23. Serangan Mendadak.

1K 19 0
                                        

"
-Deva Da Lopez-
.

.
.

.

Febian berjalan dengan sangat semangat pagi hari ini, bagaimana tidak senang coba, proyeknya kali ini sangat diapresiasi oleh dosennya.

"Vanya.." panggilnya dari koridor.
"Sini" suruh Febian sambil melambai lambaikan tangannya.

"Kenapa kak? Kok keliatannya lagi seneng banget nih ?" Tanya Vanya yang mendekar kearah Arjun.

"Tadi dosen gue bilang projek gue bagus banget, dia mau projek gue dikembangin lagi"
"Makasih ya.. kalok bukan karena lo projek gue pasti gak bakal diterima" ucap Febian seraya mengacak rambut Vanya lembut.

"Wah gue ikut seneng ya kak" Vanya tersenyum manis.

"Nanti gue traktir makan ok"

"Ok" Vanya menganggukan kepalanya semangat, lalu mereka pergi entah kemana.

Dari kejauhan tepatnya lapangan basket...... Terlihat tiga laki-laki yang sedang menyaksikan keuwuwan di koridor.

"Eh btw mereka cocok ya, yang cowo ganteng yang cewe cantik banget, ya gak Dev" ucap Edgar sengaja mengerjai Deva.

"Biasa aja" tukas Deva lalu kembali memasukan bola basketnya ke dalam ring.

"Ah ga seru lo Dev"

Deva hanya melirik Edgar sebentar lalu kembali sibuk dengan bola basketnya.

"Bray kemaren lo kemana hah, main ngilang aja lo" tanya Edgar.

"Jemput Caca di bandara" ucap Bryan sembari meregangkan tubuhnya.

"Sumpah, kak Tasya balik dari London?"

"Hmmm"

"Wahhhh"
"Btw selama di London kak Tasya punya pacar ga si, secara ni ya dia cantik trus bodynya itu lo.... Ga main-main"

"Congor, brani-braninya lo bayangin Caca" Brayn menjitak bibir Edgar.

"Eh anjir sakit mony----!!!"

"Gue duluan" potong Brayn lalu pergi setelah melihat ponselnya.

"Wah kayanya kita bakal liat bucin tingkat extream Dev" ucap Edgar sambil melihat kepergian Brayn yang terlihat sangat tergesa-gesa.

___________

"Hoshh hossshhh"
"Lo ngapain disini Ca"

"Plisdeh aku lebih tua tiga tahun dari kamu Bray"
"Panggil aku kak Tasya, coba"

"Ngapain lo disini Ca"

"Hufft udahlah percuma"
"Kamu lupa ya,. Kan gue ngelamar jadi dosen disini"

"Terus"

"Teruss.. ya gitu gue keterima, akhirnya punya kerjaan juga"

"Fakultas apa"

"Ih ga seru banget lo Bray, kasih selamat kek"

"Fakultas apa" tanya Brayn  kekeh.

"Kedokteran dong, gimana sih, udah tau aku lulusan pendidikan kedokteran" ucap Tasya dengan wajah cemberutnya.

Brayn mencubit pipi  Tasya gemas. "Plis deh jangan bikin gue pengen makan lo Ca"

"Ih apaan si"

"Makan yu, gue traktir"

Tasya menganggukan kepalanya.

___________

Deva duduk di pojok meja kantin, saat ini kantin sangat ramai karna jam makan siang. Deva mengedarkan pandanganya sambil membawa kotak bekal berbentuk kelinci pink berotot.

Tatapannya kini terfokus pada seseorang yang memasuki kantin dan tak lupa dengan laki-laki yang seminggu belakangan ini selalu bersamanya. Deva bangkit dari duduknya lalu menghampiri perempuan itu yang kini sudah duduk.

"Wahhh Deva" Vanya berucap penuh kebahgiaan setelah melihat Deva yang kini menghampirinya(?) Lalu dengan semangat Vanya melambai-lambaikan tangannya.

"Nih" ucap Deva setelah sampai di meja Vanya dan tentunya Arjun juga.

"Yaampun gue kira kuki gue hilang"
"Btw lo suka gak, nanti gue buatin lagi"

"Hmm"
"Gue boleh gabung?" dengan tidak tau dirinya Deva langsung duduk begitu saja disamping Vanya.

"Lo udah duduk, jadi ga sopan kalo gue bilang ga boleh gabung" ucap Febian dengan tatapan nanarnya.

"Yaampun gue gak mimpi kan"
"Deva mau makan apa?"

"Gue bisa pesen sendiri"

"Gue pesenin ya,. Tunggu disini" Vanya langsung berlari ke stan makanan meninggalkan dua orang yang dipenuhi oleh kobaran api di sekelilingnya.

"Apa mau lo?" Tanya Bian membuka percakapan.

"Ya gue mau makanlah"

"Harus disini?"

"Suka-suka gue"
"Oh ya jauhin Vanya!!"

"Apa hak lo nyuruh gue buat jauhin Vanya?"

"........"

Deva sendiri pun tidak tahu apa yang membuatnya berucap seperti itu,. Tapi ucapan itu begitu saja keluar dari mulutnya. Tapi yang pasti dirinya sangat benci jika mwlihat Vanya bersama orang dihadapannya ini.

"Nih gue traktir kalian bakso"
Syukur Vanya datang tepat pada waktunya, jadi Deva tidak perlu bersusah payah untuk mencari jawaban yang tepat atas pertanyaan Arjun.

"Van.... kan gue yang ngjakin lo ngantin"

"Gapapa kak ,. Lo lain kali aja traktirnya"

"Yaudah deh makasi"

Febian  memberikan enam sendok sambal pada baksonya "wah kak lo kuat banget ya sama pedes" ucap Vanya kagum.

Melihat itu Deva tidak mau kalah, dia langsung menambahkan delapan  sendok sambal ke kuah baksonya yang bening. Fyi, sebenarnya Deva sangat anti dengan yang namanya sambal.

"Wow Deva loo.....,. Ahhh makin suka"

Deva langsung mencicipi bakso tersebut, tapi..... "Uhuhukkkk"
"Gila.. pedes banget" batinnya.

"Deva kenapa?" Tanya Vanya penuh kepanikan.

"Enggak gue ga kenapa-napa"

"Mata lo napa berair gitu" tanya Febian dengan senyum remehnya.

"Keciprat kuah bakso"

"Yaampun sini gue tiupin"

"Ehh ga us-------"

Terlambat untuk menolak, Vanya sudah menangkup pipi Deva lalu memposisikan wajahnya dengan Deva.

Bukannya gimana tapi..... Deva mendapat serangan mendadak, tiba-tiba saja jantungnya berdetak tidak karuan.

*********

Flow (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang