9. Kfc

1.5K 23 5
                                    

"Tau gak? Deva itu kaya Taehyung, sama-sama ga bisa dimiliki"
-Vanya exandra-


Deva dan Vanya sampai di depan gerbang rumah Vanya setelah 30 menit dipenuhi dengan suara ocehan Vanya.

Kali ini Deva hanya bisa sabar karena ia merasa bersalah atas kejadian tadi siang.

"Nih"

Deva menberikan kantong plastik yang di dalamnya berisi obat-obatan, tadi sebelum sampai di rumah Vanya dia sempat mampir ke apotek untuk membelikan Vanya beberapa obat.

Vanya mengambil kantong plastik itu lalu melihat isinya "aa Deva kamu sweet deh, jadi tadi kamu bilang ke wc itu buat beliin aku obat ya uu makin sayang deh"

Deva tidak memperdulikan ucapan Vanya "Udah sampe, Turun!" tegas Deva.

"Kok Deva tau sih? padahal kan Deva ga pernah kerumah aku"

Deva memutar bola matanya malas.

Tak kehabisan kata kata Vanya kembali nyerocos sesukanya.

"Ihh bentar dong Deva, kan tumben-tumben ini kamu nganterin aku"

"Turun Vanya" untuk sekian kalinya Deva mengatakan kalimat itu. Ia sudah mencoba untuk sabar karena rasa bersalahnya, namun lagi lagi Vanya membuat emosinya memuncak.

"Loh Devaaa" pekik Vanya dengan bingung.

Rupanya Deva membuka pintu mobil dan berjalan keluar. Dengan sigap akhirnya Vanya pun membuntutinya.

"Ihh Deva iya iya aku minta maaf deh, sekarang aku kan udah turun jadi kamu naik lagi deh ke mobilnya" ujar Vanya sambil menahan tangan Deva yang berhasil ia raih.

Deva berbalik tak bersuara, ia berjalan menuju mobilnya "gua balik" langsung saja Deva menancap gasnya tanpa menunggu sahutan dari Vanya.

Vanya menunggu mobil Pajero sport hitam itu berbelok ke kanan hingga tak nampak sedikitpun knalpotnya, lalu ia meloncat kegirangan sambil tersenyum senyum.

"Hehe, untung aja kunci jonny aku tinggalin di sana, kan jadi bisa modus lagi" bukan Vanya namanya jika ia habis ide untuk mendapatkan perhatian sang pujaan hati.

Vanya melangkah memasuki pekarangan rumahnya yang luas, ya bisa dibilang rumahnya seperti istana, tetapi tanpa penghuni selain dirinya sendiri.

***
Deva kembali ke kampus untuk mengembalikan mobil Edgar yang dipinjamnya untuk mengantar Vanya pulang.

"Gar ni mobil lo" Deva melempar kunci mobil itu setelah melihat Edgar di tempat tongkrongannya.

"Lama amat lo jamet!!, Lumutan gue nunggu lo"

"Anter gue pulang"

"Tumben lo gak bawa vespa kesayangan lo itu"

"Males"

"Gue lagi males juga" Edgar sengaja menggoda Deva.

"Gua traktir lo vidio deh"

"Nah gitu kek dari tadi, capcus sayy" ucap alay Edgar dengan semua kelebayannya.

"Makin curiga gue sama lo"

"Eitt apa ni apa curiga apa"

"Kayanya lo mulai terpengaruh sama tu banci" Deva menunjuk orang yang tadi nongkrong bersama Edgar.

"Amit amit, gue masih sehat kali"

Mereka sampai diparkiran setelah perdebatan panjang tentang jati diri Edgar yang mulai dipertanyakan.

"Kunci motor siape ni?"

Edgar memperlihatkan kunci itu kepada Deva.

"Jonny" ucapnya dalam hati.

Deva mengambil kunci itu lalu keluar dari mobil Edgar, "lo duluan aja, gue ada urusan"

"Ih Pak Eva malah pergi, lo janji vidio sama gue woy!!"

"Najis" teriak Deva dari kejauhan.

******

Vanya dengan semua cerita kelamnya membuat kebiaaan baru yang mungkin sangat terlihat bersih tetapi sangat tidak wajar menurut orang-orang, Vanya sangat sering mandi, sejak kejadian 'itu' Vanya mandi bisa sampai 5-7 kali sehari hingga menimbulkan memar-memar akibat dirinya yang terlalu kasar menggosok badan mulusnya itu.

Setelah selesai mandi Vanya menyisir rambutnya yang basah, ia juga membaluri mukanya dengan banyak skincare dari merk impor yang tentu saja tidaklah murah.

Tiba tiba ia teringat akan rencananya tadi, ia langaung mengambil ponselnya dan membuka WhatsApp.

"Oh iya lupa kan aku di blok sama Deva" ucapnya setelah melihat beberapa kejanggalan pada kontak Deva.

Tak habis akal, vanya menelpon Deva menggunakan telpon rumah.

"Hallo"

"Siapa?" Bukannya membalas sapaan Vanya, yang ditelpon malah melontarkan pertanyaan.

"Ini Vanya" sebelum Deva menutup percakapannya Vanya buru buru memberitahunya bahwa ada hal penting.

"Waitt Deva jangan dimatiin, ini penting" tukas Vanya.

"Apa?" Jawab Deva singkat

"Kunci motor aku kayaknya ketinggalan di mobil kamu deh"

Deva sudah menebak apa yang akan dibicarakannya karena saat ini motor perempuan itu sudah terparkir di garasi rumahnya.

"Trus?" Tanya Deva malas.

"Emm, kamu bisa gak anterin motor aku? Soalnya kalo ga ada jonny aku besok ngampus pake apa dong?" Mohon Vanya dengan nada memelas. Sebenarnya bohong jika ia tak bisa ke kampus tanpa johnny karena bagasi rumahnya yang dipenuhi dengan 1 Fortuner, BMW, dan 1 motor vespa matic yang mirip johnny, tapi warnanya biru.

"Bukan urusan gue"

*Tut Tut Tut*

"Yahhh kok dimatiin sih, ga sesuai ekspektasi ih, telfon lagi ah"
.
.
.
"Deva nyebelin ih tapi Vanya sayang huu" setelah spam telpon berkali kali yang tak terbalas Vanya pun menyerah.

Merasa kesal telponnya diputus sepihak dan juga telponnya tak diangkat ia pun memilih masuk kamar dan memainkan ponselnya.

Jam ponselnya menunjukan pukul 6.17pm, saat ini ia merasa sangat bosan, mood makannya pun hancur karena Deva, lalu ia membaringkan tubuhnya dan perlahan matanya pun ikut terlelap.
.
.
.
"Hahhh hahhh hahhh jangannnnnn" Vanya terbangun, sekujur tubuhnya bergetar, matanyapun tak kuasa membendung air matanya.

***

Flow (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang