19. Jepitan

874 16 1
                                    

"Plis jangan sebut gue penguntit"
-Deva Da Lopez-
.
.
.
.

Febian membawa Vanya ke air mancur yang menjadi ikon kampus ini.

"Kenapa kak"

"Mau ga jadi objek foto gue"

"Tapi kak, gue gak bisa pose yang bagus"

"Tenang nanti gue ajarin, mau ya"

"Ok deh"

"Wahhh makin sayang" tawa Febian lalu mengacak-acak surai Vanya.

"Hhahahaaa"

"Gue mulai ya" Febian mengeluarkan kameranya.

"Sekarang kak?"

"Iyadong Vanya"

"Tapi baju gue gak mendukung banget kak"

"Lo udah cantik Van"
"Lagian ini cuma pemanasan doang kok"

Febian mulai memfokuskan kameranya ke Vanya, "emm ada yang kurang".
Merogoh kantung celananya untuk mengambil jepit rambut berbentuk bunga matahari lalu memakaikannya pada Vanya "nah gini kan jadi tambah cantik".

Sebenarnya dia sudah menyiapkan jepit itu dari jauh-jauh hari hanya dirinya terlalu malu untuk memberikan kepada Vanya begitu saja, jadi ini momen yg tepat untuk memberikannya.

Bisa dilihat bagaiman kedekatan dua insan yang kini menjadi objek yang sedang Deva plototi sejak tadi "arghhgh gue lagi ngapain coba disini" gusarnya lalu pergi dari tempat persembunyiannya.

_____________

"Jess"

Jessie menoleh ketika dirinya dipanggil oleh seseorang yang sudah pasti orang itu Edgar dan Brayn yang selalu berada di sampingnya.

"Hmm"

"Nanti sore lo sibuk ga" ajak Edgar

"Sibuk banget"

"Yah padahal kan gue mau ngajak lo nonton"

"Idihh, jibang"

"Atit tau hati abang dedek perlakukan seperti itu" Edgar mulai lagi dengan kealayannya.

"Bra"
"Anjir gue manggil lo goblok" Edgar menoyor kepala Brayn yang keasikan bermain ponselnya.

"Hmm",

"Karna jessy gamau nonton sama gue jadi lo harus mau nemenin gue"

"Gue sibuk" jawabnya masih sibuk dengan ponselnya.

"Idih sok sibuk lo"

"Bay orang sibuk mau molor" ucap Brayn lalu pergi dari tempat itu.

"Woy kebiasaan lu nyet" Edgar berteriak lalu mengejar Brayn yang sudah jauh di depan.
"Jess nanti jam tujuh gue cari lo ke rumah" teriak Edgar dari kejauhan

Jessy bingung, memang Edgar tau rumahnya?... "Emang lo tau rumah gue" teriak Jessie tak kalh keras.

"Gampang itu mah, inget ya jam tujuh" teriakan terakhirnya lalu hilang dari pandangan Jessy.

"Jibang ga bakal kaluar gue" gumamnya lalu pergi dari tempat itu.

_____________

Deva baru saja pulang dari kampus, kebetulan rumah sedang sepi karna semuanya sedang di bandara menunggu sang Ayah pulang dari luar kota. jadi dia memilih untuk mencuci kotak bekal milik Vanya yang lupa dikembalikannta.

"Kue tabi" ucapnya dengan senyum tipis "apaan cobak, mirip kue cucur gitu"

Setelah selesai mencuci, Deva membiarkan kotak bekal itu di tempat tirisan, lalu masuk ke kamarnya.

______________

"Woy!!!, nonton jah" ajak Edgar.

"Gue cape" Sahut Deva yang sedang berbaring di sofa Brayn.

Saat ini mereka sedang nge-game di rumah Brayn. Bukan tanpa alasan, ini disebabkan karena Fandi ayah Deva sedang dirumah, selama ini ayahnya selalu sibuk bekerja di luar kota, dan kali ini ia sedang senggang.

"Emak gue bikin kue  cucur ni, cobain kuy" tawar Bryan sambil membawa nampan berisi jus jeruk dan kue cucur.

"Tumben amat lu nyediain jajan" ucap Edgar yang langsung mencemot kue cucur itu.

"Udah dibilang emak gue lagi kerasukan arwahnya chef di rattatuie"
" lu tau kagak? Tadi ni monyet  abis ngajak Jessy nonton anjayy" cerita Brayn menunjuk Edgar.

"Terus?" Tanya Deva acuh.

"Yaelahh nanya lagi.. si Edgar aja udah gercep gitu, padahal kemaren-kemaren cuma bisa ngegombal receh, masak lo kalah"

"Oh" Deva hanya beroh ria.

"Parah curut lo Gar" kesal Bryan lalu menepok kepala Edgar yang ternyata sedari tadi sedang cengir-cengir sendiri sambil menatap layar ponselnya.

"Apaan sih lo ganggu aja"

"Lo ngapain cengir-cengir gitu"

"Gue udah dapet alamatnya Jessy" ucap Edgar dengan muka sumringah.

"Kok bisa?" Kepo Bryan.

"Hehe.. tadi gue ngechat si Vanya suruh share loc rumah Jessy"

"Lo punya nomer Vanya?" Tanya Deva tiba tiba yang membuat kedua temannya saling melirik dengan muka-muka mencurigakan.

"Eh ampun boskuh, gue gak maksud loh" cerca Edgar.

"Jangan bilang lo ga punya nomornya Vanya" tanya Brayn penuh selidik.

"Eh... G..gga penting"

"Goblok" Brayn langsung menepeleng Deva.

"Sakit bego" tidak mau kalah dengan Brayn, Deva pun membalasnya.

Mereka berdua sudah bergulat saling menemppeleng satu sama lain.

"Woy napa gue ga diajak anjir" teriak Edgar lalu bergabung kedalam pergulatan tempeleng kepala itu.

*******

Flow (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang