Happy reading♡
****
Pedal sepeda dikayuh. Keluarlah mereka dari halaman rumah, menyusuri jalanan komplek. Inov, Nino, dan Nico menaiki sepeda untuk pergi ke sekolah. Sekali-kali, biar sehat.
Nino memimpin, Inov di tengah, sedangkan Nico di belakangnya. Hingga melewati di rumah pertama komplek mereka, Nino membunyikan lonceng sepedanya saat melihat Arfa sedang membuka pagar.
Ting ting
"KAK!" sapa Nino mengangkat tangannya dan tersenyum lebar.
Arfa membalas dengan anggukkan dan senyuman.
Sementara itu, Inov dan Nico hanya tersenyum kecil. Begitupun Arfa yang membalasnya.
deg
Seketika Inov teringat dengan perbincangan semalam mengenai Arfa. Inov tersadar. Ia memfokuskan naik sepedanya. Ia harus menepis hal-hal yang masih menjadi duga.
Sekitar 20 menit mereka bersepeda, akhirnya sampai di parkiran sekolah. Setelah memarkirkan sepedanya, mereka pun berjalan menuju kelas.
Sepanjang jalan menuju kelas, banyak yang menyapa mereka. 'TIGHE' atau Tiga Ghe, sudah menjadi panggilan mereka jika ketiganya sedang bersama.
Di sisi kiri, Nico berjalan dengan ekspresi wajah yang flat dan menampilkan aura dingin. Di sisi kanan, Inov juga sama berekspresi datar, namun tidak ada aura dingin. Di tengah, Nino bertingkah seperti orang gila. Menyapa setiap orang yang berpapasanbatau yang dilewati, kenal ataupun tidak kenal.
Ramah, sih. Tapi kalau kelewat ramah, jatohnya kayak orang bego juga. Ya ... dasar Nino!
Hingga persimpangan koridor, mereka berpisah. Karena gedung kelas mereka berbeda. Nico dan Nino IPA. Sedangkan Inov IPS.
Inov berjalan santai menuju kelasnya. Sepanjang jalan, beberapa murid menyapanya. Tentu Inov juga membalas sapaan mereka. Ia tidak mau di cap sombong hanya karena tidak membalas sapaan. Mereka yang menyapa pasti kenal dengan Inov, tapi Inov tidak mengenal mereka. Setenar itukah ia?
Sampai di kelas, Inov mendudukkan dirinya di bangku. Kemudian mengambil hp-nya di tas, lalu membuka sosmed.
Beberapa saat kemudian, Anjani datang dan duduk di depannya. Karena dia memang duduk di depan Inov. Badannya yang lumayan besar, bisa menutupi Inov jika tertidur saat pelajaran berlangsung.
"Nov," panggil Anjani.
"Hm?" gumam Inov tanpa menoleh.
"Soal semalem? Emang bener, ya?"
Inov mengalihkan pandangannya pada Anjani. "Lo gak bisa baca?" tanyanya.
Anjani menghela nafasnya. "Nov ... tapi sikap kalian itu gak umum," katanya sambil menguncir rambut.
"Gak umum gimana?" Inov menaruh kembali hp-nya di tas.
"Lo emang gak ngerasa?" tanya Anjani heran.
Inov menggeleng. "Apaan, sih? Dari semalem kalian itu ngobrolin rusa rasa rusa rasa!" Inov mengeluarkan kekesalannya.
Anjani tidak membalas. Hanya helaan nafas yang terdengar.
"Lagian, nih, ya, masa pengajar suka sama murid. Umurnya beda lumayan jauh, Ni. Gak boleh ada hubungan khusus. Harus menjaga status masing-masing sebagai pengajar dan pelajar." ucap Inov.
Anjani memejamkan matanya. Ingin menyangkal kata-kata Inov, namun ia tidak ingin berujung ribut. Alhasil, dia harus mengalah.
"Terserah lo, deh, Bu. Jangan marah kalau lo dikatain bego lagi!" ujar Anjani.
KAMU SEDANG MEMBACA
GHEINOVA
Teen Fiction(START WITH FOLLOW!) Gheinova, panggil saja Inov. Gadis yang orang-orang tidak boleh memanggil namanya dengan asal karena traumatic yang dimilikinya. Dia juga menjabat sebagai ketua perkumpulan bernama Arogha. Dia berbeda dari gadis yang lain. Kisah...