13. Penyesalan

81 9 0
                                    

Aldi dan Velyn sampai di sebuah rumah berlantai dua. Sesuai dengan alamat yang diberikan oleh Kinan.

"Bener ini rumahnya, Al?" tanya Velyn membuka kaca jendela disampingnya.

"Kayaknya sih iya, langsung cek aja lah," ujar Aldi.

"Eh, bentar," tahan Velyn. Ia tidak yakin.

"Telfon Tante Kinan dulu deh, Al. Gue trauma salah alamat," ujar Velyn mengingat kejadian waktu SMP ia pernah kesasar saat disuruh oleh Oliv mengantar makanan ke rumah Tantenya yang baru pindah.

"Ribet ah, langsung turun aja," kata Aldi nekat. Dengan terpaksa, Velyn mengikuti langkah Aldi. Satpam yang menjaga pagar langsung membukakan pagar dan mempersilahkan Aldi dan Velyn masuk.

"Gue nggak yakin, Al. Malu tau kalo sampe salah rumah," cicit Velyn memeluk lengan kanan Aldi. Sedangkan Aldi berjalan santai sambil memasukkan tangan kirinya kedalam saku hoddie. Maskernya ia turunkan ke bawah dagu. Tidak sopan bukan jika kita berbicara dengan seseorang namun kita masih mengenakan masker? Kecuali untuk keadaan yang sangat diharuskan, seperti sedang flu.

Aldi memencet bel. Selang beberapa menit, perempuan paruh baya keluar menyambut mereka.

"Permisi Bu, benar ini rumah Bu Rista?" tanya Velyn sopan.

"Kayaknya Mas sama Mbak salah rumah. Ini rumah Nyonya Jenna, saudara Nyonya Rista."

"Oh, maaf Bu, merepotkan," ucap Velyn merasa bersalah. Feliing nya selalu benar. Ia menatap Aldi disampingnya dengan perasaan dongkol.

"Kalau boleh tau, rumah Bu Rista dimana, bu?" tanya Aldi. Malu bertanya sesat dijalan. Begitu kata pepatah. Dan itu benar. Bagaimana bisa Aldi dan Velyn tidak menanyakan pada Pak Satpam yang ada didepan tadi?

"Jaraknya 3 rumah dari sini. Ada rumah paling besar, pagar warna Biru. Didepannya ada pohon mangga," jelasnya.

"Terima kasih, bu. Kita pamit dulu, permisi," pamit Aldi. Kemudian mereka berdua menuju mobil yang terparkir didepan pagar rumah berlantai dua itu.

"Lo sih, ngeyel dibilangin," gerutu Velyn.

"Ya, gue kan nggak tau," balas Aldi dengan nada santai.

"Yaudah, buruan."

Aldi mengendarai mobilnya sampai didepan rumah berlantai 3 yang terlihat sangat megah dan sangat berbeda dengan rumah disekitarnya.

Aldi memasukkan mobilnya ke halaman rumah itu saat Satpam membukakan pagar.

Velyn sangat was-was. Takut kejadian lagi.

"Ayo,"

Velyn mengikuti langkah Aldi. Tiba-tiba Aldi berhenti dan menarik Velyn agar sejajar dengannya. Kemudian ia merangkul bahu Velyn.

"Berat bego,"

"Diam lo,"

Aldi memencet bel, tapi sebelum jarinya menyentuh tombol bel, Velyn lebih dulu mencegahnya.

"Gue aja. Kayaknya nasib lo sial banget hari ini,"

"Apaan sih lo, gue aja. Lo cukup diem, nggak usah banyak bacot,"

"Gue kan emang bacot, kenapa? Nggak suka?"

"Nggak gitu--"

"Maaf, cari siapa ya?"

Aldi dan Velyn terdiam dan menoleh kearah pintu. Seorang perempuan dengan pakaian santai sedang menatap kedua insan didepannya sambil tersenyum ramah.

"Al," Velyn mencubit pinggang Aldi sampai si empunya mengaduh. Velyn gregetan sejak ada perempuan itu, Aldi lupa berkedip.

Perempuan itu terkekeh. "Gue tau, gue cantik. Tapi jangan segitunya liatin gue," ujarnya membuat Aldi gelagapan sendiri. Sedangkan Velyn memutar bola matanya malas.

FRIENDZONE [ Completed ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang