"sampai saat ini gue belum merasa lelah ngejar lo Deva"
-Vanya Elanoria-
.
.
.
.
."Pagii Deva"
Hening...., Deva sama sekali tidak memperdulikan sapaan Vanya dan memilih meneruskan langkahnya.
Vanya mengejar Deva hingga kini mereka sudah berjalan beriringan.
"Deva tau gak tadi gue buatin lo kue tabi lo""......"
Tidak ada jawaban dari lawan bicara."Iiii Deva jawab dong kalok gue ajak speaking, emangnya gak penasaran apa sama rasa kue tabi buatan gue"
"....."
masih tidak ada jawaban..
"Kenapa ni anak gak nyerah-nyerah juga" batin Deva sambil melirik Vanya sekilas.
"Taraaaaa....., tau gak ini gue buat khusuh buat lo jadi harus dimakan ok, atau mau gue suapin?"
Deva melihat sekilas, terlihat kotak bekal dengan bentuk kelinci berotot warna pink "ga usah" ucap Deva lalu cepat-cepat masuk ke dalam kelasnya.
"Yaudah nanti gue cari lo lagi Deva" teriak Vanya dari luar kelas.
"Dadadaaaa" melambaikan tangannya antusias kemudian menghilang dari pandangan Deva.Deva melihat itu, tanpa disadar kini dirinya sedang tersenyum sambil melihat pintu. Hatinya sangat senang ketika melihat Vanya, tapi berbanding terbalik dengan isi kepalanya yang tak akan pernah mengijinkan Vanya masuk ke dalam hidupnya. Entah apa yang salah dengan dirinya.
"Anjir kagett"
"Kesambet ape ni anak" ucap Edgar ketika dirinya baru memasuki kelas disambut senyuman manis milik Deva."Woy!!" Kaget Brayn tepat ditelinga kiri Deva.
Tentu saja Deva terkejut bukan main.
"Ga waras ya lo?" Bentak Deva.
"Lo ya g ga waras anjir, cengar cengir di depan pintu bikin orang merinding" jelas Edgar P x L.
________
Kini kantin kampus sudah di penuhi oleh seluruh mahasiswa yang ingin mengisi perut.
Vanya membawa bekalnya lalu mulai mencari seseorang di tengah keramaian hingga akhirnya dia menemukan orang tersebut sedang duduk di ujung sana "ah itu dia" ucapnya lalu menghampiri orang tersebut.
"Deva, kita makan bareng yuk" Vanya langsung duduk di depan Deva, Deva tidak memperdulikannya dan lebih memilih menyumpal kedua telinganya dengan aerphone lalu mengutak atik ponselnya.
"Yeay kita makan kue tabi" sorak gembira Vanya tapi lain dengan Deva yang enggan menjawab kegembiraanya.
"Deva....."
Deva sebenarnya tidak tega harus bersikap acuh seperti ini kepada perempuan, jadi dia lebih memilih untuk pergi dari sana.
#sama aja dong deDepa, dasar cogan jahat😬
"Deva tungguin gue"
Deva mempercepat langkahnya tapi sia sia karna Vanya kini sudah disampingnya.
"Jauhin gue"
"Engga!!, gak akan pernah"
Kini mereka sudah menjadi pusat perhatian seluruh mahasiswa yang berada di kantin.
Deva hanya menatap tidak perduli lalu masuk ke dalam toilet pria.
"Lo mau apa" tanya Deva.
"Mau ikut lo lah"
"Masuk ke toilet?"
"Iya" jawab Vanya masih dengan semangat 45 nya
"Gilaa sana lo" Deva menoyor kepala Vanya hingga terhuyung kebelakang.
"Gue tungguin lo diluar ya Dev, jangan lama-lama" tegas Vanya.
Deva memasuki salah satu bilik toilet dengan senyum tipisnya.
"Lo liat ga cewe yang di depan pintu toilet"
"Liat, cantik banget tipe gue itu"
"Sikat yuk"
"Gas"Samar-samar Deva mendengar pembicaraan yang sepertinya sedang membicarakan Vanya "gila tu anak masi diluar" gumamnya lalu keluar dari toilet secepatnya dan benar saja, Vanya masih setia berdiri di depan pintu toilet menunggu Deva keluar.
"Ihh lo bau deh" bohong Vanya lalu menyemprotkan parfume yang selalu dibawanya ke tubuh Deva.
"Uhuuukkk uhuukk woy ngapain lo"
"Hehe maaf"
Sebenanrnya Vanya sengaja menyemprotkan parfumenya ke Deva suapaya bau khas dirinya melekat di penciuman Deva heheheee:)
Deva kembali melanjutkan langkahnya tapi tiba-tiba berhenti ketika Febian sudah berada di depan mereka. Membuat raut wajah datar Deva semakin tidak terkontrol lagi kedatarannya.
"Vanya boleh ikut gue sebentar"
"Tapi Vanya lagi sama Deva kak" smirk Deva muncul begitu saja.
"Pliss ini penting Van"
"Oh ok"
"Deva gue pergi dulu ya, ini jangan lupa dihabisin" Vanya memberikan kotak bekalnya kepada Deva lalu pergi bersama Febian.
Deva hanya melihat kepergian mereka berdua dengan rasa seperti ada kekosongan dalam dirinya, tunggu seharusnya dia merasa senang karna perempuan yang sejak tadi menganggunya sudah pergi, tapi ternyata pikiran tidak sejalan dengan hati. Pikirannya mengatakan senang Vanya sudah pergi dari hadapannya tapi hatinya mengatakan lain....
********
KAMU SEDANG MEMBACA
Flow (Revisi)
Teen Fiction17++⚠️⚠️ "kalau lo pergi gue kejar, kalau lo balik boleh gue peluk gak?" "Ga waras lo!!" #penulisamatir🙏 Klo ada typo atau tanda baca yang salah tolong maafin yaa))