06. Who r u?

866 23 4
                                    

"rasa iri sangat wajar datang disaat dirimu tak mendapatkan hal yang membuat dirimu merasa iri"
-Vanya Alexandra-
.
.
.
.


"Loh itu bukannya Manda ya?"

Vanya menghampiri mereka berdua lalu mengambil tempat di samping Deva.

"Oh, hai Vanya" sapa Manda sambil menyunggingkan bibirnya

Vanya membalas Manda dengan senyuman.

"Hai Dev, gila gue ganyangka kemaren lu akhirnya ngech---"

"Gua duluan  Nda" belum selesai Vanya berbicara, Deva sudah meninggalkannya dan tak lupa berpamitan dengan Manda saja  seolah-olah tak ada Vanya disana.

"Yahh, Dev... Kok ditinggal sih, kan gue belum selesai ngomong" Vanya berteriak dan hendak menyusul Deva namun Manda berhasil menahan Vanya.

"Deva bakal tambah gak suka sama lo, kalo lo ngejar dia terus" jawab Manda sambil menarik Vanya untuk duduk.

"Terserah gue, Lagian siapanya Deva?" Tanya Vanya yang sedari tadi sudah penasaran

"Gimana ya bilangnya.. em gue sahabatnya Deva" Manda menjawab santai sambil menyeruput es teh miliknya
"Ee iya Van, kayanya gue harus duluan deh" Manda buru buru meneguk habis es miliknya.

"Lo gak masuk kelas?" Tanya Vanya basa basi

"Nggak deh, nyokap gue ulang tahun jadi gue harus pulang cepet, mau nyiapin surprise" Manda menjawab dengan antusias.

"Wah kayaknya keluarga lo bahagia banget ya" Vanya, raut wajahnya kini berubah jadi masam, sedih.

"Ah nggak juga Van.. udh ya gue duluan.. bye" Manda langsung pergi meninggalkan Vanya.

"Ah udahlah gue laper" tak ingin larut dalam kesedihan Vanya memesan satu mangkok bakso sapi kegemarannya

________

"Woyyy Vannyyyyaaa"
Jessy datang langsung merangkul bahu Vanya.

"Ihh apa sih jess.. emang lo pikir gue tuli"

"Gue mau ke kantin, ikut gak lo?"

"Yahhh gue baru aja makan bakso dikantin.. gue saranin deh lo beli bakso bu Suprapti yang standnya warna ungu tu, enak bgtt.. bakso pak Slamet yg diperempatan rumah lo juga kalah enaknya" Vanya memberi saran dengan antusias.

"Seriusannnn?? Wah daebak, syapp boskuh, kalo gitu gua ke kantin dul--"

"Ehhh itu Deva " Tak perlu waktu lama Vanya langsung menghampiri Deva yang sedang bersama sama dengan kedua sahabatnya,  Edgar dan Bryan.

"Haiii Deva" sapa Vanya penuh semangat empat lima.

Deva hanya diam saja, tak bergeming.

"Devv, pacar lo tu, jangan dikacangin mulu kali, ntar diembat orang lagi" tegur Bryan, meledeknya.

"Kita pergi aja deh" Edgar mengajak Bryan untuk menghilang dari TKP.

"Gue gak ngerti  lo kenapa Dev, kemarin lo chat gue, bilang sayang ke gue, tapi sekarang lo seolah olah gak kenal gue" Vanya meluapkan isi hatinya yang tadi sempat tertunda untuk diluapkannya.

"Uwuwww" memang sudah menjadi kebiasaan bahwa sahabat-sahabat Deva ini memiliki mulut comberan.

Deva menatap kedua sahabatnya dengan tatapan horor, mungkin karna merasa ini adalah masalah pribadi, mereka akhirnya pergi meninggalkan Deva dan Vanya

"Vanya kalo diapa-apain sama ni monyet, abang siap kok ngelindungin lo" ucap Bryan lalu pergi menaiki motornya dengan Edgar.

Jessy yang merasa tidak enak pun ikut pergi "Van kalo gitu gue duluan ya"

"Iya Jess gapapa" Vanya mengulas senyumnya.

"Awas aja lo buat sahabat gue nangis!!" tegas Jessie kepada Deva.

Setelah kepergian mereka kini tinggalah Vanya dan Deva.

"Devaaa.. ngomong dong" Vanya memberanikan diri menyentuh lengannya.

"Apaan, lo gak waras ya!." deva menepis tangan Vanya dengan kasar.

"Awww" akibat tepisan Deva yang lumayan keras membuat tangan Vanya kesakitan.

Deva terkejut  ketika melihat pergelangan tangan Vanya yang sudah  meneteskan  darah, dengan cepat Deva menyambar tangan Vanya.

"Tangan lo!!!"
.

*********

Flow (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang