12. Pudding

51 7 0
                                    

Velyn sekarang berada di dapur rumah Aldi. Ia tergiur dengan tawaran Aldi.

"Hallo Tante," sapa Velyn mendapati Hellena --Mamah Aldi sedang memasak di dapur.

"Eh, Al, Lyn,"

Aldi mencium tangan Lena diikuti oleh Velyn.

"Mah, pudding masih ada nggak?" tanya Aldi duduk di kursi diikuti Velyn yang duduk di hadapannya.

"Ada kayaknya, sisa Genta tadi. Cek aja sendiri di kulkas."

Aldi beranjak dari kursinya dan membuka kulkas.

"Sisa 4 Mah? Tadi pagi banyak loh," protes Aldi membawa 4 cup pudding berukuran sedang. Ia juga mengambil air dingin untuknya dan Velyn.

"Nggak tau juga Mamah. Kamu tau kan, Genta sama Calvin kalo liat pudding kayak liat uang sekoper."

Benar juga. Mereka selalu berebutan pudding kalau pulang sekolah.

"Yaudah deh, nih Lyn, abisin aja."

"Lo nggak mau Al?" tanya Velyn menyuapi pudding cokelat kedalam mulutnya. Nikmat.

"Nggak, lo makan aja. Maaf ya cuman ada segitu."

"Nggak pa-pa, ini udah cukup kok."

"Besok Tante bikinin untuk Velyn," kata Hellena masih menggoreng ayam didapur.

"Makasih, Tan."

Velyn emang sering makan pudding buatan Hellena. Sampai-sampai Hellena membuatkan khusus untuk Velyn.

"Apapun untuk Velyn, kamu mah kayak baru kenal tante aja," ujar Hellena. Ia sudah kenal dengan Velyn dari lama. Ia juga tau kedekatan Velyn dengan anaknya, Aldi.

"HEYYY NGAPAIN NIH?!" suara cetar membahana itu berasal dari pintu dapur. Terlihat wanita paruh baya yang berusia 30-an dengan tampilan seperti anak muda jaman now. Celana jeans panjang, jaket kulit berwarna navi, dengan topi bertulisan 'GIRL' terpasang di kepalanya.

"Makan," jawab Aldi lempeng. Ia tidak menyukai kebisingan.

"Aduhhhhh Velyn, udah lama lo nggak kesini?!" Lihatlah, bahasanya saja seperti anak gaul, "Lo-Gue'.

"Eh, iya Tan. Abis darimana Tan?" tanya Velyn yang memang sudah akrab dengan wanita itu. Biasanya jika tampilannya seperti itu ia habis berkumpul dengan teman-temannya.

"Oh, gue habis hunting sama geng gue," jawabnya kemudian menyendok pudding Velyn kedalam mulutnya dengan tampang tanpa dosa. Ia duduk disamping Velyn sambil menikmati puddingnya. Velyn hanya bisa menghela nafas, pasrah.

"MAMI, BERAT MI!!" teriakan itu terdengar sangat mengganggu telinga siapapun yang mendengarnya. Siapa lagi kalau bukan sepupu Aldi yang juga tinggal dirumahnya. Memang rumahnya dipemuhi dengan sepupunya yang diperintahkan oleh Papahnya tinggal disitu.

"Lebay lo Vin, kayak gitu aja lemah," ujar Kinanti --Mami Calvin dengan santai. Ia menatap Calvin yang sudah kehausan dengan keringat mengalir di pelipisnya. Bagaimana tidak? Ia baru saja pulang sekolah sudah ditelfon untuk menjemput Mami nya. Padahal Maminya bawa mobil.

"Apa? Mami bilang lebay? Calvin disuruh angkat koper Mami yang setara sama sekarung beras 100 kilo itu dari rumah temen Mami trus turunin lagi disini. Mami bilang lebay? Lemah?" ujar Calvin menggebu-gebu. Ia meneguk air minum didepan Aldi hingga tandas. Ia duduk disamping Aldi sambil melepas hoddienya dan digunakan untuk mengelap keringatnya yang mengalir.

"Eh, minum gue su!?"

"Biarin,  masih banyak tuh di kulkas. Jangan kayak orang susah lo, cuman air minum doang. Gue butuh tenaga ekstra untuk berdebat sama Mami." Calvin mengambil cup pudding Velyn yang tersisa 1. 1 cup sudah ludes dimakan oleh Mami Calvin. Velyn hanya bisa mendengkus sebal. Pasalnya, ia hanya memakan 2 cup pudding. Itu tidak cukup untuk memanjakan lidahnya yang sangat menyukai pudding cokelat buatan Hellena. Tapi kedua Anak dan Ibu itu mengganggu kegiatan makan Velyn.

"Sudah, sana kamu ke kamar," usir Kinan dengan tampang tak berdosa.

"Awas Mami minta tolong Calvin lagi," ujar Calvin beranjak dari dapur.

"MAMI POTONG JAJAN LO!"

Calvin tidak peduli. Ia masih bisa minta jajan pada Papinya. Baginya, semua ada jalannya. Tidak perlu dibuat susah apalagi membuat pusing.

"Dasar tuh anak," gerutu Kinan.

"Eh, Lena mana?" tanya Kinan meneguk air minum Velyn. Lagi lagi Velyn hanya bisa pasrah.

"Kenapa?" Lena datang dan duduk disamping Velyn yang masih menghabiskan pudding terakhirnya dalam diam.

"Lo udah bayar arisan ke Jeng Rista?"

"Belum Nan, kamu mau bayar?"

"Mau sih, cuman mager."

"Kebiasaan."

"Oh ya, Al, Lyn, kalian aja yang bayarin. Eh maksudnya ngantar uangnya ke rumah Jeng Rista."

"Hah? Nggak ah Tan, mager, lagian Aldi nggak tau rumahnya," balas Aldi.

"Ayolah Al, lo ganteng tau. Kalo nggak jelek."

"Kalo mau muji jangan setengah-setengan Tan," cetus Aldi. Sudah pasti ia tidak suka disuruh-suruh seperti itu. Apalagi urusan dengan emak-emak. Bisa saja ia tidak pulang karena diseret untuk digibahi.

"Itu Tante udah sharelocknya. Nggak mungkin kan kalian nyasar nanti."

"Sekali ini aja Al. Lagian nggak jauh kok. Minta temanin Velyn deh biar nggak sepi," ujar Lena lembut, agar anaknya itu mau menurut.

"Kok Velyn Tan?" protes Velyn tak terima. Ia menyudahi makan puddingnya karena memang sudah habis.

"Iya, kan kalian sering bareng. Nggak pa-pa kali. Mamah kamu pasti nggak ngelarang, Lyn."

"Iya deh, Velyn terserah Al aja," putus Velyn dengan terpaksa. Padahal ia ingin rebahan di kamarnya sambil menonton drakor.

"Iya, tapi ganti baju dulu," putus Aldi langsung naik ke kamarnya.

"Yaudah, kamu ganti baju juga ya Lyn. Tunggu Aldi aja, ntar bareng ke rumah kamu."

Velyn mengangguk patuh. Padahal rumah mereka tetanggaan. Tapi --ya sudahlah. Ikuti saja apa kata orang tua.

"Ayo Lyn." Aldi menghampiri meja makan dengan outfit lengkap. Celana jeans hitam robek di lutut dan paha, hoddie hitam yang melapisi kaos abu-abunya. Topi dan masker hitam yang selalu ia pakai kemanapun ia pergi.

"Kamu kayak mau jadi mata-mata aja," ujar Kinan melihat penampilan Aldi dari atas sampai bawah. Serba hitam.

"Nggak Tan." Selalu saja ia mendapat komentar seperti itu dari Kinan.

"Yaudah, sana kalian berangkat. Ini uangnya." Lena menyodorkan beberapa lembar uang senilai seratus ribu rupiah. Kinan juga menyodorkan uangnya pada Aldi.

"Eh, jangan dibelanjaain," ucap Kinan sebelum uangnya disambut oleh Aldi.

Aldi tanya mengangguk. Mana mungkin ia memakai uang arisan Mamah dan Tantenya. Emangnya ia tidak punya uang. Bahkan ia sudah bisa menghasilkan uang sendiri. Bagaimana caranya? Tanyakan saja pada Aldinya langsung.

"Yaudah, kita pamit."

Aldi dan Velyn menyalami tangan Lena dan Kinan secara bergantian.

"Assamau'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Aldi dan Velyn keluar dari rumah Aldi. Mereka langsung masuk kedalam mobil. Mereka mampir ke rumah Velyn yang berada disamping rumah Aldi. Velyn ke kamarnya untuk mengganti baju, sedangkan Aldi menunggu Velyn diruang keluarga sambil memakan cemilan di toples yang ada diatas meja.

Rumah Velyn sangat sepi. Sepertinya, Kakak-kakaknya sedang keluar. Karena tidak ada satupun mobil didepan tadi.

"Ayo Al, takut kesorean ntar," ujar Velyn baru saja turun dari kamarnya. Penampilannya tidak berbeda jauh dengan Aldi. Celana jeans hitam sepaha, jaket kulit hitam yang membungkusi kaos putihnya. Tidak lupa topi dan maskernya.

"Yaudah, ayo." Aldi merangkul bahu Velyn keluar rumah. Velyn merapikan topinya yang sedikit miring lalu melingkarkan tangannya di pinggang Aldi seperti biasanya.



1 juni 2k20

FRIENDZONE [ Completed ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang