Happy reading🍓
****
Inov membuka sabuk pengaman setelah mobil yang ia tumpangi sampai di depan pagar rumahnya.
"Jangan lupa diminum obatnya, ya! Jangan bolos kalau ada jadwal periksa!" ucap Dokter Irfan.
Ya, Dokter Irfan mengantar Inov pulang. Sebenarnya ia sudah mendapat penolakan dari gadis itu, namun dengan bersikukuh akhirnya Inov mau. Ya, walaupun sepertinya terpaksa. Tapi niat Dokter Irfan adalah membantu Inov, karena anak itu tidak membawa kendaraan. Kalaupun naik Ojol atau taksi, rasanya Dokter Irfan khawatir malah diculik. Jadi sebisa mungkin ia membujuk Inov agar mau diantar pulang olehnya.
"Bawel!" dumel Inov, kemudian menatap Dokter Irfan. "Saya gak mau periksa-periksa, Om!" ucap Inov.
"Gak boleh gitu, Inov. Ini buat kebaikan kamu," ujar Dokter Irfan.
"Om, bukannya gak baik, ya, kalau pake obat? Nanti kalau keterusan malah ketergantungan. Bener, kan?"
Dokter Irfan terdiam. Beberapa detik kemudian dia pun menjawab, "Nanti kan kamu ada terapi. Mangkanya jangan bolos!"
Inov memasang wajah masam. "Ck! Serah, deh!" ucap Inov malas.
Inov membuka pintu mobil sambil berkata, "Makasih." Tanpa menunggu jawaban Inov langsung keluar dan melangkah masuk ke rumahnya setelah sebelumnya menutup pintu mobil.
Setelah memastikan Inov masuk ke rumahnya, Dokter Irfan pun melajukan mobilnya menuju rumahnya. Dalam perjalanan pikirannya tertuju pada Inov.
Dokter Irfan tersenyum membayangkan Inov. Dia, cukup menarik.
****
Arfa telah pulang dari rumah sakit sejak 3 hari yang lalu. Kali ini ia kembali dengan aktivitasnya, kuliah. Arfa sudah berada di Universitasnya dan kini ia tengah berjalan menuju kelasnya dengan tangan kanan memegang hp dan tangan kiri memegang cup minuman. Sesekali ia menyeruput minuman tersebut.
Karena fokus pada hp-nya, Arfa sampai tidak sadar akan keberadaan orang di sampingnya. Orang tersebut baru saja berada di sampingnya setelah tadi berusaha menyamakan langkah denganya.
"Bagas," panggil orang itu. Arfa menoleh ke samping sambil menatap dengan tanya.
"Ellin? Sejak kapan di sini?" tanya Arfa. Mereka menghentikan langkah dan mulai mengobrol.
"Baru aja. Tadi mau gue panggil, tapi kayaknya bagusan nyamain langkah sama lo." jelas Ellin.
"Oh..." Arfa mengangguk menanggapinya.
"Mm ... Bagas, katanya lo abis masuk rumah sakit?" tanya Ellin penasaran.
"Tau dari mana?" tanya Arfa balik.
"Akbar." jawab Ellin.
Arfa mengangguk. "Iya, gue abis masuk rumah sakit," tuturnya.
"Lo sakit apa?" tanya Ellin.
Arfa menggeleng. "Gak sakit, cuma kecapekan." ujarnya berbohong.
Tiba-tiba tangan Ellin terulur memegang lengan Arfa. Sementara itu Arfa mengikuti arah tangan Ellin, merasa sedikit tidak nyaman dengan perlakuan cewek itu.
"Jangan kecapekan lagi, ya?" kata Ellin, membuat Arfa menatapnya. Ada pesan tersembunyi yang Arfa sampaikan lewat tatapan itu. Namun Ellin tidak mengerti itu.
Detik selanjutnya Arfa menormalkan kembali tatapannya. Ia tidak ingin Ellin mengartikan tatapannya itu sebagai 'Lain'. Bagaimanapun Ellin juga berstatus sebagai mantannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GHEINOVA
Jugendliteratur(START WITH FOLLOW!) Gheinova, panggil saja Inov. Gadis yang orang-orang tidak boleh memanggil namanya dengan asal karena traumatic yang dimilikinya. Dia juga menjabat sebagai ketua perkumpulan bernama Arogha. Dia berbeda dari gadis yang lain. Kisah...