E M P A T P U L U H

2.2K 144 36
                                    

Hargai karya seseorang yaaa!
Meskipun hanya vote!♥
~♥~

Bangun dari tidurnya, Alova langsung mencari keberadaan Queen. Gadis itu berkali-kali berteriak memanggil nama Queen tetapi tetap saja tak ada sahutan dari pemilik nama tersebut.

Alova berjalan menuju taman belakang dan akhirnya menemukan seseorang yang sedari tadi dicarinya tengah duduk di tepi kolam renang.

"Queen, Alova cariin ternyata disini." Alova berdecak.

Queen hanya tersenyum simpul, tatapannya kembali ke bawah. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Alova mendekati Queen dan juga ikut memasukkan kakinya ke dalam kolam renang.

"Eh, kamu nangis?" Queen menggeleng.

Alova memeluk Queen dari samping, "Cerita aja semuanya, anggap Alova sebagai temen kamu." Queen menghapus air matanya.

"Jangan temen deh, sahabat aja biar akrab."

Setelah semua permasalahan yang dialami Alova karena kehadirannya, gadis itu tetap baik hati. Bahkan tidak segan untuk menganggap sebagai sahabat. Queen merasa menjadi perempuan terjahat, karena telah melukai perasaan gadis polos seperti Alova.

"Rasanya gue pengen lenyap aja." Ujar Queen setelah keheningan menerpa mereka.

"Ih kok Queen ngomongnya kayak gitu," Cicit Alova sambil mengelus-elus bahu seseorang yang sudah dianggapnya sahabat sekarang.

Queen menoleh, "Lo mau punya sahabat kayak gue?"

Alova mengangguk dengan sangat serius, apa salahnya memaafkan dan menerima orang itu masuk ke dalam kehidupan kita kembali.

"Lo masih penasaran siapa anak yang gue kandung?"

"Penasaran banget sih, tapi kalau Queen belum siap cerita ya Alova tungguin."

Queen menarik nafasnya panjang-panjang, "Jadi anak yang gue kandung ini anaknya om gue."

Keterkejutan Alova benar-benar tampak, karena gadis itu langsung berteriak histeris. "Hah?! Yang benar Queen?!"

Yang ditanya hanya mengangguk.

"Ceritanya panjang." Queen berujar, "Mau denger?" Lanjut Queen yang jelas-jelas dijawab anggukan oleh Alova.

"Jadi waktu itu di Australia, gue habis pulang dari kampus langsung ke rumah papa, karena gue dikabarin om Shazam kalau kondisi papa memburuk. Saat gue kesana, emang bener papa lagi ditangani sama dokter pribadinya, waktu itu gue bener-bener kalut banget. Gue kasihan sama mama, dia banyak pikiran, apalagi Kak Saga dia susah banget buat dihubungin."

Queen menangis sesenggukan, Alova memeluk berniat menguatkan. Bahkan Alova juga ikut menitikkan air matanya. Memang benar, mengungkapkan semuanya itu memang berat, tetapi perlu kalian ketahui, seusai kalian mencurahkan semuanya, kalian tidak akan dihantui oleh kesedihan.

"Waktu gue nemenin papa, gue ketiduran tepat di sebelah papa. Terus om Shazam baru pulang dari kantor dan bangunin gue, dia bawa jus alpukat kesukaan gue. Tanpa dia suruh, gue udah habisin jus itu. Tapi setelah minum jus itu, gue pusing banget. Gue dibantu om Shazam masuk ke kamar lain. Dan akhirnya disitu gue dilecehkan sama om gue sendiri."

Tangisan Queen semakin tak terkontrol, sampai-sampai ia memukuli dadanya sendiri. Alova dengan sekuat tenaga menahan tangan Queen yang mencoba untuk menyakiti dirinya sendiri.

"Setelah kejadian itu, gue diancem sama om Shazam. Gue nggak bisa bebas sama sekali, besoknya gue udah coba mau laporin ke mama, dia malah ngancem bakalan bunuh gue saat itu juga."

She is a Cute GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang