18. Kolam

44 8 0
                                    

☡Warning!! Bahasanya kasar!☡


"WOI, KEMANA AJA LO BERDUA!?" pertanyaan dari Genta menyambut kedatangan Aldi dan Velyn.

"Surga," jawab Aldi ngasal.

"MAMPIR KE NERAKA GAK?" tanya Glen iseng.

"Gak punya tiket," jawab Velyn duduk di samping Reival yang sedang bermain freefire.

"Pesan dulu lah, mau gue pesanin kagak?" tawar Verro.

"Kagak. Pesan buat lo aja Ro. Kayaknya lo lebih membutuhkan daripada gue," jawab Velyn mencomot biskuit yang ada di tangan Aldi --duduk disampingnya.

"Gue setuju. Cape punya saudara kayak lo," ujar Aldi lempeng.

"Anjir, jadi selama ini lo kagak mau punya saudara kayak gue?" tanya Verro melotot.

Genta tertawa. "Lo kagak guna sih, Ver," ujarnya.

"Nah eta, mending lo ke neraka aja, Ver. Siapa tau disana lo berguna, ya nggak?" tanya Glen pada Genta yang masih tertawa.

"Yoi, jadi penyisir rambut kuntilanak," sahut Genta. Kemudian mereka berdua tertawa. Sedangkan wajah Verro sudah masam.

"Baperan lo, Ver," ucap Velyn ikut tertawa. Namun, detik berikutnya tawa Verro melengking mengalahkan suara yang lainnya.

"Berisik setan!" Reival beranjak menuju dapur, meletakkan ponselnya yang tidak sengaja menyentuh jari Velyn yang ada di sofa.

"Aw, panas anjir," umpat Velyn refleks menarik tangannya yang terkena ponsel Reival yang panas seperti ingin meledak.

"Hampura."

"Handphone lo kayak ngeliat doi jalan sama yang lain, Val. PANASS!" ujar Velyn yang ingin membanting ponsel milik Reival.

"Dih bucin juga lo, Lyn," balas Reival yang berjalan menuju dapur meninggalkan yang lain di ruang tamu.

Aldi tiba-tiba berdiri dan menarik tangan Velyn.

"Eh, mau kemana?"

"Dapur. Sebelum pudding nya abis dimakan sama setan rakus," jawab Aldi.

Velyn tertawa. Ia tau, yang dimaksud Aldi adalah saudara-saudaranya. Memang seperti itu kebiasaan mereka, rebutan pudding, kecuali Johan dan Marenz. Mereka berdua tidak menyukai pudding.

"Tante Lena sama Tante Kinan mana?"

"Keluar bentar, nggak tau kemana."

"Oooh." Velyn ber-oh ria sambil mangut-mangut tak jelas.

"Nih." Aldi meletakkan dua pudding berukuran besar yang sudah dihias.

"Wahh, Mamah lo rajin banget ya? Jadi pengen punya nyokap kayak Tante Lena."

"Hmm," Aldi malas menanggapi celotehan Velyn. Ia memilih duduk di hadapan Velyn sambil memakan pudding nya yang tersisa setengah. Pasti ulah salah satu saudaranya.

"Aldi, ITU PUDDING GUE!!" teriak Calvin di telinga Aldi.

Aldi mengelus telinganya yang berdengung. "Punya gue oon!"

"Nggak bisa. Gue yang makan duluan," paksa Calvin. Ia merebut pudding di hadapan Aldi, tapi tangan Aldi dengan sigap mengambil cup puddingnya dan menyembunyikan dibawah meja lalu memajukan tubuhnya agar Calvin tidak bisa mengambilnya.

"Siniin!"

"Nggak!"

"Sini." Calvin berusaha menggapai tangan Aldi dibawah meja. Kemudian, ia masuk ke bawah meja dan berhasil merebut cup pudding dari tangan Aldi. Namun sialnya, ketika ia ingin berdiri. Kepalanya terbentur dengan meja dan menimbulkan suara yang cukup keras hingga yang ada disitu tertawa.

FRIENDZONE [ Completed ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang