10. Sayang, sebagai sahabat

67 9 0
                                    

"Saya Arvin Yuanda Savierro, pindahan dari Jerman."

Velyn mendongakkan kepalanya mendengar nama itu.

"Silahkan duduk dikursi kosong."

"Thank you."

"Cih sok Inggris."

Arvin duduk disamping Dhissa.

"Hai." Sapanya pada Dhissa.

Dhissa menoleh malas. "Ya."

Arvin menyodorkan tangannya. "Gue Arvin."  "Udah tau," sahut Dhissa acuh.

"Pelajaran sekarang apa?" tanyanya pada Dhissa.

"Nggak tau." Emang Dhissa tidak tau jadwal pelajaran. Buku pelajarannya saja ia tinggal didalam laci semuanya. Kalau ada PR barulah ia bawa pulang ke rumah.

"Hah? Seriusan lo?"

"Iya, lo tanya aja noh sama orang disebelah lo." Dhissa menunjuk Velyn dengan dagunya.

"Hey!"

Velyn menoleh dengan malas kepada orang yang memanggilnya.

"Hmm"

"Pelajaran apa?"

Velyn malas berurusan dengan orang disebelahnya itu.

"Sejarah." Velyn meluruskan pandangannya kedepan.

"Ok, thanks."

"Hmm."

Selama jam pelajaran, Velyn tidak konsentrasi dengan materi yang dijelaskan oleh babe gurita. Ia memikirkan bagaimana bisa ia sekelas dengan orang yang sangat dihindarinya itu.

Velyn menoleh ke belakang, menatap Aldi. Aldi mengangkat bahunya. Velyn mendengkus lalu memikirkan masalah apa yang akan ia hadapai nantinya.

"VELYN!!"

Velyn mendongakkan kepalanya, mendapati Pak Wawan yang menatapnya seperti singa kelaparan. Sangar.

"Iya, Pak?" sahut Velyn santai.

"Kamu tidak konsentrasi pelajaran saya?"

"Emangnya kenapa, Pak?"

"Sekarang, jelaskan secara singkat konspirasi Meja Bundar!"

"Nggak ada meja kotak, Pak?"

"Cepat jelaskan, atau keluar dari kelas!?"

"Ini kelas saya kok, kenapa Bapak yang ngusir saya? Mending Bapak yang keluar, kan tempat Bapak di kantor. Kan Bapak duduk santuy di kantor."  Cerocos Velyn.

"Kamu ngelawan saya?"

"Saya cuman bilangin, Pak. Bapak sih, mau ngeluarin saya dari kelas saya sendiri."

Semua yang ada dikelas diam mendengarkan perdebatan Velyn dan Pak Wawan. Kebiasaan Velyn jika diajak bicara, selalu saja menyambar kemana-mana dan seperti orang khutbah Jum'atan. Panjang × lebar × tinggi.

"Sudah-sudah, sebentar lagi istirahat. Saya keluar, tapi kalian jangan keluar kelas sebelum bel berbunyi."

Tanpa banyak bicara, Pak Wawan langsung keluar dari kelas yang menurutnya berisi para manusia siluman setan. Hawanya pun panas.

"Rese banget sih jadi guru, minta dijitak kali ya. Dia pikir gue takut apa sama muka sangar kayak cutegirl itu," gerutu Velyn menyimpan bukunya kedalam laci. Ia mengingat kartun yang ditonton oleh keponakan Aldi, Si Nopal.

"Lyn, kantin yuk," ajak Rahhel yang sedari tadi menahan haus.

"Bentar lagi bel," balas Velyn. Dan benar saja, selang beberapa menit, bel istrirahat berbunyi dengan indah. Lagu Solo ypang dinyanyikan oleh Jennie bergema diseluruh penjuru sekolah.

FRIENDZONE [ Completed ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang