12. Friend

619 20 6
                                    

"Topeng yang lo pakai tidak selamanya akan mampu menutupi semua luka yang lo rasain Van"
-Jessy Frederika-
.
.

.

Deva sudah sampai di rumahnya, sepanjang perjalanan  dirinya hampir dibuat gila karana terus memikirkan Vanya "pergi anjir!!" Grutu Deva.

"Baru juga duduk njir" ucap Devi setelah mendengar adikknya.

"Eh mbak Devi"

"Knpa lo, mikiirin cewek ?"

"I..iihh enggk, gue cape mau ke kamar"

"Yaudah sono!"

Deva segera masuk kedalam kamarnya, baru saja dia ingin merebahkan badannya tapi Vanya lagi-lagi menganggu pikirannya "gilaa!!!" Deva langsung lari kedalam kamar mandi untuk menjernihkan pikirannya.

*****
"Deva temen lo dateng tu" Ucap Devi membuka pintu kamar Deva

"Yaelah mbak ketuk dulu kali pintunya"

"Bodo"
"Masuk aja Deva di dalem tu"

Edgar dan tentunya Bryan masuk kedalam kamar Deva.

"Bro tadi pagi abis ngapain aja sama Vanya?" Tanya Edgar

"Lo pake pengaman kan?" Timpal Brayan.

"Gila"
"Gue ga ngapa-ngapain monyet!!!!"

"Idih sok polos lo nyet" sahut kedua sahabatnya itu.

"Ceritalah kalaupun lo ga ada ngapa-ngapain sama Vanya" tanya Brayan.

"Gue ga ngapa-ngapain anjg"

"Gausah ngegas njg" sahut Edgar.

"Kebiasaan lo bikin penonton kecewa njg" timpal Brayan.

"Udah-udah lupakan, Gar tadi lo udah download kan?" Tanya Brayan.

"Sopasti sudah"

"Najis!" Tukas Deva.

"Idih sok sokan lo dakinya kakek sugiono" ejek Brayan.

"Bodo" sarkas Deva lalu memilih meninggalkan kedua sahabatnya yang sudah memulai tontonannya.

*****

"Vanya"

Jessy saat ini sudah di depan rumah Vanya.

Vanya yang sedang duduk di pinggir kolam kaget setelah mendengar suara Jessy di luar, dengan cepat dirinya mengambil hoodie demi menutupi pergelangan tangannya yang diperban itu.

Vanya membuka pintu setelah dirasanya semua aman-aman saja.

"Taraaa gue beliin lo martabak manis" Jessy memperlihatkan sekotak martabak manis kesukaan Vanya.

"Wah martabak manis, tau aja aku lagi kelaparan"

"Iya dong, btw gue gak disuruh masuk ni"

"Ihh masuk aja kali, biasanya juga langsung nyelonong lu"
"Oh iya, lo kesini kok gk ngabarin gue sih"

Dilihatnya gerak gerik Vanya seperti sedang menutupi sesuatu membuat rasa penasaran dalam diri Jessy mencuat.

"Gue dari tadi mikirin lo, soalnya tumben lo gk ngampus takutanya terjadi apa-apa sama lo"

Mendengar itu, Vanya merasa seperti ditampar oleh ribuan tangan yang mampu membuatnya menangis sesenggukan "Jessie maafin aku" dia sendiri bingung kenapa bisa menangis sampai seperti ini.

Jessy kaget setelah melihat Vanya yang menangis secara tiba-tiba dan jangan lupa ucapannya yang meminta maaf, "Van lo kenapa?"

"Gaada mood aku kayaknya lagi jelek hehehehe"

"Iss gue kira kenapa, yuk makan martabaknya kalo dingin nanti gak enak lagi"

Vanya mengangukan kepalanya.

Mereka melahap martabak tersebut sambil bercanda ria.

"Tadi Deva kesini ya?"

"Kok tau?"

"Apasi yang Jessy gak tau"
"Kecuali cerita masa lalu lo Van" batin Jessie.

"Isss, iya tadi Deva kesini yaampun aku seneng banget tau"

"Iya iya tau deh yang lagi berbunga-bunga"
"Btw ngapain tu manusia es kesini?"

"Ngembaliin jonny dong" ucap Vanya dengan kerlingan matanya.

"Wuh lancar jaya ternyata rencana lo"

Tanpa mereka sadari jam sudah menunjukan pukul sembilan malam

"Gilaaa gue bisa dikunciin pintu" ucap Jessy setelah melihat aroljinya.

"Kenapa?"

"Udah malem Van, gue balik ya" Jessy bangun tergesa-gesa dari sofa empuk yang ada di ruang keluarga. Tapi langkahnya terhenti saat semua pemikiran yang sejak tadi begitu menganggunya. "Vanya, kalo lo lagi butuh pendengar gue selalu ada buat lo, jadi jangan pernah sungkan untuk cerita sama gue ya Van"

Vanya, dia dibuat menangis setelah mendengar ucapan Jessie yang sangat menusuk hatinya, dia berlari memeluk sahabat satu-satunya itu "maafin aku Jessie"

"Tanpa lo minta maaf, gue udah maafin lo, gue tau lo belum siap untuk cerita sama gue, gue akan selalu ada buat lo Van, jadi jangan pernah ngerasa sendiri ok" sebenarnya Jessie sudah tau apa yang menjadi masalah Vanya tapi tidak banyak yang dia tau dan dirinya sangat berusaha untuk diam sampai menunggu Vanya yang mau berbagi tentang  masalahnya itu.

Vanya menganggukan kepalnya yang masi berada di pundak Jessie.

"Van gue bisa-bisa dikunci benran ni"

"Ehh,"

"Gue balik ya"

"Hati-hati di jalan Jess"

"Ok"

"Aku ga mau kehilangan kamu Jess"

...........

Flow (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang