GHEINOVA #14

231 20 6
                                    

Happy reading♡

****

Ada kalanya matahari yang terbit menjadi terbenam, siang menjadi malam, cair menjadi beku, detik menjadi jam, hari menjadi tahun, dan lainnya. Itu karena dalam hidup selalu ada perubahan. Seperti kali ini, Arfa yang ceria menjadi Arfa yang kesepian saat pulang ke rumah.

Sepertinya bangunan itu hanya melenyapkan Arfa pada sepi dan sunyi. Tak ada kehangatan yang ia rasakan, tak ada sapaan yang ia dapat, tak ada tempat untuk berbagi cerita, dan banyak tak-tak lainnya di rumah itu.

Dunia Arfa berotasi. Semua karena orang yang ia sayangi. Dulu. Sejak sebelum ia memilih untuk hidup sendiri. Dan kini kesendirian sudah menjadi temannya sejak 3 tahun yang lalu.

Beberapa bulan terkahir ini, Arfa seperti menemukan sepintas cahaya dari dunia yang menggelapkannya dalam kesendirian. Arfa bisa bertemu murid-murid yang ia ajar, rekan kerja, dan seseorang yang membuatnya merasa seperti ada kupu-kupu beterbangan di perutnya saat ia di sampingnya.

Dia Gheinova. Gadis dengan keanehan, berbuat sesuka hati, dan yang membuat pikiran Arfa selalu memutar memori tentangnya.

Kini gadis itu tengah duduk bersamanya di bangku panjang yang berada di rooftop rumahnya. Rooftop  yang sengaja Arfa dekor menjadi sebuah tempat yang klasik seperti café-café. Biasanya saat Arfa sedang merasa stres, ia selalu pergi ke situ. Dia bisa sedikit menenangkan pikirannya.

"Al ..."

Inov membuka suara memecah keheningan yang sedari tadi mendekap mereka saat baru datang ke rooftop.

Arfa menoleh tanpa menjawab. Dilihatnya Inov kini sedang minumannya menggunakan sedotan, seperti memikirkan sesuatu.

"Kenapa, Inov?" tanya Arfa.

"Hm ... maaf kalo gue lancang. Tadi itu siapa, ya?" Inov akhirnya melayangkan pertanyaan yang sempat ia urungkan. Ia menatap Arfa yang raut wajahnya berubah saat ia menanyakan hal itu.

"Al, maaf, 'ya. Nggak usah di—"

"Kakak gue."

Inov terdiam saat Arfa memotong ucapannya. Dugaan Inov benar tentang hubungan antara Arfa dan lelaki tadi adalah saudara.

"Kandung, 'kah, atau tiri?" tanya Inov.

"Kandung." jawab Arfa seadanya.

Hening kembali datang menyelimuti mereka. Hanya suara daun-daun, dan semilir angin yang menyapa kulit mereka serta hawa dingin yang mulai merasuk.

"Alfa ... dia kenapa marah-marah?" Inov kembali membuka suaranya. Menepis hening dan canggung yang terjadi diantara mereka.

Arfa seperti memikirkan sesuatu. Terlihat dari wajahnya yang menunduk, dan bibirnya yang tidak mau diam.

Arfa menoleh pada Inov, kemudian ia tersenyum. "Udah malem, Nov. Papa lo nanti marah," katanya.

Inov menghela nafas pelan. Arfa mengalihkan topik. Itu artinya Arfa tidak atau belum mau membuka dirinya untuk bercerita. Inov yakin, suatu saat Arfa pasti akan menceritakannya. Tapi bukan untuk saat ini, karena waktu yang belum tepat. Lagi pula siapa Inov. Dia hanya murid Arfa yang kadang menjelma menjadi teman atau musuh Arfa.

GHEINOVA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang