E M P A T P U L U H T U J U H

1.6K 112 26
                                    

Vote dan Komen dinantikan! 🤗
Happy reading ! ♡

~♥~

Aksa mengambil kotak merah di pangkuan Alova, menyingkirkannya untuk sementara. Selanjutnya cowok itu merengkuh tubuh mungil Alova. Gadis itu nampak sangat ketakutan.

Kini semuanya tampak berpikir siapa pengirim kotak tersebut. Gevan sudah mencari petunjuk di kotak tersebut tetapi tak ada petunjuk yang tertinggal sama sekali.

Arjun dan Anji memberanikan untuk membuka kembali kotak merah itu, lalu mengeluarkan isinya satu persatu. Mulai dari bunga lily putih, seekor burung yang tubuhnya tersayat-sayat bahkan sebelah matanya tidak ada, dan foto Alova yang ditancapi oleh silet berlumuran darah.

"Parah sih ini." Arjun berdecak kemudian membalik foto Alova dan mendapati tulisan yang sudah terkena darah. Matanya memicing lalu membacanya, "Ikuti saja permainannya."

Lantas semuanya menoleh ke Arjun, cowok itu menunjuk tulisan tersebut. Alova semakin kejer dibuatnya, Aksa mendelik ke arah Arjun menyuruh agar cowok itu diam.

"Kamu nggak bakal kenapa-kenapa, tenang aja." Tutur Aksa, Alova menghentikan tangisannya lalu mendongak, "Alova takut."

"Ada aku, mereka, abang kamu. Nggak usah takut, oke?" Alova mengangguk ragu, sekali lagi Aksa memeluk gadisnya, mencium puncak kepala Alova.

Aksa berucap kepada Gevan, "Jagain Alova dulu, gue mau telepon temen."

Mendengar hal itu, Gasga mengernyit kebingungan, "Temen lo disini semua, lo mau telepon siapa?"

"Ada lah." Aksa berjalan menjauh, mengeluarkan handphonenya lalu segera menghubungi seseorang yang tadi ia sebut sebagai teman.

"Gimana?"  Tanya seseorang di seberang sana dengan nada lirih, bahkan nafasnya terdengar tersengal-sengal.

"Alova udah nerima kotaknya." Ucap Aksa, disambut kekehan santai dari seberang sana.

"Yaudah, gue masih ada job ini."  Sambungan telepon terputus, Aksa menyimpan kembali handphonenya. Cowok itu membalikkan badannya dan terkejut saat Gasga berada tepat di hadapannya.

Gasga mengangkat sebelah alisnya, "Siapa?"

"Nggak penting." Aksa berjalan menuju Alova kemudian menggendong Alova memasuki rumah. Gasga menatap punggung Aksa yang perlahan menjauh.

Ia yakin tidak salah dengar bahwa Aksa tadi menyinggung masalah kotak. Tetapi lebih baik ia tidak menyebarkan dahulu tentang apa yang tadi Aksa bicarakan di telepon. Ketimbang Gasga menceritakan semuanya, lalu asumsinya salah mengenai Aksa.

~♥~

Pagi ini Saga berniat mengunjungi ayahnya serta Elvya, setelah kemarin seharian penuh tidak bertemu mereka karena ada urusan yang harus di selesaikan.

Saga melengos tatkala melihat anak buah Shazam yang dipekerjakan untuk menjaga rumah ayahnya semakin bertambah banyak. Cowok itu tidak mengerti jalan pikiran Shazam seperti apa.

Sebuah tangan menghadang langkah saat Saga hendak memasuki rumah, segera ditepisnya tangan itu, tetapi dengan cepat tangan itu kembali ke posisinya. Saga mengernyit.

"Apa?" Tanya Saga tanpa basa basi.

"Apakah ada janji dengan Tuan Cakra?" Pertanyaan bodoh macam apa ini. Ingin rasanya Saga mengenyahkan mereka semua satu persatu.

"Haruskah memiliki janji untuk menemui ayah sendiri?" Saga berbalik tanya, pria itupun langsung menunduk sambil meminta maaf berulang kali.

Tidak mempedulikan permintaan maaf dari orang tersebut, Saga segera beranjak menuju kamar ayahnya. Tatanan rumah tidak ada yang berubah, hanya saja suasananya yang mengatakan bahwa keluarga ini tidak lagi akan bahagia.

She is a Cute GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang