GHEINOVA #4

463 26 9
                                    

[•] Don't call me Nova!

****

           Seorang lelaki ber-jas dan kacamata hitam bertengger di hidungnya sedang berdiri di gerbang SMA Garuda. Ia belum melihat dia keluar. Ia celingak-celinguk mencari seseorang itu diantara banyak murid yang bergegas pulang.


Dari kejauhan, ia melihat seseorang menaiki motor dengan helm di kepalanya dan tatapan datar. Ia langsung bersiap untuk menghentikan. Sampai akhirnya dia sudah ada di hadapannya.

"INOV!" Lelaki tersebut menghadangnya.

Orang itu adalah Inov. Inov mengerem motornya lalu menatap lelaki itu.

Inov tersenyum. "Eh, Cumi.. ada disini?" Inov menyalami lelaki itu.

"Iya, nih. Gue mau ngajak lo makan siang. Yuk?" ajak lelaki itu.

"Boleh, tuh. Cepet naik!" ujar Inov.

Lelaki itu mengernyit. "Ha?"

"Apa?" Inov balik nanya.

"Naik motor?" tanya lelaki itu.

"Iya,"

"Gue bawa mobil,"

"Ada supir, 'kan?"

"Ada,"

"Yaudah mobilnya dibawa supir. Kita makan siang, pegi nya naik motor. Kalo naik mobil, motor kesayangan termuah-muah ini kemanain?" Inov dramatis.

Lelaki itu melongo. "Emang dari dulu lo itu aneh ya," ucap lelaki itu.

Inov menarik tangan lelaki itu, dan mereka berdua naik ke motor Inov. Mereka memakai helm masing-masing. Kali ini, Inov membiarkan lelaki itu yang menyetirnya. Biasanya 'kan dia selalu yang menyetirnya.

"Udah?" tanya lelaki itu.

"Udah." jawab Inov.

Lelaki itu menstater motor Inov, kemudian melaju meninggalkan sekolah. Ia membawa Inov ke salah satu Warteg yang sering mereka kunjungi sejak dulu. Mereka mah gak usah mahal-mahal. Yaa.. walaupun lelaki itu sanggup membayar makan di resto mahal. Tetapi Inov lebih memilih untuk diajak makan di Warteg. Lebih enak katanya.

Sesampainya di Warteg tersebut, mereka turun dan membuka helm. Mereka melangkah masuk ke Warteg tersebut dan duduk di bangku.

"Assalamualaikum!" salam Inov.

"Waalaikumsalam." jawab bu Tuti--pemilik Warteg. "Eh, Inov. Kamu teh kenapa baru kesini?" tanya bu Tuti.

Bu Tuti memang sudah dekat sekali dengan Inov dan lelaki itu. Mereka sudah dianggap seperti anak sendiri oleh bu Tuti. Mungkin karena kesibukan masing-masing, bu Tuti jarang dikunjungi oleh mereka berdua.

Inov terkekeh. "Iya, Bu. Atuh Inov teh meni loba pisan tugas sakola. Menit ie hulu!" curhat Inov.

Bu Tuti dan lelaki itu tertawa kecil melihat Inov. Inov memang suka receh. Tapi kerecehan inilah yang menjadikan orang ingin melihatnya. Jarang-jarang Inov seperti itu. Kercehannya ia tunjukkan pada orang-orang terdekat.

GHEINOVA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang