYA PERGI NINGGALIN GUE! LO BIKIN GUE HIDUP SENDIRI!"

"GUE BENCI BANGED SAMAA LO NAZILA!"

"Bukan aku Fel," balas Nazila lirih, "Bukan aku penyebabnya..."

Felycia terduduk dan mulai terisak, namun dengan gerakan cepat ia menghapus jejak air mata sialan itu.

"Tapi lo yang bikin adik gue meninggal Zil."

Brakkk!!

❖❖❖

Jam menunjukkan pukul delapan lewat lima menit. Mobil yang dikendarai Leon dan keempat temannya kini sudah sampai ditempat yang dikirimkan oleh Nazila.

Semua keluar dari mobil. Ini terlihat seperti rumah entahlah apa itu namun yang pasti ini adalah rumah tua yang sudah lama ditinggalkan.

Disekitar rumah itu sangat sepi. Tak ada orang lain selain mereka disini.

"Lo yakin ini tempatnya Yon?" tanya David seraya mengelus tangan yang bulunya sudah berdiri sejak sampai disini.

"Titik yang dikirim Nazila disini," sahut Leon seadanya.

"Mencekam banged disini," ucap Aisha yang sejak tadi memeluk pacarnya.

"Jangan bucin disini," bisik David yang langsung dapat tonjokan dari Indra.

Indra menoleh ke-sang pacar," jangan jauh dari aku ya, bahaya," peringatnya.

"Langsung masuk atau gimana?" kali ini Jeje yang bertanya.

"Ngemis Je."

"Gue lagi gamau bercanda Vid."

"Aelah galak bener."

Leon menghiraukan mereka. Emang David kadang suka bercanda dikondisi yang tidak tepat. Leon memandang lekat rumah yang ada didepannya ini.

Rumah ini nampak gelap, namun ada satu sisi yang telihat seperti ada remang-remang cahaya disana. Namun itu kelihatan sangat jauh dari tempat yang ia pijak sekarang ini.

Leon melihat kearah teman-temannya, "senter pada berfungsikan?" tanyanya. Semua mengangguk.

Leon yang sudh diselubungi dengan rasa penasaran pun mulai mengumpulakan segala keberaniannya untuk memasuki rumah ini.

Segala konsekuensi yang ada terjadi harus benar-benar dipikirkan. Karena ini membahayakan banyak orang.

Leon tidak tau apa yang akan terjadi disana. Namun ia memantapkan hatinya, toh niat dia baik ingin menolong temannya.

Leon menghebuskan napasnya. Mereka sudah jauh datang kesini, tujuan mereka sama yaitu untuk menemukan Nazila.

Jadi, apapun yang akan terjadi kedepannya. Mereka harus membawa Nazila pulang. Memberkan dekapan terbaik untuk Nazila nantinya.

Leon menarik napasnya dalam-dalam lalu ia menghembuskannya perlahan, "Ayo kita masuk dan bawa pulang Nazila."





˗ˏˋ To Be Continue ˊˎ˗

❖❖❖

Alohaaa up niyyy semoga pada senengg yaa kalau aku up cerita xixi

Makasiii banyak buat kalian yang nungguin dan always support aku lewat komen walau ga seberapa tapi itu emng wort bikin aku semangat lagi nulis, semangat buat lanjutin😭

Big lv for u all💖

Jangan lupaaa apaaaaaa??????
Yap betoll tap bintangnyaa^^
See u next partও

INSECURITIES ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang